Walhi Sesalkan Tak Ada Capres Berkomitmen Mengganti Batu Bara

Rabu, 06 Februari 2019 - 20:03 WIB
Walhi Sesalkan Tak Ada Capres Berkomitmen Mengganti Batu Bara
Direktur Eksekutif Walhi Jabar Dadan Ramdan. Foto/SINDO/Dok
A A A
BANDUNG - Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Barat menyesalkan belum ada pasangan capres yang berkomitmen mengganti penggunaan batu bara dengan energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan.

“Kami sudah pelajari visi-misi keduanya. Sayangnya, capres Jokowi dan Prabowo masih mengandalkan batu bara untuk energi nasional. Tidak ada satupun yang bicara tentang dampak-dampak massif mengerikan yang tengah dihadapi para petani, nelayan di pesisir, dan warga desa di daerah tambang,” kata Direktur Eksekutif Walhi Jawa Barat Dadan Ramdan, Rabu (6/2/2019).

Menurut dia, Walhi bersama gerakan #BersihkanIndonesia menilai, penggunaan batu bara untuk memenuhi energi nasional, mengabaikan fakta negatif atas dampak penambangan batu bara. Di hulu, lubang-lubang bekas tambang itu menjadi penyebab kematian anak-anak.

“Lubang-lubang beracun dibiarkan tanpa diperbaiki. Di Kaltim, sudah 32 jiwa anak meninggal. Kami juga tidak pernah mendengar baik capres Jokowi maupun Prabowo bicara soal bencana mengerikan di halaman rumah anak-anak bangsa ini,” ujar dia.

Selain itu, tutur Dadan, di hilir, bisnis kotor batu bara telah mendorong kemiskinan masyarakat ke level mengkhawatirkan. Puluhan ribu nelayan dan petani terutama di pesisir utara Jawa Barat semakin berkurang pendapatannya karena laut dan daerah pesisir tempat mereka mencari ikan dan bertani rusak.

Dadan menuturkan, namun demikian, masih ada waktu bagi kedua capres untuk meyakinkan pemilih dalam Debat Capres 17 Februari 2019 mendatang. Keduanya mesti menyatakan komitmen untuk membawa Indonesia beralih dari era batu bara kotor dan merusak ke energi bersih terbarukan.

"Capres Jokowi dan Prabowo seharusnya memberi harapan bahwa Indonesia akan meninggalkan batu bara. Indonesia ke depan harus mulai bicara bagaimana peralihan pemanfaatan energi bersih terbarukan menjadi sumber utama energi Indonesia," tutur Dadan.

Kepala Divisi (Kadiv) Pengorganisasian dan Kampanye Walhi Jawa Barat Wahyudin mengatakan, buruh tani di Desa Mekarsari Indramayu dan buruh tambak garam di Desa Kanci Cirebon kehidupannya merana.

"Mereka terpaksa alih fungsi lahan dari sawah produktif dan tambak garam menjadi PLTU. Nelayan pun kehilangan wilayah tangkapannya," kata Wahyudin.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 3.1348 seconds (0.1#10.140)