Jasad Erri Berhasil Ditarik 50 Meter
A
A
A
BOYOLALI - Proses evakuasi untuk mengangkat Erri Yunanto, 21, mahasiswa Universitas Atmajaya Yogyakarta (UAJY) dari dalam kawah Gunung Merapi berlangsung menegangkan. Saat berhasil dijangkau di kedalaman sekitar 200 meter, Erri sudah dalam kondisi tak bernyawa.
“Saat ditemukan memang sudah meninggal. Saat ini keluarga korban juga sudah datang ke posko evakuasi,” ungkap Kapolsek Selo AKP Yadiyo tadi malam. Tim evakuasi berhasil menggapai tubuh korban dan mengangkatnya. Namun, tubuh korban belum sampai ke bibir kawah karena hari sudah petang dan kondisi cuaca tidak memungkinkan sehingga operasi pengangkatan di hari ketiga kemarin terpaksa dihentikan sementara.
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merapi (BTNGM) Resort Selo Suwignyo mengatakan, tim evakuasi berhasil menggapai posisi korban sekitar pukul 13.30 WIB. Mahasiswa semester VI jurusan Teknik Industri ini diangkat melalui teknik estafet. Pengangkatan sementara mencapai sekitar 50 meter. “Namun karena hari sudah gelap dan tidak memungkinkan untuk evakuasi, upaya pengangkatan dihentikan sementara,” kata Suwignyo tadi malam.
Pengangkatan korban masih membutuhkan jarak sekitar 200 meter lagi agar sampai ke bibir kawah. Sementara korban terkait dengan tali dan diletakkan di lokasi yang aman di dalam kawah. Terdapat enam anggota tim rescue yang turun ke kawah. Sementara 20 anggota tim lainnya berada di bibir kawah untuk memegang tali.
Operasi pengangkatan akan dilanjutkan hari ini mulai pukul 06.00 WIB. Saat proses pengangkatan, suhu dinding kawah mencapai 32 derajat celcius. Sementara di lokasi korban jatuh mencapai 37 derajat celcius. Tim harus bekerja cermat karena suhu di puncak selalu berubah-ubah.
Tim baru akan bergerak ketika suhu di kawah di titik yang memungkinkan untuk dilaksanakan evakuasi. Sebab dalam proses evakuasi keselamatan tim paling diutamakan. Suwignyo menambahkan, jika sudah berhasil di angkat ke bibir kawah, selanjutnya jasad Erri akan dibawa turun menuju RSUD Boyolali untuk pemeriksaan medis.
Sangat Berisiko
Staf tim operasi pencarian dan evakuasi Irwan Santoso mengemukakan, teknis yang dilakukan saat evakuasi adalah membuat rintisan jalur ke lokasi korban. Setelah terjangkau, pengangkatan dilaksanakan secara estafet oleh enam orang anggota tim dengan pe-ralatan standar keselamatan. “Mereka turun langsung ke bawah kawah,” ungkap Irwan. Proses pengangkatan tidak bisa langsung, melainkan harus langkah demi langkah.
Tim harus ekstra hati-hati guna menghindari gesekan antara tali dengan batu. Sebab risikonya adalah tali dapat putus. Kendala yang dihadapi adalah kondisi medan curam. Selain itu, bebatuan di seputar kawah juga sangat rapuh. Setelah berhasil diangkat dari kawah, proses evakuasi menuju bawah nanti menggunakan sistem estafet, mulai dari puncak menuju Pasar Bubrah.
Kemudian dilanjutkan menuju pos II hingga pos induk. Pihaknya tidak dapat menargetkan kapan proses evakuasi selesai dilaksanakan. Sebab hal itu nanti tergantung kondisi lokasi, suhu, dan cuaca. Komandan SAR Boyolali Kurniawan Fajar Presetyo mengungkapkan, proses menggapai tubuh korban tidak bisa sekali jadi.
Sebelumnya anggota tim sempat turun hingga kedalaman sekitar 40 meter. Namun kemudian ditarik lagi ke atas karena suhu di kubah kawah mencapai 120 derajat celcius. “Saat itu anggota yang turun bajunya sampai robek-robek,” kata Kurniawan. Meski begitu tim berhasil mendokumentasikan kondisi medan menuju tubuh korban. Kondisi cuaca di puncak cukup mendukung meski sesekali awan melintas.
Pemasangan tali dari bibir kawah menuju lokasi korban dilakukan dengan menghindari lubang gas sulfatara. Sementara kasus orang jatuh ke kawah merupakan pertama kali terjadi di Gunung Merapi. Sebelumnya ada opsi menggunakan helikopter kecil untuk proses evakuasi. Namun hal itu tidak bisa dilaksanakan karena risiko terjadi turbulensi sehingga satu-satunya cara dilakukan secara manual.
