Kerangka Manusia Abad ke-12 Ditemukan Memakai Gelang dan Keris
A
A
A
NATUNA - Tim Peneletiti Pusat Arkeologi Nasional menemukan kerangka manusia abad ke-12 di Desa Tanjung, Kecamatan Bunguran Timur Laut Natuna, setelah melakukan penggalian sedalam 50 centimeter.
Kerangka manusia tersebut diperkirakan sudah berusia 700 tahun. Hal itu dibuktikan dari hasil pemeriksaan dan pemetaan acak oleh tim ahli.
Sebelumnya, dalam penggalian acak tersebut tim mengali tiga lubang. Dua lubang berhasil ditemukan kerangka manusia yang diduga adalah manusia pada abad ke-12. Satu dari dua kerangka tersebut di antaranya masih mengenakan gelang perunggu dipergelangan tangan sebelah kiri. Kerangka satu lagi masih menempel sebilah keris.
Tim Ahli Penggalian Pusat Arkeologi Nasional Sony Wibisono yang juga ahli sejarah Islam mengatakan, kerangka manusia yang ditemukan sudah rusak akibat ulah tangan manusia. Dugaan itu muncul lantaran beberapa bagian kerangka ditemukan dalam kondisi tidak utuh.
"TKP nya sudah rusak. Dua kerangka ditemukan sudah tidak lengkap di bagian pinggang dan kemaluan. Rusaknya karena ada orang mengambil bekal bawaan, sehingga tanpa disadari menyenggol kerangka tersebut," sebut Sony, kemarin.
Menurutnya, dari pecahan keramik yang ditemukan di sekitar kerangka, diperkirakan kehidupan saat itu sekitar abad 12 dan 13, yakni di masa Dinasti Song. Saat itu merupakan puncak perdagangan global, sekitar laut China Selatan, Sumatera, dan Nusantara, termasuk dimasa masuknya orang India dan China.
Saat ditemukan, posisi kepala menghadap arah Barat Laut dan kaki Timur Laut. Posisi kerangka semacam ini, kata Sony, pernah ditemukan di Sulawesi. Bedanya, di Sulawesi giginya digosok menjadi tajam atau runcing. Sementara di Natuna, giginya digosok rata.
Namun saat ini, kata Sony, tim belum menemukan kerangka yang masih utuh, akibat perburuan barang antik sejak tahun 80 an oleh warga.
Sejauh ini, tim baru menemukan Bengkong atau Pandusi atau Peti di desa Sepempang, Natuna. Namun kondisinya tidak utuh, karena tutup Bengkongnya hilang. Di dalamnya juga tidak ada kerangka manusia.
Untuk mencirikan ras kerangka dan mengetahui jenis kelamin, serta tinggi manusia, tim arkeologi akan membawa sampel ke ahli pelantologi. Sedangkan pecahan keramik yang ditemukan warga, lanjut Sony, itu adalah bekal mati manusia yang sudah berabad-abad.
"Natuna perlu museum, supaya benda cagar budaya tidak hilang. Apalagi, diduga aktivitas perburuan benda antik ini masih terjadi sampai saat ini," pungkasnya.
Kerangka manusia tersebut diperkirakan sudah berusia 700 tahun. Hal itu dibuktikan dari hasil pemeriksaan dan pemetaan acak oleh tim ahli.
Sebelumnya, dalam penggalian acak tersebut tim mengali tiga lubang. Dua lubang berhasil ditemukan kerangka manusia yang diduga adalah manusia pada abad ke-12. Satu dari dua kerangka tersebut di antaranya masih mengenakan gelang perunggu dipergelangan tangan sebelah kiri. Kerangka satu lagi masih menempel sebilah keris.
Tim Ahli Penggalian Pusat Arkeologi Nasional Sony Wibisono yang juga ahli sejarah Islam mengatakan, kerangka manusia yang ditemukan sudah rusak akibat ulah tangan manusia. Dugaan itu muncul lantaran beberapa bagian kerangka ditemukan dalam kondisi tidak utuh.
"TKP nya sudah rusak. Dua kerangka ditemukan sudah tidak lengkap di bagian pinggang dan kemaluan. Rusaknya karena ada orang mengambil bekal bawaan, sehingga tanpa disadari menyenggol kerangka tersebut," sebut Sony, kemarin.
Menurutnya, dari pecahan keramik yang ditemukan di sekitar kerangka, diperkirakan kehidupan saat itu sekitar abad 12 dan 13, yakni di masa Dinasti Song. Saat itu merupakan puncak perdagangan global, sekitar laut China Selatan, Sumatera, dan Nusantara, termasuk dimasa masuknya orang India dan China.
Saat ditemukan, posisi kepala menghadap arah Barat Laut dan kaki Timur Laut. Posisi kerangka semacam ini, kata Sony, pernah ditemukan di Sulawesi. Bedanya, di Sulawesi giginya digosok menjadi tajam atau runcing. Sementara di Natuna, giginya digosok rata.
Namun saat ini, kata Sony, tim belum menemukan kerangka yang masih utuh, akibat perburuan barang antik sejak tahun 80 an oleh warga.
Sejauh ini, tim baru menemukan Bengkong atau Pandusi atau Peti di desa Sepempang, Natuna. Namun kondisinya tidak utuh, karena tutup Bengkongnya hilang. Di dalamnya juga tidak ada kerangka manusia.
Untuk mencirikan ras kerangka dan mengetahui jenis kelamin, serta tinggi manusia, tim arkeologi akan membawa sampel ke ahli pelantologi. Sedangkan pecahan keramik yang ditemukan warga, lanjut Sony, itu adalah bekal mati manusia yang sudah berabad-abad.
"Natuna perlu museum, supaya benda cagar budaya tidak hilang. Apalagi, diduga aktivitas perburuan benda antik ini masih terjadi sampai saat ini," pungkasnya.
(san)