Feskabi 2019, Usaha BI Mendekatkan Diri dengan Mahasiswa UNS

Rabu, 09 Oktober 2019 - 17:30 WIB
Feskabi 2019, Usaha BI Mendekatkan Diri dengan Mahasiswa UNS
Kegiatan Festival Edukasi Bank Indonesia (Feskabi) di Kampus UNS Solo, Rabu (9/10/2019). FOTO/SINDOnews/ARY WAHYU WIBOWO
A A A
SOLO - Festival Edukasi Bank Indonesia (Feskabi) singgah di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Rabu (9/10/2019) dengan tajuk QRIS (Quick Response Indonesian Standard) Peran Bank Indonesia di Sistem Pembayaran Cepat. Dalam acara yang digelar di Auditorium GPH Haryo Mataram UNS, Bank Indonesia (BI) menghadirkan sejumlah tokoh milenial sebagai pembicara.

Mereka adalah content creator dan blogger, Agung Hapsah dan Suci Utami; artis Ussy Sulistiawati; dan Founder and CEO of Brodo, Yukka Harlanda. "Tahun ini Feskabi akan digelar di tiga kota dengan menargetkan keikutsertaan lebih dari 2.000 mahasiswa," kata Direktur Departemen Komunikasi BI, Junanto Herdiawan, Rabu (9/10/2019).

Junanto menjelaskan, BI hadir bukan saja untuk menghibur mahasiswa dengan para pembicara. BI berharap agar mahasiswa dapat memahami peran sentral BI melalui acara ini. "Kami memilih Solo sebagai kota pertama Feskabi. Acara rutin ini untuk mendekatkan diri dengan generasi muda milenial supaya BI lebih dikenal," ujarnya.

Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerjasama UNS Solo, Profesor Sadjidan memuji langkah BI yang cepat dalam merespons perkembangan revolusi industri 4.0, terutama dalam sistem pembayaran. Melalui Feskabi di UNS, diharapkan dapat merangsang pola pikir mahasiswa agar menjadi pribadi yang kritis dan kreatif. "Ciri khas mahasiswa adalah cara berpikir yang kritis dan kreatif," ujar Sadjidan.

Selain itu, Feskabi juga dapat meningkatkan jiwa kreativitas dan enterpreneurship, serta mengenalkan kebijakan baru mengenai QRIS, terutama bagi milenial di UNS.

Feskabi 2019 juga menghadirkan Deputi Gubernur BI Dr Sugeng sebagai keynote speaker. Di hadapan mahasiswa, Sugeng menyinggung dampak ekonomi yang disebabkan perang dagang antara Tiongkok dan Amerika. Ia menjelaskan bahwa Indonesia sebagai salah satu negara yang masih mengandalkan ekspor di sektor primer. Sehingga terkena dampak dari turunnya pertumbuhan ekonomi dunia.

"Kita sekarang masih di atas 5% (pertumbuhan ekonomi Indonesia) tapi kita kan juga ingin income naik. Kalau ingin jadi negara high income ekonomi di tahun 2033, di mana kaum milenial masih banyak, ekonomi kita harus tumbuh di atas 8% dan itu sangat berat," papar Sugeng.

Untuk itu, BI merespons cepat dengan mendorong generasi muda ikut bersama menggerakkan sektor ekonomi digital, salah satunya dengan meluncurkan QRIS.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 4.0698 seconds (0.1#10.140)