Wagub Sambut Positif Bahasa Indonesia-Melayu Jadi Bahasa Ilmiah Internasional
A
A
A
SURABAYA - Wakil Gubernur Jawa Timur (Jatim) Emil Elestianto Dardak menyambut positif inisiatif para Guru Besar dari Indonesia dan Malaysia terkait Bahasa Indonesia-Malaysia.
Untuk mendeklarasikan dan mengupayakan agar bahasa Indonesia-Melayu dijadikan sebagai bahasa ilmiah internasional.
“Secara kultur, bahasa Indonesia dan Melayu memiliki banyak kesamaan, tentu ini akan membanggakan bagi kedua negara yang serumpun,” kata Wagub Emil-sapaan akrabnya saat menghadiri Gala Dinner Musyawarah Internasional bertema "Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Ilmiah International" Forum Dewan Guru Besar Indonesia, di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Selasa (5/11/2019) malam.
Wagub Emil mengatakan, inisiatif tersebut patut diapresiasi, sebab jika bahasa Indonesia-Melayu menjadi bahasa ilmiah internasional, tentu bahasa tersebut, khususnya bahasa Indonesia, akan digunakan secara lebih luas oleh masyarakat dari berbagai negara di dunia.
“Kami bersyukur dan bangga, bahwa para tokoh sekaliber guru-guru besar, bukan hanya dari Indonesia, tapi juga Malaysia yang sepakat memperjuangkan bahasa Indonesia-Melayu sebagai bahasa resmi ilmiah internasional. Sehingga kedepan, kita bisa memperkenalkan bahasa ini lebih luas lagi,” kata dia.
Guna mendukung hal tersebut, imbuh orang nomor dua di Jatim ini, sejak saat ini seluruh masyarakat juga harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam acara resmi maupun informal, sebab salah satu manfaatnya, adalah meminimalisir timbulnya friksi.
“Bahasa Indonesia adalah salah satu bahasa yang bisa mengekspresikan kritik sekalipun, dalam cara yang sangat baik, tanpa menghilangkan makna di dalamnya. Jadi, jika bahasa Indonesia dipelajari dan di kuasai dengan baik, Insha Allah suasana akan jauh lebih adem, dan kita bisa menghindari friksi-friksi yang tidak perlu terjadi,” kata dia.
Lebih lanjut Wagub Emil mengatakan, penggunaan Bahasa Indonesia yang baik juga akan menghindarkan dari berita palsu alias hoax. Sebab, salah satu suburnya penyebaran hoax adalah karena penggunaan bahasa-bahasa yang kurang baku, serta menimbulkan interpretasi atau tafsiran yang lebih vulgar, dan berpotensi menciptakan friksi.
Sementara dalam sambutannya, Rektor Unesa Nurhasan mengatakan, bersama seluruh rekan-rekan guru besar se-Asean, pihaknya akan mendeklarasikan untuk menjadikan bahasa Indonesia-Melayu menjadi bahasa ilmiah internasional. Untuk itu, dirinya meminta masukan agar pertemuan tersebut bisa berlangsung optimal.
“Kami memiliki harapan besar, apalagi Mendikbud sekarang baru. Saya berharap, nanti temen-temen guru besar ini ada deklarasi khusus yang memberikan pencerahan pada menteri karena tantangan ke depan luar biasa,” kata dia.
Salah satu tantangan tersebut, imbuh Nurhasan, adalah percepatan di era industri 4.0, bahkan 5.0. Pihaknya optimis deklarasi yang diharapkan dapat menghasilkan masukan yang bermanfaat. "Sebab para guru besar disini bukan hanya alumni S3 dari Indonesia, tapi juga Jerman, Jepang, dan seluruh dunia," jelas dia.
Hadir dalam kesempatan itu, delegasi 31 Perguruan Tinggi Negeri dan Perguruan Tinggi Swasta se Asia serta 154 Guru Besar yang menjadi peserta Musyawarah International dan Seminar Forum Dewan Guru Besar Indonesia (FDGBI) IV di Surabaya.
