Warga Sapanang Pangkep Berhasil Uji Coba Pertanian Organik

Senin, 06 April 2020 - 15:45 WIB
Warga Sapanang Pangkep...
Panen hasil pertanian organik warga Sapanang, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep. Foto: SINDOnews/Muhammad Subhan
A A A
PANGKEP - Dipandang sebelah mata dan kadang dicibir, begitulah awal ketika Zakaria mulai menanam padi dengan sistem organik. Ia mengaku, banyak warga kampungnya yang pesimis dengan langkahnya itu.

Zakaria mengaku tak ambil hati dengan itu semua. Ia menganggap wajar jika sebagian masyarakat tak percaya kalau bertani tanpa pupuk kimia akan berhasil. Bukan tanpa alasan masyarakat beranggapan demikian, sebab mayoritas petani di kampungnya di Kelurahan Sapanang, Kecamatan Bungoro, Pangkep menggantungkan pertanian mereka pada pupuk kimia.

"Banyak yang suruh saya pakai pupuk (kimia) yang seperti biasa karena tidak percaya kalau padi ini akan berhasil," ucap Zakaria, Senin (6/4/2020).

Ia menuturkan, ilmu pertanian padi organik itu didapatnya dari pelatihan yang digelar Forum Masyarakat Makkiade. Bekal dari pelatihan itu, Zakaria mulai mengolah sawahnya dan membuat pupuk dari beragam bahan alami seperti gula merah, jahe, kangkung, kotoran sapi dan bahan alami lain.

Dipekan awal, ujarnya, tanaman padinya terlihat menguning dan layu. Saat itu, ia mengaku hampir putus asa.

"Semua orang sudah suruh saya pakai pupuk kimia, tapi untuk pengurus forum dan pendamping terus memberi motivasi agar saya tidak menyerah," kata Zakaria.

Forum Masyarakat Makkiade merupakan wadah masyarakat Sapanang yang berada di ring satu PT Semen Tonasa. Setiap tahun forum ini melaksanakan beragam program kemasyarakatan dengan sistem kemitraan dengan Semen Tonasa.

Ketua Forum Masyarakat Makkiade, Mustafa mengaku sangat senang melihat pertanian padi organik milik Zakaria bisa panen. Mustafa menunjukkan, sawah dengan sistem organik yang dikelolanya bersama Zakaria lebih kuning dan berisi dibanding sawah dengan pupuk organik. Ia mengatakan, sawah organik ini adalah percontohan.

"Semoga dengan berhasilnya sawah percontohan ini akan semakin banyak warga yang mau bertani organik. Apalagi harga beras organik lebih mahal dari beras biasa," ujar Mustafa.

Pendamping forum, Tauhid menuturkan, biaya untuk pertanian organik jauh lebih murah dibanding pertanian konvensional yang menggunakan pupuk kimia. Dengan pupuk kimia untuk sekali musim tanam sampai panen, Zakaria mengeluarkan uang beberapa juta untuk beli pupuk. Namun dengan pertanian organik, biaya yang dikeluarkan tak sampai Rp500 ribu.

"Biayanya sangat murah kalau dibanding pupuk kimia. Cuma kalau pupuk organik dibutuhkan kerja lebih, karena pupuknya dibuat sendiri," jelasnya.

Tauhid mengatakan, program pertanian organik di wilayah Kelurahan Sapanang ini akan dilanjutkan tahun ini. Ia berharap dengan keberhasilan panen di lahan percontohan ini banyak masyarakat yang mengikuti jejak Zakaria.
(man)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.2108 seconds (0.1#10.140)