Dalam bekerja, tim harus menggunakan tabung oksigen karena risiko gas beracun. Namun penggunaan tabung oksigen maksimal hanya 1,5 jam. Selain itu, kondisi panas yang tinggi dapat mengakibatkan tabung pecah. Kepala Balai Penelitian, Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta Subandriyo mengatakan, kondisi di kawah Merapi yang paling berbahaya justru adalah gas vulkanik yang dikeluarkan dari kawah. Gas beracun tersebut sulit terdeteksi karena tidak berbau dan berwarna. “Di antaranya adalah gas Co dan Co2,” kata Subandriyo. Karena itu, tim evakuasi harus memakai masker cadangan oksigen.
Suhu Bisa Mencapai 400 Derajat Celcius
Kepala Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Manusia (ESDM) Surono mengingatkan, upaya evakuasi harus dilakukan hati-hati dan mengutamakan keselamatan tim rescue. Hal itu mengingat kondisi kawah Merapi sangat labil dan menyemburkan gas beracun.
“Bagaimanapun keselamatan tim evakuasi paling utama,” kata pria yang akrab disapa Mbah Rono di Balai Penyelidikan, Pengembangan Teknologi Kegunungapian dan Bencana Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, kemarin. Menurutnya, proses evakuasi harus dilakukan saat ada sinar matahari karena sinar matahari yang menyinari kawah bisa mempercepat pemuaian gas berbahaya CO dan H2S.
“Temperatur gas di dalam kawah bisa mencapai 100-400 derajat celcius dan sangat pekat. Jangan dilakukan saat malam hari atau kondisi berawan, itu akan berbahaya meski pakai masker,” katanya. Selain kondisi gas beracun yang berbahaya, kondisi batuan hasil erupsi Merapi tahun 2010 juga dikhawatirkan belum stabil dan rawan longsor.
“Yang kita khawatirkan itu gas dalam kawah yang terlalu pekat, penyelamat harus pakai masker full face . Bebatuan juga labil,” katanya. Mbah Rono pun terheran kenapa ada pendaki yang sampai puncak Merapi. Padahal pihaknya sudah mengingatkan agar para pendaki hanya sampai Pasar Bubar meskipun kondisi puncak dalam keadaan normal. “Sebelum memasuki wilayah, seharusnya mereka mencari tahu informasi dulu. Saya tidak tahu kenapa pendaki bisa sampai ke puncak, itu berbahaya,” katanya.
Ary wahyu wibowo/ ristu hanafi
“Saat ditemukan memang sudah meninggal. Saat ini keluarga korban juga sudah datang ke posko evakuasi,” ungkap Kapolsek Selo AKP Yadiyo tadi malam. Tim evakuasi berhasil menggapai tubuh korban dan mengangkatnya. Namun, tubuh korban belum sampai ke bibir kawah karena hari sudah petang dan kondisi cuaca tidak memungkinkan sehingga operasi pengangkatan di hari ketiga kemarin terpaksa dihentikan sementara.
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merapi (BTNGM) Resort Selo Suwignyo mengatakan, tim evakuasi berhasil menggapai posisi korban sekitar pukul 13.30 WIB. Mahasiswa semester VI jurusan Teknik Industri ini diangkat melalui teknik estafet. Pengangkatan sementara mencapai sekitar 50 meter. “Namun karena hari sudah gelap dan tidak memungkinkan untuk evakuasi, upaya pengangkatan dihentikan sementara,” kata Suwignyo tadi malam.
Pengangkatan korban masih membutuhkan jarak sekitar 200 meter lagi agar sampai ke bibir kawah. Sementara korban terkait dengan tali dan diletakkan di lokasi yang aman di dalam kawah. Terdapat enam anggota tim rescue yang turun ke kawah. Sementara 20 anggota tim lainnya berada di bibir kawah untuk memegang tali.
Operasi pengangkatan akan dilanjutkan hari ini mulai pukul 06.00 WIB. Saat proses pengangkatan, suhu dinding kawah mencapai 32 derajat celcius. Sementara di lokasi korban jatuh mencapai 37 derajat celcius. Tim harus bekerja cermat karena suhu di puncak selalu berubah-ubah.
Tim baru akan bergerak ketika suhu di kawah di titik yang memungkinkan untuk dilaksanakan evakuasi. Sebab dalam proses evakuasi keselamatan tim paling diutamakan. Suwignyo menambahkan, jika sudah berhasil di angkat ke bibir kawah, selanjutnya jasad Erri akan dibawa turun menuju RSUD Boyolali untuk pemeriksaan medis.
