Awas! Jalur Baru Awan Panas

Sabtu, 20 Juni 2015 - 11:44 WIB
Awas! Jalur Baru Awan Panas
Awas! Jalur Baru Awan Panas
A A A
KARO - Masyarakat diimbau mewaspadai munculnya jalur baru luncuran awan panas Gunung Sinabung, Karo, yang telah berstatus Awas (Level IV). Saat ini terdapat dua jalur luncuran awan panas, yakni arah selatan dan tenggara gunung teraktif di Sumatera tersebut.

Kepala Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Sinabung, Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG), Armen Putra, mengatakan, sejak 2013, awan panas Sinabung cenderung meluncur di sektor selatan yang mengarah ke Desa Berastepu, Dusun Sibintun, dan Desa Tiga Pancur.

Saat ini awan panas guguran juga meluncur ke sektor tenggara mengarah ke Desa Suka Nalu dan Desa Kuta Tengah. “Tidak tertutup kemungkinan akan ada jalur baru luncuran awan panas pada status Awas ini,” katanya kepada wartawan di kantornya, kemarin.

Adapun pertumbuhan kubah lava pada sisi selatan puncak Sinabung masih terus berlangsung dengan kubah yang menggantung sekitar 3,2 juta kubik. Di sisi tenggara pertumbuhan kubah lava juga masih cukup tinggi. Ini ditandai awan panas yang bersumber dari kubah sisi tenggara.

Menurut dia, untuk pertumbuhan kubah, tidak begitu signifikan karena setiap terjadi awan panas, kubah yang menggantung ikut runtuh. “Hingga pukul 17.00 WIB kemarin, terjadi lima kali awan panas guguran sejauh 1,5-3 km ke arah tenggara dan selatan. Sementara kolom debu erupsi membumbung dengan ketinggian 500-2.000 m bergerak ke timur dan tenggara seiring arah angin,” paparnya.

Luncuran awan panas yang terus terjadi ditambah pula dengan arah angin yang berembus ke timur dan tenggara, kemarin sore, Kota Berastagi dan sekitarnya mengalami hujan material debu vulkanik. Namun, kejadian ini belum sampai mengganggu aktivitas masyarakatnya. PVMBG terus mengimbau masyarakat mematuhi rekomendasi yang telah dikeluarkan, yakni tidak beraktivitas pada zona merah Sinabung.

Terlebih pada radius 7 km sektor selatan tenggara. Sementara untuk daerah yang terdampak debu, masyarakat diimbau menggunakan masker. Diketahui, peningkatan status Awas Gunung Sinabung telah memaksa hampir 10.000 jiwa yang bermukim di lingkar gunungitudiungsikan. Pemerintah pun telah mendirikan kamp penampungan di sepuluh titik.

Sejak status Awas ditetapkan pada 2 Juni 2015, setiap harinya Sinabung terus-menerus bererupsi serta meluncurkan awan panas. Sejumlah daerah di timur dan tenggara gunung pun menjadi tempat pendaratan material debu yang dimuntahkan kawahnya.

Bahkan, debu mengandung zat besi dan silika itu telah sampai ke sejumlah daerah di Kota Medan dan Kabupaten Deliserdang. Kejadian ini sempat menimbulkan prasangka di tengah masyarakat yang berdomisili di luar Kabupaten Karo, bahwa kondisi Gunung Sinabung bakal meletus dahsyat.

Kamp Pengungsian Minim Sarana-Prasarana

Pengamatan KORAN SINDO MEDAN di kamp penampungan, pengungsi asal Desa Jeraya yang ditempatkan di Gudang Jeruk Desa Surbakti sangat memprihatinkan. Minimnya saranaprasarana, seperti mandi cuci kakus (MCK), menjadi salah satu persoalan yang dihadapi.

Belum lagi dinding gudang banyak terdapat lubang, sehingga membuat istirahat warga tidak nyaman. Dikhawatirkan kondisi ini akan memperburuk kesehatan warga. “Paling kasihan anak-anak dan para lansia (lanjut usia). Selama empat hari di pengungsian ini saja sudah banyak yang terserang flu dan masuk angin. Ditambah lagi tidur hanya beralas tikar. Kalau lebih lama lagi, kami khawatir para pengungsi sakit semua,” ujar seorang prajurit TNI yang bertugas di kamp pengungsi tersebut.

Menurut dia, di posko tersebut pengungsi berjumlah 628 jiwa atau 199 kepala keluarga (KK). Dari jumlah itu terdapat sepuluh ibu hamil, lima bayi, dan 52 balita. “Posko ini sangat darurat, kamar mandi hanya ada empat unit, itu juga baru didirikan semalam. Sementara dinding yang berlubang, kiranya pemerintah dapat membantu tenda untuk menutupnya,” ujarnya.

Seorang pengungsi, Ngamek Ginting, 48, menyatakan, keterbatasan jumlah MCK dan dinginnya udara malam di kamp pengungsian menjadi keluhannya. “Namun, semua itu tidak masalah lagi buat kami, namanya juga sedang kondisi mengungsi, ya seadanya saja. Namun, kami berharap pemerintah dapat membantu sarana- prasarana kamar mandi di posko ini, dan menutup dinding yang berlubang itu,” ucapnya.

Dia bersama warga desa lainnya telah berulang kali mengungsi. Diawali sejak letusan pertama Sinabung pada 2010 lalu. Lalu, menjadi permasalahan adalah kondisi ladang warga di desa yang ditinggal. “Lahan pertanian buah jeruk dan tomat kan harus terus dirawat jika ingin hasil maksimal.

Sementara pemerintah tidak mengizinkan masuk ke dalam desa. Kami juga sudah habis banyak modal sebelumnya. Saya berharap pe-merintah dapat memikirkan solusi untuk hal itu. Tak jarang kami sembunyi- sembunyi untuk masuk ke desa,” ucapnya.

Riza pinem
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5844 seconds (0.1#10.140)