Jenis Giant Lebih Mahal karena Butuh Perawatan Khusus
A
A
A
Ikan cupang sudah tidak asing lagi bagi kita. Ikan yang memiliki beragam jenis dan corak warna yang menawan ini sudah banyak dipelihara sejak puluhan tahun lalu di Indonesia, termasuk di Kota Semarang.
Habitat aslinya merupakan negara-negara di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Vietnam, Singapura, Thailand, dan Indonesia. Dilihat dari bentuk fisiknya, ada beberapa jenis berbeda. Di antaranya jenis giant, ikan berukuran raksasa ini bisa memiliki panjang dari 5–7 sentimeter (cm). Kemudian jenis plakat, yakni berukuran sedang yang memiliki guratan sisik cerah. Masih ada jenis lainnya yakni halfmoon, atau ekor yang jika mengembang menyerupai setengah bulan.
Varian lainnya adalah fancy, yakni yang memiliki multiwarna. Secara berkala, ada kontes ikan cupang, baik di tingkat reguler (Jateng), nasional, maupun internasional. Di Kota Lumpia, penangkar ikan yang memiliki nama latin Betta sp, ini tidak banyak, hanya ada sekitar 10 orang dengan kapasitas produksi tergolong cukup besar. Itu pun sebagian tidak murni cupang, beberapa di antaranya memilih membudidayakan ikan yang lagi tren. Adalah Sukamto, 45, salah satu peternak senior di Kota Lumpia, tetap setia menangkarkan ikan cupang saja.
Di samping perawatannya lebih mudah, pemberian pakannya pun tidak mahal. Cukup diberi cuk atau jentik nyamuk, sehari dua kali, pagi dan sore. Untuk ikan berukuran kecil atau baru saja berusia beberapa hari, bisa diberi kutu air, yang bisa dicari dengan mudah di selokan-selokan yang tergenang air. ”Sudah 20 tahun saya beternak cupang,” ujar Sukamto mengawali obrolan saat ditemui di kediamannya Jalan Seroja IV No 15 A Semarang.
Di tempat ternaknya yang sangat sederhana, selain jenis giant, juga ada serit, halfmoon, plakat, dan fancy. Ada yang baru berumur satu bulan dan indukan, baik pejantan maupun betina. Khusus betina, stok yang disiapkan saat ini tak kurang 400 ekor. Usaha yang sudah ditekuni Sukamto puluhan tahun itu cukup terbantu dengan adanya internet sehingga bisa dikenal oleh banyak pehobi maupun pedagang ikan hias di Indonesia.
”Pesanan ada yang partai, ratusan ekor, dari di Sumatera, Lampung, hingga Riau. Namun khusus pehobi, satu ekor saja bisa kami kirim, biar semakin tambah teman,” ungkapnya. Dalam sebulan, Sukamto bisa menernak cupang hingga tiga kali. Jika memiliki indukan betina 25 ekor, untuk mendapatkan uang Rp2,5 juta dalam sebulan cukup mudah. Untuk jenis plakatdan halfmoon, usia 2 bulan harga setor pedagang Rp1.500–Rp2.500. Adapun untuk giant, sedikit lebih mahal.
Usia 2 bulan, harganya mulai Rp10.000. Jika sudah besar hingga 5 bulan, bisa mencapai ratusan ribu. Harga mahal ini karena untuk menernak giant, butuh ilmu dan pengalaman, karena memiliki karakter berbeda dengan jenis lainnya. Jenis giant, baru bisa ditangkarkan setelah berusia 5 bulan. Itu pun baru bertelur setelah proses pemijahan.
Sementara jenis lainnya, usia 3 bulan sudah bisa ditangkarkan dan bisa bertelur sebelum pemijahan berlangsung. ”Saya belajar hingga 16 tahun untuk menangkarkan giant,” ungkapnya. Kualitas hasil penangkaran sangat ditentukan oleh iklim karena terkait dengan persediaan pakan di alam. Seperti jentik nyamuk, jika musim hujan, sulit didapat. ”Kalau musimnya seperti ini, sulit ditentukan, hasilnya juga kurang begitu maksimal,” papar Sukamto.
Untuk memasarkan ikan, Sukamto dibantu oleh Novianto. Pemuda berusia 30 tahun itu membantu menjual melalui akun Facebookpehobi cupang di Indonesia, sejak dua tahun terakhir. Peminatnya cukup banyak. Alhasil, cupang milik bapak lima anak ini sudah berhasil terbang ke berbagai provinsi di Indonesia.
