Biar Aman, BI Dorong Penggunaan Kartu ATM
A
A
A
MEDAN - Kebutuhan uang kartal menjelang Idul Fitri selalu meningkat tajam. Tapi terkadang masyarakat masih banyak yang memilih cara manual atau cash saat ingin menukarkan uang ke bank.
Padahal, tindakan ini rawan tindak kriminal, seperti perampokan saat dalam perjalanan menuju bank. Untuk itu, sudah saatnya masyarakat memanfaatkan kartu anjungan tunai mandiri (ATM) guna menukarkan uang pecahan kecil (UPK) di sembilan bank yang telah ditunjuk melayani penukaran uang kartal.
“Masyarakat cukup bawa kartu ATM ke bank, sebutkan nominal yang mau ditukarkan, kemudian sesuaikan saja dengan UPK yang ditukarkan. Dengan begitu lebih aman karena tidak perlu bawa-bawa uang banyak ke bank untuk ditukarkan ke uang kartal,” ujar Kepala Bank Indonesia (BI) Wilayah Sumut, Difi A Johansyah, di Medan, kemarin. Permintaan UPK di Kota Medan tahun ini diprediksi mencapai Rp4,2 triliun atau naik 10,5% dibandingkan tahun lalu Rp3,75 triliun.
Karena jumlah kebutuhan meningkat, jumlah UPK yang bisa ditukarkan pada tahun ini juga ditingkatkan dari Rp1,7 juta per transaksi menjadi Rp3,7 juta per transaksi per orang. Rincian jumlah nominal yang dapat ditukarkan setiap hari yakni pecahan Rp20.000 maksimal Rp2 juta; pecahan Rp10.000 maksimal Rp1 juta; pecahan Rp5.000 maksimal Rp500.000; pecahan Rp2.000 maksimal Rp200.000; dan pecahan Rp1.000 sebanyak Rp200.000.
Secara lebih luas, Defi juga mengimbau masyarakat sebisa mungkin menggunakan uang nontunai dalam bertransaksi apapun. Artinya, tidak hanya saat menukarkan UPK, masyarakat juga bisa memaksimalkan kartu ATM saat berbelanja. Selain untuk menghindari tindak kriminal, juga jauh lebih praktis. “Saat berbelanja juga cukup bawa kartu ATM, lebih praktis dan aman tanpa takut terkena tindakan kriminal. Setidaknya tidak memancing orang untuk berbuat jahat karena tidak ada uang tunai dalam jumlah banyak yang dibawa,” ucapnya.
Ekonom Sumut, M Ishak, mengatakan, pengalihan masyarakat menggunakan kartu ATM sebagai upaya menyukseskan program e-Money tentu harus didukung dengan kesiapan bank. Bank juga harus bisa melayani kebutuhan masyarakat akan uang kartal sebaik mungkin. “Cara penukaran dengan ATM ini harus terus disosialisasikan, terlebih menggunakannya untuk berbelanja karena masyarakat tahu ATM itu hanya untuk penarikan uang,” ujarnya.
Untuk penukaran UPK, bank tentu harus mempersiapkannya jauh sebelum dibutuhkan, atau jelang Idul Fitri. Jangan sampai masyarakat kesulitan memperolehnya di ATM karena uangnya tidak ada dan bank libur. “UPK harus disiapkan dan dipastikan tersedia karena kebutuhan masyarakat meningkat. Jika tidak, akan mengganggu perekonomian,” katanya.
Dia meyakini perbankan sudah mengetahui harus melakukan persiapan seperti apa menghadapi Lebaran, tidak hanya pada teller tetapi juga ATM. “Bank biasanya sudah melakukan persiapan tanpa harus diingatkan BI,” ujarnya.
Jelia amelida
Padahal, tindakan ini rawan tindak kriminal, seperti perampokan saat dalam perjalanan menuju bank. Untuk itu, sudah saatnya masyarakat memanfaatkan kartu anjungan tunai mandiri (ATM) guna menukarkan uang pecahan kecil (UPK) di sembilan bank yang telah ditunjuk melayani penukaran uang kartal.
“Masyarakat cukup bawa kartu ATM ke bank, sebutkan nominal yang mau ditukarkan, kemudian sesuaikan saja dengan UPK yang ditukarkan. Dengan begitu lebih aman karena tidak perlu bawa-bawa uang banyak ke bank untuk ditukarkan ke uang kartal,” ujar Kepala Bank Indonesia (BI) Wilayah Sumut, Difi A Johansyah, di Medan, kemarin. Permintaan UPK di Kota Medan tahun ini diprediksi mencapai Rp4,2 triliun atau naik 10,5% dibandingkan tahun lalu Rp3,75 triliun.
Karena jumlah kebutuhan meningkat, jumlah UPK yang bisa ditukarkan pada tahun ini juga ditingkatkan dari Rp1,7 juta per transaksi menjadi Rp3,7 juta per transaksi per orang. Rincian jumlah nominal yang dapat ditukarkan setiap hari yakni pecahan Rp20.000 maksimal Rp2 juta; pecahan Rp10.000 maksimal Rp1 juta; pecahan Rp5.000 maksimal Rp500.000; pecahan Rp2.000 maksimal Rp200.000; dan pecahan Rp1.000 sebanyak Rp200.000.
Secara lebih luas, Defi juga mengimbau masyarakat sebisa mungkin menggunakan uang nontunai dalam bertransaksi apapun. Artinya, tidak hanya saat menukarkan UPK, masyarakat juga bisa memaksimalkan kartu ATM saat berbelanja. Selain untuk menghindari tindak kriminal, juga jauh lebih praktis. “Saat berbelanja juga cukup bawa kartu ATM, lebih praktis dan aman tanpa takut terkena tindakan kriminal. Setidaknya tidak memancing orang untuk berbuat jahat karena tidak ada uang tunai dalam jumlah banyak yang dibawa,” ucapnya.
Ekonom Sumut, M Ishak, mengatakan, pengalihan masyarakat menggunakan kartu ATM sebagai upaya menyukseskan program e-Money tentu harus didukung dengan kesiapan bank. Bank juga harus bisa melayani kebutuhan masyarakat akan uang kartal sebaik mungkin. “Cara penukaran dengan ATM ini harus terus disosialisasikan, terlebih menggunakannya untuk berbelanja karena masyarakat tahu ATM itu hanya untuk penarikan uang,” ujarnya.
Untuk penukaran UPK, bank tentu harus mempersiapkannya jauh sebelum dibutuhkan, atau jelang Idul Fitri. Jangan sampai masyarakat kesulitan memperolehnya di ATM karena uangnya tidak ada dan bank libur. “UPK harus disiapkan dan dipastikan tersedia karena kebutuhan masyarakat meningkat. Jika tidak, akan mengganggu perekonomian,” katanya.
Dia meyakini perbankan sudah mengetahui harus melakukan persiapan seperti apa menghadapi Lebaran, tidak hanya pada teller tetapi juga ATM. “Bank biasanya sudah melakukan persiapan tanpa harus diingatkan BI,” ujarnya.
Jelia amelida
(ars)