Berangkat Pagi Buta dengan Truk Sawit

Jum'at, 29 Mei 2015 - 07:43 WIB
Berangkat Pagi Buta...
Berangkat Pagi Buta dengan Truk Sawit
A A A
Langit mendung menyelimuti kawasan perkebunan kelapa sawit PT Sinar Gunung Sawit Raya (SGSR) sekitar pukul 07.15 WIB kemarin.

Biasanya suara deru mesin pabrik kelapa sawit dan jangkrik yang diselingi kicau burung menghiasi pagi hari di Afdeling 1 Desa Mas Nauli, Kecamatan Sirandorung, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng). Namun kemarin berbeda. Keindahan pagi berubah menjadi kengerian yang diiringi tangisan orang-orang. Warga sibuk mengeluarkan belasan pelajar yang terjebak di bak truk colt diesel PS 120 karena terbalik di parit berlumpur.

Ada pula pelajar yang berjuang sekuat tenaga keluar dari kubangan lumpur agar bisa selamat. Di antaranya Roka Silalahi, 16, pelajar SMAN 1 Manduamas, dan Sartrina Yusti Sitohang, pelajar kelas VIII SMPN 1 Mandumas. Roka menuturkan, harus berjuang melepaskan diri dari himpitan teman-temannya saat terjebak di bak truk di parit berlumpur. Dia berhasil melepaskan diri dari lumpur hampir memenuhi bak truk yang terbalik lewat celah-celah dinding badan truk.

Dia mengaku trauma dan tidak tahu apa yang terjadi ketika itu kepada temantemannya yang masih terjebak di bak truk. “Saya tidak tahu apa yang terjadi lagi selanjutnya,” ujar Roka yang mengalami luka di bahu dan kepala. Sementara Sartrina Yusti Sitohang mengaku sebelumnya tidak memiliki firasat apa pun terhadap musibah tersebut. Dia berhasil keluar dari pintu belakang bak truk juga melalui perjuangan keras. “Saya keluar dari belakang dengan cara memegang bak truk serta berusaha menahan diri supaya tidak terbenam di lumpur,” katanya.

Dia mengaku tahu persis bagaimana peristiwa mengerikan ini terjadi. Saat itu sopir truk Ramdhani mengemudi dengan kencang dan menyalip truk yang berada di depan. “Saat itulah tiba-tiba ban kanan depan lepas dan truk langsung masuk parit. Kami semua pun terjebak di bawah bak truk dan tidak ada yang terlempar keluar,” tuturnya.

Tito Silalahi, 33, karyawan PT SGSR yang bekerja di pabrik kelapa sawit (PKS) mengatakan, bersama sejumlah warga mengevakuasi korban. Saat itu sejumlah pelajar diketahui sudah meninggal di parit lumpur. “Sungguh miris melihatnya. Para pelajar tumpang tindih terjebak di lumpur di bak truk. Kebanyakan korban sepertinya meninggal karena terhimpit dan menelan air lumpur,” ujarnya.

Peristiwa ini merupakan kali pertama terjadi di kawasan SGSR. Menurut dia, jumlah pelajar yang diangkut truk kemarin lebih sedikit dari biasanya, karena kebetulan pelajar kelas 3 SMP dan SMA serta kelas VI SD libur setelah melewati Ujian Nasional (UN). “Biasanya, jumlah pelajar sampai berjubel di bak truk,” tuturnya. Sejumlah warga setempat mengungkapkan, Gabriela, siswa kelas II SMPN 1 Paraginan, PO Manduamas bersama adiknya yang juga meninggal selalu diantar ayah mereka ke sekolah.

“Namun entah kenapa mereka menumpangi truk nahas itu. Itulah yang disesali dan ditangisi orang tuanya. Tapi mau dibilang apa, semua sudah terjadi,” kata seorang ibu bermarga Tumanggor yang merupakan tetangga Gabriela. Menurut dia, perjuangan anak-anak sekolah perkebunan itu dalam menimba ilmu sangat berisiko.

Bagaimana tidak, setiap pagi mereka sudah harus siap-siap dijemput sekitar pukul 05.00 WIB. Jika tidak, akan terlambat tiba di sekolah. Perjuangan berat juga harus dirasakan para orang tua yang mengantar anaknya menggunakan sepeda motor karena harus menghadapi debu jalanan yang berterbangan.

Jonny Simatupang
Tapanuli Tengah
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0935 seconds (0.1#10.140)