Sangat Berisiko
Staf tim operasi pencarian dan evakuasi Irwan Santoso mengemukakan, teknis yang dilakukan saat evakuasi adalah membuat rintisan jalur ke lokasi korban. Setelah terjangkau, pengangkatan dilaksanakan secara estafet oleh enam orang anggota tim dengan pe-ralatan standar keselamatan. “Mereka turun langsung ke bawah kawah,” ungkap Irwan. Proses pengangkatan tidak bisa langsung, melainkan harus langkah demi langkah.
Tim harus ekstra hati-hati guna menghindari gesekan antara tali dengan batu. Sebab risikonya adalah tali dapat putus. Kendala yang dihadapi adalah kondisi medan curam. Selain itu, bebatuan di seputar kawah juga sangat rapuh. Setelah berhasil diangkat dari kawah, proses evakuasi menuju bawah nanti menggunakan sistem estafet, mulai dari puncak menuju Pasar Bubrah.
Kemudian dilanjutkan menuju pos II hingga pos induk. Pihaknya tidak dapat menargetkan kapan proses evakuasi selesai dilaksanakan. Sebab hal itu nanti tergantung kondisi lokasi, suhu, dan cuaca. Komandan SAR Boyolali Kurniawan Fajar Presetyo mengungkapkan, proses menggapai tubuh korban tidak bisa sekali jadi.
Sebelumnya anggota tim sempat turun hingga kedalaman sekitar 40 meter. Namun kemudian ditarik lagi ke atas karena suhu di kubah kawah mencapai 120 derajat celcius. “Saat itu anggota yang turun bajunya sampai robek-robek,” kata Kurniawan. Meski begitu tim berhasil mendokumentasikan kondisi medan menuju tubuh korban. Kondisi cuaca di puncak cukup mendukung meski sesekali awan melintas.
Pemasangan tali dari bibir kawah menuju lokasi korban dilakukan dengan menghindari lubang gas sulfatara. Sementara kasus orang jatuh ke kawah merupakan pertama kali terjadi di Gunung Merapi. Sebelumnya ada opsi menggunakan helikopter kecil untuk proses evakuasi. Namun hal itu tidak bisa dilaksanakan karena risiko terjadi turbulensi sehingga satu-satunya cara dilakukan secara manual.
Dalam bekerja, tim harus menggunakan tabung oksigen karena risiko gas beracun. Namun penggunaan tabung oksigen maksimal hanya 1,5 jam. Selain itu, kondisi panas yang tinggi dapat mengakibatkan tabung pecah. Kepala Balai Penelitian, Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta Subandriyo mengatakan, kondisi di kawah Merapi yang paling berbahaya justru adalah gas vulkanik yang dikeluarkan dari kawah. Gas beracun tersebut sulit terdeteksi karena tidak berbau dan berwarna. “Di antaranya adalah gas Co dan Co2,” kata Subandriyo. Karena itu, tim evakuasi harus memakai masker cadangan oksigen.
Suhu Bisa Mencapai 400 Derajat Celcius
Kepala Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Manusia (ESDM) Surono mengingatkan, upaya evakuasi harus dilakukan hati-hati dan mengutamakan keselamatan tim rescue. Hal itu mengingat kondisi kawah Merapi sangat labil dan menyemburkan gas beracun.
“Bagaimanapun keselamatan tim evakuasi paling utama,” kata pria yang akrab disapa Mbah Rono di Balai Penyelidikan, Pengembangan Teknologi Kegunungapian dan Bencana Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, kemarin. Menurutnya, proses evakuasi harus dilakukan saat ada sinar matahari karena sinar matahari yang menyinari kawah bisa mempercepat pemuaian gas berbahaya CO dan H2S.
“Temperatur gas di dalam kawah bisa mencapai 100-400 derajat celcius dan sangat pekat. Jangan dilakukan saat malam hari atau kondisi berawan, itu akan berbahaya meski pakai masker,” katanya. Selain kondisi gas beracun yang berbahaya, kondisi batuan hasil erupsi Merapi tahun 2010 juga dikhawatirkan belum stabil dan rawan longsor.
“Yang kita khawatirkan itu gas dalam kawah yang terlalu pekat, penyelamat harus pakai masker full face . Bebatuan juga labil,” katanya. Mbah Rono pun terheran kenapa ada pendaki yang sampai puncak Merapi. Padahal pihaknya sudah mengingatkan agar para pendaki hanya sampai Pasar Bubar meskipun kondisi puncak dalam keadaan normal. “Sebelum memasuki wilayah, seharusnya mereka mencari tahu informasi dulu. Saya tidak tahu kenapa pendaki bisa sampai ke puncak, itu berbahaya,” katanya.
Ary wahyu wibowo/ ristu hanafi
(bbg)