2 Negara Jajaki Kerja Sama dengan Solo
A
A
A
SOLO - Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta menerima penjajakan kerja sama dengan pemerintah Selandia Baru (New Zealand) dan Pemerintah Kota New York, Amerika Serikat.
Ada empat bidang yang potensial untuk dikerjasamakan, yaitu investasi, tenaga kerja, pariwisata, dan perdagangan. Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) untuk New York Winanto Adi mengatakan, KJRI di New York dan Pemkot Surakarta hingga Juni mendatang akan mengkaji potensi apa yang saja yang bisa dikerjasamakan.
“Kerja sama dengan New York akan mengedepankan manfaat bagi masyarakat Solo,” ujarnya seusai bertemu dengan Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo kemarin. Berbeda halnya dengan kerja sama sister city yang hanya sebatas penandatanganan tanpa tindak lanjut. Kerja sama kali ini sifatnya bisa Goverment to Goverment (G to G), People to People (P to P), dan Business to Business (B to B).
Selama ini kerja sama P to P dengan New York dinilai sudah cukup kuat. Sementara yang perlu dikembangkan adalah kerja sama antarpemerintahnya. Pihaknya meminta agar Wali Kota Solo meningkatkan kerja sama dengan Kementrian Luar Negeri (Kemenlu). Dengan demikian, setiap diplomat asing di Indonesia bisa berkunjung langsung ke Kota Solo. Mereka bisa belajar bahasa Indonesia di Solo sekaligus mempelajari budaya lokal.
Setelah menerima kunjungan KJRI untuk New York, giliran Duta Besar Selandia Baru Trevor Matheson yang menyambangi Kota Solo. “Saya dua minggu belajar bahasa Indonesia di Yogya, dan baru kali ini datang ke Solo,” ujar Trevor Matheson melalui penerjemah bahasa. Selama ini Indonesia dan Selandia Baru telah memiliki hubungan erat sejak lama. Dimulai 1950 dan membuka kedutaan pada 1961.
Saat itu kerja sama yang telah terjalin di antaranya di bidang pendidikan, yakni pelajar Indonesia bisa bersekolah ke Selandia Baru. Sementara guru dari negaranya belajar di Indonesia. Pemerintah Selandia Baru akan menggelontorkan bantuan 100 miliar dolar. Dari jumlah itu, 1/5 di antaranya untuk bidang pendidikan dengan fokus penyaluran di wilayah Jawa Tengah.
“Sehingga kami membuka peluang kerja sama dengan Solo,” ucap Trevor Matheson. Kerja sama yang ditawarkan, di antaranya pertanian, energi yang terbarukan, dan geothermal . Kerja sama lainnya adalah risiko bencana mengingat Selandia Baru dan Indonesia merupakan daerah rawan bencana. Wali Kota Solo Hadi Rudyatmo mengemukakan, pihaknya akan membuat analisis kebutuhan dalam rangka penjajakan kerja sama dengan New York.
“Jangan sampai seperti yang dulu-dulu, kerja sama tapi tidak ada manfaat bagi masyarakat Solo,” tandasnya. Mengenai penjajakan kerja sama dengan Selandia Baru, pihaknya berharap Solo kebagian kucuran 100 miliar dolar yang digelontorkan. “Kalau untuk bidang energi, seperti surya, air, dan angin, Solo jelas kesulitan karena tidak ada tempatnya. Kalau daerah lain di Jawa Tengah memungkinkan,” ungkapnya. Meski demikian, Solo dapat dijajaki kerja sama di bidang pendidikan, budaya, dan pariwisata.
Ary wahyu wibowo
Ada empat bidang yang potensial untuk dikerjasamakan, yaitu investasi, tenaga kerja, pariwisata, dan perdagangan. Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) untuk New York Winanto Adi mengatakan, KJRI di New York dan Pemkot Surakarta hingga Juni mendatang akan mengkaji potensi apa yang saja yang bisa dikerjasamakan.
“Kerja sama dengan New York akan mengedepankan manfaat bagi masyarakat Solo,” ujarnya seusai bertemu dengan Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo kemarin. Berbeda halnya dengan kerja sama sister city yang hanya sebatas penandatanganan tanpa tindak lanjut. Kerja sama kali ini sifatnya bisa Goverment to Goverment (G to G), People to People (P to P), dan Business to Business (B to B).
Selama ini kerja sama P to P dengan New York dinilai sudah cukup kuat. Sementara yang perlu dikembangkan adalah kerja sama antarpemerintahnya. Pihaknya meminta agar Wali Kota Solo meningkatkan kerja sama dengan Kementrian Luar Negeri (Kemenlu). Dengan demikian, setiap diplomat asing di Indonesia bisa berkunjung langsung ke Kota Solo. Mereka bisa belajar bahasa Indonesia di Solo sekaligus mempelajari budaya lokal.
Setelah menerima kunjungan KJRI untuk New York, giliran Duta Besar Selandia Baru Trevor Matheson yang menyambangi Kota Solo. “Saya dua minggu belajar bahasa Indonesia di Yogya, dan baru kali ini datang ke Solo,” ujar Trevor Matheson melalui penerjemah bahasa. Selama ini Indonesia dan Selandia Baru telah memiliki hubungan erat sejak lama. Dimulai 1950 dan membuka kedutaan pada 1961.
Saat itu kerja sama yang telah terjalin di antaranya di bidang pendidikan, yakni pelajar Indonesia bisa bersekolah ke Selandia Baru. Sementara guru dari negaranya belajar di Indonesia. Pemerintah Selandia Baru akan menggelontorkan bantuan 100 miliar dolar. Dari jumlah itu, 1/5 di antaranya untuk bidang pendidikan dengan fokus penyaluran di wilayah Jawa Tengah.
“Sehingga kami membuka peluang kerja sama dengan Solo,” ucap Trevor Matheson. Kerja sama yang ditawarkan, di antaranya pertanian, energi yang terbarukan, dan geothermal . Kerja sama lainnya adalah risiko bencana mengingat Selandia Baru dan Indonesia merupakan daerah rawan bencana. Wali Kota Solo Hadi Rudyatmo mengemukakan, pihaknya akan membuat analisis kebutuhan dalam rangka penjajakan kerja sama dengan New York.
“Jangan sampai seperti yang dulu-dulu, kerja sama tapi tidak ada manfaat bagi masyarakat Solo,” tandasnya. Mengenai penjajakan kerja sama dengan Selandia Baru, pihaknya berharap Solo kebagian kucuran 100 miliar dolar yang digelontorkan. “Kalau untuk bidang energi, seperti surya, air, dan angin, Solo jelas kesulitan karena tidak ada tempatnya. Kalau daerah lain di Jawa Tengah memungkinkan,” ungkapnya. Meski demikian, Solo dapat dijajaki kerja sama di bidang pendidikan, budaya, dan pariwisata.
Ary wahyu wibowo
(bbg)