Produsen dan Penjual Jersey Terancam Gulung Tikar

Kamis, 04 Juni 2015 - 06:51 WIB
Produsen dan Penjual...
Produsen dan Penjual Jersey Terancam Gulung Tikar
A A A
KISRUH sepak bola Indonesia benar-benar cukup membuat banyak pihak meradang. Tak terkecuali para pelaku usaha pakaian jadi, baik produsen maupun pedagang yang mengaku dirugikan oleh tak adanya kompetisi sepak bola di Tanah Air.

Para pedagang yang biasanya mendapatkan keuntungan tak sedikit setiap musim kompetisi digelar lewat penjualan berbagai macam pernakpernik klub sepak bola, khususnya jersey atau tim kesayangan, musim ini harus gigit jari setelah kompetisi dihentikan di tengah jalan oleh PSSI. Bahkan ancaman gulung tikar menghantui, karena selama ini banyak di antara mereka yang sangat menggantungkan pendapatan dari penjualan jersey meski hanya berlabel replika atau KW.

Apalagi jika Persib Bandung bertanding, biasanya penjualan jersey klub kebanggaan warga Jabar itu selalu laris manis. Seperti yang dialami Dede Hildan. Lama berkecimpung di industri jersey yang sudah dibangunnya sejak 1994 silam ini, baru kali ini Dede merasakan kegiatan berniaga yang digelutinya sepi.Bahkan, sejak kompetisi dihentikan dan Persib tersingkir dari AFC Cup, omzet penjualan dari jersey menurun sangat drastis, malah kerugian yang didapatnya.

“Bukan menurun lagi, tapi sudah hampir berhenti bisnis yang saya jalani. Penjualannya menurun drastis,” ujar pria yang akrab disapa Kang Ade ini saat ditemui di Stadion Persib, Jalan Ahmad Yani, Kota Bandung, kemarin. Ade pun harus rela merumahkan setengah dari total karyawan yang dipekerjakannya, lantaran pendapatan terus mengalami penurunan.

“Saya punya tiga tempat (toko), dua tempat berada di sekitaran rumah yang praktis berhenti total, dengan jumlah karyawan sebanyak delapan orang,” jelasnya. “Di sini (Stadion Persib), saya harus memberhentikan tiga orang dari total enam orang karyawan. Saya terpaksa memberhentikan mereka, karena sudah tidak ada produksi, padahal sebentar lagi sudah mau memasuki bulan puasa,” sesalnya.

Tak hanya itu, lanjut Kang Ade, enam resselerpelanggan tetap pun memilih menjalani bisnis baru karena sepinya penjualan. “Mungkin kalau sekarang penghasilannya dari pemesanan kostum seperti SSB (sekolah sepak bola), atau perusahaanperusahaan. Itu juga kalau ada. Paling sehari cuma dua pieces. Jauh menurun karena biasanya sehari bisa sampai seratus lebih,” ungkapnya.

Selama ini, Ade kerap menerima pesanan jersey dari luar Bandung, juga Indonesia dan bahkan beberapa kali memasok barang ke kawasan Asia hingga Timur Tengah. 􀀀 Namun, kini Kang Ade tidak lagi mendapat pesanan jerseyklub lokal, apalagi setelah FIFA menjatuhkan sanksi kepada Indonesia karena pemerintah melalui Kemenpora divonis telah mencampuri urusan federasi sepak bola Indonesia, dalam hal ini PSSI.

“Sekarang beralih lagi ke pesanan kaya dulu saja pas mendirikan usaha. Lebih fokus menerima order pembuatan kostum. Paling sekarang ngejar tim lokal, perusahaan, SSB, atau tim tarkam (antarkampung),” pungkasnya.

Muhammad Ginanjar
Kota Bandung
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5462 seconds (0.1#10.140)