Pengacara Yakin Pembunuh Empat Anak Kandung Alami Gangguan Jiwa
Kamis, 21 Mei 2015 - 16:01 WIB

Pengacara Yakin Pembunuh Empat Anak Kandung Alami Gangguan Jiwa
A
A
A
SAMARINDA - Tim pengacara S (42), ayah yang membunuh empat anak kandungnya sendiri, meyakini kliennya mengalami gangguan jiwa. Sebab, seseorang yang tega membunuh anaknya sendiri sudah tentu punya kelainan dari sisi kejiwaan.
"Jangankan empat anak, satu anak kandung saja yang dibunuh sudah pasti orangnya punya kelainan jiwa. Opini masyarakat Samarinda juga sudah menyebutkan jika pelaku memiliki kelainan," kata pengacara S, Gazali Heldoep, seusai proses pembongkaran makam anak yang dibunuh S, Kamis (21/5/2015).
Dia menjelaskan, hanya keterangan rumah sakit jiwa yang bisa meringankan hukuman bagi kliennya. Sebab, orang dengan gangguan jiwa bisa lepas dari jerat hukuman.
"Kita tunggu saja hasil pemeriksaannya. Ini sebuah tragedi luar biasa, empat anak kandung yang dibunuh. Ini mungkin ada proses kejiwaan yang kurang normal dari tersangka. Kemungkinan ya di sana," tambahnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, S membunuh empat dari enam anak kandungnya. Anak yang dibunuh memiliki rentang usia antara satu hingga empat bulan. Anak terakhir yang dibunuh bernama Syahrul yang hari ini makamnya dibongkar untuk kepentingan penyelidikan. (Baca: Polisi Bongkar Makam Anak yang Dibunuh Ayah Kandung).
S membunuh Syahrul pada tahun 2008 dengan sadis. Setelah Syahrul tewas, S memberitahukan tetangganya bahwa anaknya mati secara wajar karena mengidap penyakit. Tiga anaknya yang lain dibunuh dengan cara berbeda.
"Hebatnya, saat anaknya disemayamkan di rumah, si S berperilau seolah tak terjadi apa-apa. Dia tetap pakai peci dan baju muslim, kemudian duduk di samping jasad anaknya. Dia juga ikut menguburkan," kata seorang anggota keluarga istri pelaku.
Keluarga S memang dikenal tertutup. Tak hanya kepada tetangga, juga kepada keluarga sendiri. Sehingga, seluruh perbuatan S tak pernah ketahuan.
"Jangankan empat anak, satu anak kandung saja yang dibunuh sudah pasti orangnya punya kelainan jiwa. Opini masyarakat Samarinda juga sudah menyebutkan jika pelaku memiliki kelainan," kata pengacara S, Gazali Heldoep, seusai proses pembongkaran makam anak yang dibunuh S, Kamis (21/5/2015).
Dia menjelaskan, hanya keterangan rumah sakit jiwa yang bisa meringankan hukuman bagi kliennya. Sebab, orang dengan gangguan jiwa bisa lepas dari jerat hukuman.
"Kita tunggu saja hasil pemeriksaannya. Ini sebuah tragedi luar biasa, empat anak kandung yang dibunuh. Ini mungkin ada proses kejiwaan yang kurang normal dari tersangka. Kemungkinan ya di sana," tambahnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, S membunuh empat dari enam anak kandungnya. Anak yang dibunuh memiliki rentang usia antara satu hingga empat bulan. Anak terakhir yang dibunuh bernama Syahrul yang hari ini makamnya dibongkar untuk kepentingan penyelidikan. (Baca: Polisi Bongkar Makam Anak yang Dibunuh Ayah Kandung).
S membunuh Syahrul pada tahun 2008 dengan sadis. Setelah Syahrul tewas, S memberitahukan tetangganya bahwa anaknya mati secara wajar karena mengidap penyakit. Tiga anaknya yang lain dibunuh dengan cara berbeda.
"Hebatnya, saat anaknya disemayamkan di rumah, si S berperilau seolah tak terjadi apa-apa. Dia tetap pakai peci dan baju muslim, kemudian duduk di samping jasad anaknya. Dia juga ikut menguburkan," kata seorang anggota keluarga istri pelaku.
Keluarga S memang dikenal tertutup. Tak hanya kepada tetangga, juga kepada keluarga sendiri. Sehingga, seluruh perbuatan S tak pernah ketahuan.
(zik)