10 Anak Penyandang Difabel Dapat Kursi Roda Gratis
A
A
A
SUKOHARJO - Yayasan Maria Monique Last Wish (MMLW) kembali menyalurkan kursi roda gratis bagi 10 anak penyandang difabel dari Kabupaten Sukoharjo, Wonogiri, dan Kota Solo kemarin. Penerima sebelumnya sudah mengajukan permohonan bantuan ke yayasan tersebut.
Perwakilan Yayasan MMLW Sukoharjo Bimo Kokor Wijanarko mengatakan, penerima bantuan kursi roda tersebut merupakan pengajuan baru ke Yayasan MMLW. Selama ini setiap permintaan memang langsung ditindaklanjuti untuk segera mendapatkan bantuan. “Setiap ada permohonan yang masuk pasti langsung kami proses. Jika stok kursi roda tersedia, bantuan langsung dikirimkan.
Jadi, setiap bantuan yang turun tidak harus menunggu terlalu lama,” katanya seusai melakukan penyerahan secara simbolis kemarin. Selama ini bantuan diberikan secara bertahap sesuai dengan pengajuan. Kursi roda yang dibagikan tersebut merupakan sumbangan dari dermawan dan Yayasan MMLW sisa menyalurkan kepada yang berhak.
Sejauh ini Yayasan MMLW rutin menyalurkan bantuan, baik kursi roda, happy room , maupun bantuan lain sesuai permintaan warga yang tengah sakit. Untuk wilayah Solo Raya, jumlah kursi roda yang sudah disalurkan mencapai 210 unit. Belum lagi bantuan happy room untuk sejumlah Sekolah Luar Biasa (SLB).
“Untuk warga yang merasa membutuhkan kursi roda dan bantuan lain bisa mengajukan dan nantinya akan kami teruskan ke Yayasan MMLW di Jakarta,” ujar Kokor. Sementara itu, Warsi, 50, ibunda dari Danang, 17, penerima bantuan kursi roda, sangat bersyukur dengan alat bantu tersebut. Pasalnya, putranya harus menggunakan kursi roda untuk beraktivitas akibat kelainan fisik sejak lahir. “Anak saya dikatakan dokter mengalami kerapuhan tulang sehingga sejak lahir hingga sekarang tidak bisa berjalan dan pertumbuhannya juga tidak normal,” ungkap warga Dukuh Pencol, Desa Tanjung, Nguter ini.
Hal senada diungkapkan Kasidi, 64, warga Jatibaru, Cemani, Grogol. Anaknya bernama Muhammad Asa, 9, saat lahir dalam kondisi prematur sehingga pertumbuhannya tidak normal. Dalam usia 9 tahun, Asa belum bisa memiringkan tubuhnya saat dalam posisi tidur.
“Kalau duduk juga harus dipegangi karena belum bisa menopang tubuhnya,” ujarnya. Pegiat Paguyuban Difabel Sehati Sukoharjo Sutrisno mengaku, selama ini organisasinya memiliki relawan yang terjun langsung ke masyarakat untuk mendata keberadaan difabel yang membutuhkan bantuan utamanya kursi roda.
“Bantuan dari Yayasan Maria Monique sangat membantu meringankan beban difabel. Untuk yang belum mendapatkan bantuan masih bisa mengajukan ke yayasan,” ucapnya.
Sumarno
Perwakilan Yayasan MMLW Sukoharjo Bimo Kokor Wijanarko mengatakan, penerima bantuan kursi roda tersebut merupakan pengajuan baru ke Yayasan MMLW. Selama ini setiap permintaan memang langsung ditindaklanjuti untuk segera mendapatkan bantuan. “Setiap ada permohonan yang masuk pasti langsung kami proses. Jika stok kursi roda tersedia, bantuan langsung dikirimkan.
Jadi, setiap bantuan yang turun tidak harus menunggu terlalu lama,” katanya seusai melakukan penyerahan secara simbolis kemarin. Selama ini bantuan diberikan secara bertahap sesuai dengan pengajuan. Kursi roda yang dibagikan tersebut merupakan sumbangan dari dermawan dan Yayasan MMLW sisa menyalurkan kepada yang berhak.
Sejauh ini Yayasan MMLW rutin menyalurkan bantuan, baik kursi roda, happy room , maupun bantuan lain sesuai permintaan warga yang tengah sakit. Untuk wilayah Solo Raya, jumlah kursi roda yang sudah disalurkan mencapai 210 unit. Belum lagi bantuan happy room untuk sejumlah Sekolah Luar Biasa (SLB).
“Untuk warga yang merasa membutuhkan kursi roda dan bantuan lain bisa mengajukan dan nantinya akan kami teruskan ke Yayasan MMLW di Jakarta,” ujar Kokor. Sementara itu, Warsi, 50, ibunda dari Danang, 17, penerima bantuan kursi roda, sangat bersyukur dengan alat bantu tersebut. Pasalnya, putranya harus menggunakan kursi roda untuk beraktivitas akibat kelainan fisik sejak lahir. “Anak saya dikatakan dokter mengalami kerapuhan tulang sehingga sejak lahir hingga sekarang tidak bisa berjalan dan pertumbuhannya juga tidak normal,” ungkap warga Dukuh Pencol, Desa Tanjung, Nguter ini.
Hal senada diungkapkan Kasidi, 64, warga Jatibaru, Cemani, Grogol. Anaknya bernama Muhammad Asa, 9, saat lahir dalam kondisi prematur sehingga pertumbuhannya tidak normal. Dalam usia 9 tahun, Asa belum bisa memiringkan tubuhnya saat dalam posisi tidur.
“Kalau duduk juga harus dipegangi karena belum bisa menopang tubuhnya,” ujarnya. Pegiat Paguyuban Difabel Sehati Sukoharjo Sutrisno mengaku, selama ini organisasinya memiliki relawan yang terjun langsung ke masyarakat untuk mendata keberadaan difabel yang membutuhkan bantuan utamanya kursi roda.
“Bantuan dari Yayasan Maria Monique sangat membantu meringankan beban difabel. Untuk yang belum mendapatkan bantuan masih bisa mengajukan ke yayasan,” ucapnya.
Sumarno
(ftr)