Viral Oleh Buzzer, Poltara: Siapa di Balik Skenario Jenderal Kardus?

Jum'at, 10 Agustus 2018 - 18:30 WIB
Viral Oleh Buzzer, Poltara: Siapa di Balik Skenario Jenderal Kardus?
Hasil analisis Poltara terkait viralnya isu Jenderal Kardus di media sosial. Foto/ISTIMEWA
A A A
BANDUNG - Fenomena "Jenderal Kardus" mewarnai sepak terjang Partai Demokrat hingga akhirnya memutuskan mendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Pilpres 2019.

Politika Nusantara (Poltara), sebuah lembaga analitik media sosial, merangkum percakapan tentang "Jenderal Kardus" yang mencuat tinggi sejak Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Andi Arief menuliskan cuitan kontroversial itu di laman Twitter pribadinya pada 8 Agustus 2018 pukul 21.29 WIB.

"Cuitan tersebut sontak menjadi viral sesaat setelah banyaknya re-tweets yang dilakukan netizen. Hanya butuh interval waktu sekitar 2 menit, akun Andi Arief dengan username @AndiArief langsung mendapatkan banyak sorotan dari para netizen," kata Analis Poltara Fajar Shiddieq di Bandung, Jumat (10/8/2018).

Shiddieq mengemukakan, re-tweets pertama terekam muncul pada pukul 21:31 WIB melalui akun @wilsonsitorus dengan jumlah followers 16.662 akun. Meskipun @wilsonsitorus menjadi akun pertama yang melakukan re-tweets terhadap "Jenderal Kardus", tetapi titik pemantik viralitas baru mulai terjadi pada pukul 22.20-22.38 WIB.

"Beberapa akun seperti @kurawa, @do_ra_dong, @G_paseksuardika, @GunRomli, dan @CNNIndonesia menjadikan "Jenderal Kardus" kian viral di permukaan publik dan media. Melalui visualisasi SNA (social network analysis), kelima akun inilah yang menjadi trigger atas viralitas tersebut," ujar dia.

Wacana politik melalui percakapan di liminasa Twitter pun, tutur Shiddieq, begitu cepat berkembang. Bahkan, sejak 8 Agustus 2018 pukul 21.29 WIB hingga 9 Agustus 2018 pukul 11.52 WIB, terdapat sekitar 630 tweets dengan intensitas re-tweets mencapai 3.242 yang melibatkan 2.648 akun di dalamnya.

Poltara juga turut memantau aktivitas situs berita online, di mana berdasarkan rekaman data analisis media Poltara, situs portal berita yang pertama mengangkat isu "Jenderal Kardus" adalah TribunNews pada pukul 22.22 WIB berjudul "Politikus Partai Demokrat: Prabowo Jenderal Kardus".

"Kemudian, total ekspos berita online juga terus bertambah. Bahkan, sampai saat ini sudah mencapai ratusan berita dengan warna sentimen yang didominasi oleh framing negatif," tutur Shiddieq.

Menurut Shiddieq, persepsi netizen dalam menanggapi "Jenderal Kardus" juga cenderung beragam, namun tampak bahwa setimen negatif lah yang mendominasi percakapan sejak isu tersebut muncul.

"Setidaknya mesin analisis Poltara menemukan lebih dari 40% percakapan diwarnai sentimen negatif dengan komposisi 622 cuitan bersentimen positif, 1.598 bersentimen netral, dan 1.486 bersentimen negatif," ungkap dia.

Sedangkan untuk konten narasi percakapan yang banyak muncul dari linimasa Twitter (cloud word) adalah "Jenderal Kardus", "Prabowo", "Jenderal Baper", "Demokrat", dan "Gerindra". Perbincangan netizen pun terus berkembang. Hingga kini, topik "Jenderal Kardus" menyisakan berbagai hashtag baru yang populer di permukaan media sosial, di antaranya #jenderalkardus, #jenderalbaper, #2019gantijenderalkardus, #2019gantikardus, dan #Mataduitan.

Shiddieq mengatakan, dari beberapa hashtag yang muncul tersebut, terdapat dua hashtag di antaranya yang naik ke permukaan publik hingga saat ini, yakni #jenderalkardus dan #jenderalbaper. Kemunculan kedua tanda pagar (tagar) itu merujuk kepada hubungan Prabowo Subianto dan Susilo Bambang Yudhoyono yang tampaknya dihadapkan pada permasalahan jelang pencalonan capres-cawapres.

"Peperangan antarnetizen mulai gencar terjadi, baik dari kubu #jendralkardus, #jendralbaper, bahkan hingga kubu yang menjelekkan keduanya (pihak ketiga). Seluruh peperangan hashtag disuguhkan dalam nuansa politis di mana konten cuitan di Twitter dan pemberitaan situs berita banyak menyoroti pecahnya koalisi antara kedua Jenderal tersebut,"kata Shiddieq.

Berdasarkan beberapa konten analisis media di atas, Shiddie menyimpulkan bahwa cuitan Andi Arief menjadi titik mula meluapnya informasi terkait potensi perpecahan komunikasi politik antara Demokrat dan Gerindra.

Sebagai seorang Wakil Sekretaris Jenderal di Partai Demokrat, komentar pedas Andi Arief terhadap Prabowo Subianto itu jelas mengundang perhatian para netizen, baik yang pro maupun kontra untuk turut bergabung dalam meramaikan percakapan di linimasa Twitter.

"Poltara juga dapat melihat pola interaksi lewat SNA bahwa akun-akun yang menjadikan isu tersebut seolah menjadi bola panas bukan muncul dari akun pribadi milik politisi nasional, melainkan akun buzzer dan akun milik redaksi media tertentu,"ungkapdia.

Shiddieq menambahkan, temuan menarik lainnya ternyata "Jenderal Kardus" sudah pernah muncul di Twitter sejak 30 Juli 2018 oleh akun @KadrieKartono. Hanya saja, tidak merujuk kepada salah satu tokoh dan tidak viral.

"Namun karena konten cuitan dari akun tersebut banyak memuat konten yang mendukung sosok salah satu capres, maka wajar kalau kita bertanya, siapa pemilik skenario "Jendral Kardus" ini?" pungkasnya.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 3.0097 seconds (0.1#10.140)