Jika selama ini hanya khusus beternak, lelaki yang akrab disapa Pak Jenggot ini dalam hati kecilnya ingin menjajakan langsung di kios. Sayang, dia tidak memiliki dana yang cukup.
Arif Purniawan
Kota Semarang
Habitat aslinya merupakan negara-negara di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Vietnam, Singapura, Thailand, dan Indonesia. Dilihat dari bentuk fisiknya, ada beberapa jenis berbeda. Di antaranya jenis giant, ikan berukuran raksasa ini bisa memiliki panjang dari 5–7 sentimeter (cm). Kemudian jenis plakat, yakni berukuran sedang yang memiliki guratan sisik cerah. Masih ada jenis lainnya yakni halfmoon, atau ekor yang jika mengembang menyerupai setengah bulan.
Varian lainnya adalah fancy, yakni yang memiliki multiwarna. Secara berkala, ada kontes ikan cupang, baik di tingkat reguler (Jateng), nasional, maupun internasional. Di Kota Lumpia, penangkar ikan yang memiliki nama latin Betta sp, ini tidak banyak, hanya ada sekitar 10 orang dengan kapasitas produksi tergolong cukup besar. Itu pun sebagian tidak murni cupang, beberapa di antaranya memilih membudidayakan ikan yang lagi tren. Adalah Sukamto, 45, salah satu peternak senior di Kota Lumpia, tetap setia menangkarkan ikan cupang saja.
Di samping perawatannya lebih mudah, pemberian pakannya pun tidak mahal. Cukup diberi cuk atau jentik nyamuk, sehari dua kali, pagi dan sore. Untuk ikan berukuran kecil atau baru saja berusia beberapa hari, bisa diberi kutu air, yang bisa dicari dengan mudah di selokan-selokan yang tergenang air. ”Sudah 20 tahun saya beternak cupang,” ujar Sukamto mengawali obrolan saat ditemui di kediamannya Jalan Seroja IV No 15 A Semarang.
Di tempat ternaknya yang sangat sederhana, selain jenis giant, juga ada serit, halfmoon, plakat, dan fancy. Ada yang baru berumur satu bulan dan indukan, baik pejantan maupun betina. Khusus betina, stok yang disiapkan saat ini tak kurang 400 ekor. Usaha yang sudah ditekuni Sukamto puluhan tahun itu cukup terbantu dengan adanya internet sehingga bisa dikenal oleh banyak pehobi maupun pedagang ikan hias di Indonesia.
”Pesanan ada yang partai, ratusan ekor, dari di Sumatera, Lampung, hingga Riau. Namun khusus pehobi, satu ekor saja bisa kami kirim, biar semakin tambah teman,” ungkapnya. Dalam sebulan, Sukamto bisa menernak cupang hingga tiga kali. Jika memiliki indukan betina 25 ekor, untuk mendapatkan uang Rp2,5 juta dalam sebulan cukup mudah. Untuk jenis plakatdan halfmoon, usia 2 bulan harga setor pedagang Rp1.500–Rp2.500. Adapun untuk giant, sedikit lebih mahal.
Usia 2 bulan, harganya mulai Rp10.000. Jika sudah besar hingga 5 bulan, bisa mencapai ratusan ribu. Harga mahal ini karena untuk menernak giant, butuh ilmu dan pengalaman, karena memiliki karakter berbeda dengan jenis lainnya. Jenis giant, baru bisa ditangkarkan setelah berusia 5 bulan. Itu pun baru bertelur setelah proses pemijahan.
Sementara jenis lainnya, usia 3 bulan sudah bisa ditangkarkan dan bisa bertelur sebelum pemijahan berlangsung. ”Saya belajar hingga 16 tahun untuk menangkarkan giant,” ungkapnya. Kualitas hasil penangkaran sangat ditentukan oleh iklim karena terkait dengan persediaan pakan di alam. Seperti jentik nyamuk, jika musim hujan, sulit didapat. ”Kalau musimnya seperti ini, sulit ditentukan, hasilnya juga kurang begitu maksimal,” papar Sukamto.
Untuk memasarkan ikan, Sukamto dibantu oleh Novianto. Pemuda berusia 30 tahun itu membantu menjual melalui akun Facebookpehobi cupang di Indonesia, sejak dua tahun terakhir. Peminatnya cukup banyak. Alhasil, cupang milik bapak lima anak ini sudah berhasil terbang ke berbagai provinsi di Indonesia.
Jika selama ini hanya khusus beternak, lelaki yang akrab disapa Pak Jenggot ini dalam hati kecilnya ingin menjajakan langsung di kios. Sayang, dia tidak memiliki dana yang cukup.
Arif Purniawan
Kota Semarang
(ars)