Guantanamo, Penjara Termahal di Dunia dengan Operasional Tinggi

Kamis, 19 September 2019 - 11:41 WIB
Guantanamo, Penjara Termahal di Dunia dengan Operasional Tinggi
Operasional Tinggi, Guantanamo jadi Penjara Termahal di Dunia. Foto/Ist
A A A
NEW YORK - Penjara Guantanamo (Gitmo) dikenal sebagai tempat tahanan teroris yang paling ditakuti dan mengerikan di dunia.

Penjara yang beroperasi sejak Serangan 11 September 2001 itu menghabiskan dana operasional senilai USD540 juta atau USD13 juta untuk seorang narapidana.

Anggaran itu lebih mahal untuk pengamanan seorang penjahat perang Nazi Rudolf Hess di Penjara Spandau, Jerman, pada 1985, yang memakan biaya USD1,5 juta.

Bahkan, penjara supermaksimum di Colorado yang menahan tahanan paling berbahaya di AS hanya memakan biaya USD78.000 pada 2012.

Melansir The New York Times, anggaran USD540 juta digunakan untuk mengamankan 40 narapidana yang masih bertahan di sana.

Itu menjadi Gitmo menjadi salah satu program tahanan paling mahal di dunia. 18 tahun setelah pemerintahan George W Bush, tahanan yang disebut dengan Camp X-Ray masih dimanfaatkan untuk menahan penjahat perang melawan terorisme.

“Saya pikir itu pemborosan uang yang sangat mengerikan. Itu bencana pemborosan uang,”kata Kolonel (Purn) Gary Brown, mantan penasihat hukum puntuk mantan kepala pengadilan militer militer Guantanamo, kepad NPR.

Dia mengajukan komplain sebagai whistleblower atas tuduhan pemborosan keuangan dan kesalahan manajemen di Gitmo.

“Dua kata untuk merangkum (permasalahan Gitmo) adalah ‘Menunggu-Apa?’,” ujar Brown. Dia mengungkapkan, banyak pengeluaran anggaran di Gitmo tidak dibutuhkan.

Berlokasi di Pangkalan Angkatan Laut AS di perairan tenggara Kuba, militer menempatkan lebih dari 1.800 tentara di pusat tahanan tersebut. Sebanyak 45 tentara untuk menjaga seorang tahanan.

Tentara menjaga tiga pusat tahanan, dua kantor pusat rahasia, tiga klinik, dan empat kompleks untuk tahanan berkonsultasi dengan pengacara. Di sana juga terdapat fasilitas pengadilan perang.

Bagi tentara dan anggota keluarganya memiliki bioskop, perumahan khusus, pekerja untuk memberikan pelayanan kesehatan mental, dan berbagai fasilitas lainnya.

Hakim, pengacara, jurnalis, dan pekerja pendukung juga kerap terbang ke Gitmo dengan pesawat sewa.

Dalam pandangan Morris Davis, Kepala Penuntutan di Gitmo sejak 2005-2007, mengungkapkan miliaran dolar dihabiskan di Gitmo. “Pemborosan itu tidak perlukan,” ujarnya.

Dia mengaku mengundurkan diri setelah dipaksa atasannya untuk memperoleh bukti dengan cara penyiksaan.

40 tahanan yang semuanya pria mendapatkan makanan halal, dilengkapi stasiun televisi baik berita dan olahraga, peralatan olahraga, dan PlayStation. Banyak tahanan mengikut kelompok seni dan kelas menanam sayur.

Sementara itu, Gitmo memiliki beberapa fakta yang cukup mengejutkan Seorang tahanan bernama Mohammed Ali Abdullah Bwazir yang ditahan sejak 2002 mengalami ketakutan ketika hendak dipindahkan ke tahanan lain. Dia pun akhirnya tidak ditranfer ke penjara di negara lain.

Kemudian, 8% tahanan Gitmo merupakan gerilyawan Al-Qaeda. Sembilan orang tahanan meninggal di tahanan, termasuk seorang tahanan melakukan gantung diri.

Salah seorang tahanan bernama Tariq Ba Odah melakukan mogok makan selama sembilan tahun, dan akhirnya dipindahkan ke Saudi pada 2016.

Ternyata Gitmo juga memenjarakan 22 tahanan berusia di bawah 18 tahun. Omar Khard merupakan tahanan termuda di Gitmo yang berusia 15 tahun setelah ditangkap di Afghanistan.

Selanjutnya, Mohammed Sadiq merupakan tahanan tertua berusia 89 tahun saat pertama kali dijebloskan ke Gitmo. 111 tahanan Gitmo kembali ke aktivitas terorisme setelah dibebaskan.
(boy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.8620 seconds (0.1#10.140)