Bocah Enam Tahun Ini Jadi Tulang Punggung Keluarga

Selasa, 31 Maret 2015 - 23:03 WIB
Bocah Enam Tahun Ini Jadi Tulang Punggung Keluarga
Bocah Enam Tahun Ini Jadi Tulang Punggung Keluarga
A A A
POLEWALI - Meski usianya baru enam tahun, Muhammad Ali, telah menjadi tulang punggung keluarganya. Apalagi, sejak ayahnya meninggal dunia, bocah ini harus membanting tulang.

Hal itu dilakukan Muhammad Ali karena ibunya tak bisa melihat dan mendengar lagi. Selain itu, kakaknya, Jamariah (12) mengalami keterbelakangan mental. Sementara, adiknya, Aris, baru berusia tiga tahun.

Meski bekerja keras membantu ekonomi keluarga, Muhammad Ali tetap tak melupakan pendidikan. Setiap pagi, warga Dusun Toerang Batu, Desa Batetangga, Kecamatan Binuang, Polewali Mandar, Sulawesi Barat, bangun untuk bersiap berangkat ke sekolah.

Sebelum berangkat ke tempat menuntut ilmu, Muhammad Ali terlebih dahulu membantu ibunya yang buta dan tuli, Ammi (55) untuk memasak. Selain harus memasak, biasanya Muhammad Ali mengurus adiknya, Aris, yang masih berusia tiga tahun, mulai dari membangunkan hingga mengganti pakaian adiknya.

Muhammad Ali yang dikenal rajin ini langsung berangkat ke sekolah PAUD dengan berjalan kaki.
Lantaran tak punya seragam sekolah, Ali terpaksa hanya mengenakan pakaian yang sederhana, bahkan kusam dan tak layak pakai. Meski demikian, Muhammad Ali tak pernah malu apalagi harus membolos.

Di mata para pengajar, Muhammad Ali tergolong pandai. Mereka memaklumi Ali yang sering terlambat ke sekolah lantaran harus membantu ibu, adik, dan kakaknya di rumah.

Yang mengiris hati, Ali tak pernah membawa uang jajan. Menurut Seniwati, pengajar di sekolah, Muhammad Ali hanya membawa bekal nasi dan garam dari rumah, sesekali mi instan. Kondisi Itu membuat para pengajar prihatin. Bahkan, sejumlah guru sering kali memberikan ali uang jajan.

Setiap pulang sekolah, biasanya Muhammad Ali langsung kembali ke rumah dan mengurus adik dan kakaknya, termasuk menyuapi kedua saudaranya tersebut.

Belum sempat melepas lelah, Ali harus berangkat bekerja membantu warga untuk memetik buah langsat. Biasanya, Ali diberi upah Rp10 ribu-Rp20 ribu jika membantu petani untuk memetik buah langsat di kebun. Uang tersebut digunakan untuk keperluan makan sehari-hari.

Sebelumnya, Ali mengaku menjalani semua itu gembira. "Saya selalu senang karena bisa membantu orangtua," ujar Ali.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.6049 seconds (0.1#10.140)