Puluhan Tunanetra Tuntut Akses Berjalan di Bali
A
A
A
DENPASAR - Puluhan tunanetra turun kejalan menggelar aksi unjuk rasa menuntut Pemerintah Provinsi Bali untuk membuka mata dan memberikan hak kepada mereka dalam berjalan.
Kurang lebih 70 orang tunanetra beserta anak, turun kejalan mengitari seputaran Jalan Sudirman hingga tembus Jalan Diponogoro, sepanjang kurang lebih 8 km.
"Kami tidak bisa melihat, tapi kami punya kaki untuk berjalan. Kami memohon kepada pemerintah jangan tutup mata tentang persoalan ini. Tolong kembalikan fungsi trotoar," ungkap Gede Widiasa, Koordinator Aksi Tuna Netra, di Denpasar, Rabu (24/6/2015).
Saat aksi tersebut, para tunanetra membentangkan poster sambil berorasi menyampaikan tuntutannya kepada Pemerintah Kota Denpasar dan Gubernur Bali.
Para tunanetra itu menuntut pemerintah Provinsi Bali dan Kota Denpasar untuk menyediakan fasilitas trotoar yang aksesibel bagi penyandang cacat, khususnya tunanetra.
Mereka juga mendesak pemerintah agar mengembalikan fungsi trotoar sebagaimana mestinya, dan memperbaiki segera kondisi trotoar yang rusak dan menertibkan segala bentuk pelanggaran yang memanfaatkan lahan trotoar.
"Kami sudah sering aksi dan menuntut pemerintah, namun sejauh ini tidak ada tanggapan," terangnya.
Puluhan tunanetra ini berharap, pemerintah bisa memberikan aturan tegas kepada siapa saja yang memanfaatkan fungsi trotoar untuk kepentingan pribadi.
Kurang lebih 70 orang tunanetra beserta anak, turun kejalan mengitari seputaran Jalan Sudirman hingga tembus Jalan Diponogoro, sepanjang kurang lebih 8 km.
"Kami tidak bisa melihat, tapi kami punya kaki untuk berjalan. Kami memohon kepada pemerintah jangan tutup mata tentang persoalan ini. Tolong kembalikan fungsi trotoar," ungkap Gede Widiasa, Koordinator Aksi Tuna Netra, di Denpasar, Rabu (24/6/2015).
Saat aksi tersebut, para tunanetra membentangkan poster sambil berorasi menyampaikan tuntutannya kepada Pemerintah Kota Denpasar dan Gubernur Bali.
Para tunanetra itu menuntut pemerintah Provinsi Bali dan Kota Denpasar untuk menyediakan fasilitas trotoar yang aksesibel bagi penyandang cacat, khususnya tunanetra.
Mereka juga mendesak pemerintah agar mengembalikan fungsi trotoar sebagaimana mestinya, dan memperbaiki segera kondisi trotoar yang rusak dan menertibkan segala bentuk pelanggaran yang memanfaatkan lahan trotoar.
"Kami sudah sering aksi dan menuntut pemerintah, namun sejauh ini tidak ada tanggapan," terangnya.
Puluhan tunanetra ini berharap, pemerintah bisa memberikan aturan tegas kepada siapa saja yang memanfaatkan fungsi trotoar untuk kepentingan pribadi.
(san)