Minat Menulis Guru Bahasa Jawa Rendah
A
A
A
BANTUL - Minat menulis guru dalam bahasa Jawa perlu ditingkatkan. Para guru kerap merasa minder ketika bersaing dengan guru-guru di kabupaten lain untuk menembus di media massa. Apalagi, tulisan mereka di media jarang dimuat media.
Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Jawa SMA/SMK/MA Kabupaten Bantul, Fitriyani Astuti mengatakan, produktivitas penulisan bagi guru-guru Bahasa Jawa di Kabupaten Bantul sangat rendah.
"Untuk meningkatkannya bukan persoalan mudah, karena hasil karya mereka masih sulit menembus ke media. Media massa merupakan salah satu point kenaikan pangkat," katanya, kepada wartawan, Selasa (12/5/2015).
Tidak sedikit guru yang mencoba menulis berbagai artikel mulai dari cerita pendek, puisi, lagu Jawa seperti Geguritan ataupun Mocopatan. Hanya saja, memang perlu media publikasi untuk mengenalkan tulisan mereka.
"Untuk menembus media masih menjadi persoalan tersendiri. Untuk itu, kami akan melakukan pelatihan ataupun workshop penulisan di media massa dengan peserta guru-guru Bahasa Jawa se-DIY," terangnya.
Seperti yang dilakukan hari ini. Sebanyak 70 orang guru, mahasiswa, dan masyarakat umum mengikuti pelatihan yang diselenggarakan bersama MGMP Bahasa Jawa. "Acara ini diikuti oleh guru Bahasa Jawa dari SD, SMP, SMA/SMK/MA," terangnya.
Sementara itu, Ketua Forum Masyarakat Peduli Pendidikan Bantul Zahrowi mengatakan, kemampuan guru bersertifikasi memang patut dipertanyakan. Sebab, tunjangan sertifikasi tidak memberikan output kepada siswa.
"Guru yang sudah bersertifikasi tidak memberikan contoh baik dengan menerapkan teori dan praktik sekaligus. Guru bersertifikasi itu paling-paling mentok di IV A, untuk IV B sangat jarang," pungkasnya.
Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Jawa SMA/SMK/MA Kabupaten Bantul, Fitriyani Astuti mengatakan, produktivitas penulisan bagi guru-guru Bahasa Jawa di Kabupaten Bantul sangat rendah.
"Untuk meningkatkannya bukan persoalan mudah, karena hasil karya mereka masih sulit menembus ke media. Media massa merupakan salah satu point kenaikan pangkat," katanya, kepada wartawan, Selasa (12/5/2015).
Tidak sedikit guru yang mencoba menulis berbagai artikel mulai dari cerita pendek, puisi, lagu Jawa seperti Geguritan ataupun Mocopatan. Hanya saja, memang perlu media publikasi untuk mengenalkan tulisan mereka.
"Untuk menembus media masih menjadi persoalan tersendiri. Untuk itu, kami akan melakukan pelatihan ataupun workshop penulisan di media massa dengan peserta guru-guru Bahasa Jawa se-DIY," terangnya.
Seperti yang dilakukan hari ini. Sebanyak 70 orang guru, mahasiswa, dan masyarakat umum mengikuti pelatihan yang diselenggarakan bersama MGMP Bahasa Jawa. "Acara ini diikuti oleh guru Bahasa Jawa dari SD, SMP, SMA/SMK/MA," terangnya.
Sementara itu, Ketua Forum Masyarakat Peduli Pendidikan Bantul Zahrowi mengatakan, kemampuan guru bersertifikasi memang patut dipertanyakan. Sebab, tunjangan sertifikasi tidak memberikan output kepada siswa.
"Guru yang sudah bersertifikasi tidak memberikan contoh baik dengan menerapkan teori dan praktik sekaligus. Guru bersertifikasi itu paling-paling mentok di IV A, untuk IV B sangat jarang," pungkasnya.
(san)