Hadir pula, Dewan Pertimbangan DGBI, Prof Drs Koentjoro MBSe Phd, Ketua panitia Musyawarah International dan Seminar Forum DGBI ke 4 di Surabaya Prof Dr Setya Yuwana.
Untuk mendeklarasikan dan mengupayakan agar bahasa Indonesia-Melayu dijadikan sebagai bahasa ilmiah internasional.
“Secara kultur, bahasa Indonesia dan Melayu memiliki banyak kesamaan, tentu ini akan membanggakan bagi kedua negara yang serumpun,” kata Wagub Emil-sapaan akrabnya saat menghadiri Gala Dinner Musyawarah Internasional bertema "Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Ilmiah International" Forum Dewan Guru Besar Indonesia, di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Selasa (5/11/2019) malam.
Wagub Emil mengatakan, inisiatif tersebut patut diapresiasi, sebab jika bahasa Indonesia-Melayu menjadi bahasa ilmiah internasional, tentu bahasa tersebut, khususnya bahasa Indonesia, akan digunakan secara lebih luas oleh masyarakat dari berbagai negara di dunia.
“Kami bersyukur dan bangga, bahwa para tokoh sekaliber guru-guru besar, bukan hanya dari Indonesia, tapi juga Malaysia yang sepakat memperjuangkan bahasa Indonesia-Melayu sebagai bahasa resmi ilmiah internasional. Sehingga kedepan, kita bisa memperkenalkan bahasa ini lebih luas lagi,” kata dia.
Guna mendukung hal tersebut, imbuh orang nomor dua di Jatim ini, sejak saat ini seluruh masyarakat juga harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam acara resmi maupun informal, sebab salah satu manfaatnya, adalah meminimalisir timbulnya friksi.
“Bahasa Indonesia adalah salah satu bahasa yang bisa mengekspresikan kritik sekalipun, dalam cara yang sangat baik, tanpa menghilangkan makna di dalamnya. Jadi, jika bahasa Indonesia dipelajari dan di kuasai dengan baik, Insha Allah suasana akan jauh lebih adem, dan kita bisa menghindari friksi-friksi yang tidak perlu terjadi,” kata dia.
Lebih lanjut Wagub Emil mengatakan, penggunaan Bahasa Indonesia yang baik juga akan menghindarkan dari berita palsu alias hoax. Sebab, salah satu suburnya penyebaran hoax adalah karena penggunaan bahasa-bahasa yang kurang baku, serta menimbulkan interpretasi atau tafsiran yang lebih vulgar, dan berpotensi menciptakan friksi.
Sementara dalam sambutannya, Rektor Unesa Nurhasan mengatakan, bersama seluruh rekan-rekan guru besar se-Asean, pihaknya akan mendeklarasikan untuk menjadikan bahasa Indonesia-Melayu menjadi bahasa ilmiah internasional. Untuk itu, dirinya meminta masukan agar pertemuan tersebut bisa berlangsung optimal.
“Kami memiliki harapan besar, apalagi Mendikbud sekarang baru. Saya berharap, nanti temen-temen guru besar ini ada deklarasi khusus yang memberikan pencerahan pada menteri karena tantangan ke depan luar biasa,” kata dia.
Salah satu tantangan tersebut, imbuh Nurhasan, adalah percepatan di era industri 4.0, bahkan 5.0. Pihaknya optimis deklarasi yang diharapkan dapat menghasilkan masukan yang bermanfaat. "Sebab para guru besar disini bukan hanya alumni S3 dari Indonesia, tapi juga Jerman, Jepang, dan seluruh dunia," jelas dia.
Hadir dalam kesempatan itu, delegasi 31 Perguruan Tinggi Negeri dan Perguruan Tinggi Swasta se Asia serta 154 Guru Besar yang menjadi peserta Musyawarah International dan Seminar Forum Dewan Guru Besar Indonesia (FDGBI) IV di Surabaya.
Hadir pula, Dewan Pertimbangan DGBI, Prof Drs Koentjoro MBSe Phd, Ketua panitia Musyawarah International dan Seminar Forum DGBI ke 4 di Surabaya Prof Dr Setya Yuwana.
(nth)