Pesona Paras Cantik Dara Petak, Istri Kelima yang Mampu Menaklukan Hati Raja Majapahit
loading...
A
A
A
Dengan paras cantiknya, Dara Petak sukses menaklukkan hati Raden Wijaya, raja pertama Majapahit . Meski menjadi istri kelima dan terakhir, Dara Petak dinobatkan sebagai istri tinuheng atau istri yang dituakan.
Berdasarkan catatan sejarah, Dara Petak berasal dari Kerajaan Dharmasraya. Dalam Kitab Pararaton dikiahkan sepuluh hari setelah pengusiran pasukan Mongol oleh Majapahit, datang pasukan Kebo Anabrang.
Dikutip dari buku "Sandyakala di Timur Jawa 1042-1527 M Kejayaan dan Keruntuhan Kerajaan Hindu dari Mataram Kuno II hingga Majapahit" tulisan Prasetya Ramadhan, pada tahun 1275, pasukan Kebo Anabrang dikirim Kertanegara menaklukkan Pulau Sumatera.
Pasukannya membawa dua orang putri Mauliwarmadewa dari Kerajaan Dharmasraya bernama Dara Jingga dan Dara Petak, sebagai persembahan untuk Kertanegara. Nama Dara Petak berarti merpati putih.
Menurut kronik China, pasukan Mongol yang dipimpin oleh Ike Mese meninggalkan Jawa tanggal 24 April 1293, sehingga dapat diperkirakan pertemuan antara Raden Wijaya dengan Dara Petak terjadi pada 4 Mei 1293.
Oleh karena Kertanegara sudah meninggal, maka ahli warisnya, yaitu Raden Wijaya mengambil alih Dara Petak sebagai istrinya. Sedangkan Dara Jingga diserahkan kepada Adwayabrahma, seorang pejabat Singasari yang dulu dikirim ke Sumatera.
Konon Dara Petak sangat pandai mengambil hati Raden Wijaya. Bahkan suatu ketika Dyah Dara Petak bercumbu dengan sang raja Raden Wijaya dalam pura.
Alhasil kendati istri kelima tapi dia dijadikan sebagai istri tinuheng pura atau istri yang dituakan di istana.
Baca: Kisah Kerajaan Bali Jadi Korban Pertama Sumpah Palapa yang Digaungkan Gajah Mada.
Padahal menurut Negarakertagama, Raden Wijaya sudah memiliki empat istri dan semuanya merupakan putri Kertanegara.
Pengangkatan Dyah Petak sebagai istri tertua mungkin karena hanya dirinya saja yang melahirkan anak laki-laki, yaitu Jayanagara.
Sedangkan menurut Negarakertagama, ibu Jayanagara bernama Indreswari. Nama ini dianggap sebagai gelar resmi Dara Petak.
Berdasarkan catatan sejarah, Dara Petak berasal dari Kerajaan Dharmasraya. Dalam Kitab Pararaton dikiahkan sepuluh hari setelah pengusiran pasukan Mongol oleh Majapahit, datang pasukan Kebo Anabrang.
Dikutip dari buku "Sandyakala di Timur Jawa 1042-1527 M Kejayaan dan Keruntuhan Kerajaan Hindu dari Mataram Kuno II hingga Majapahit" tulisan Prasetya Ramadhan, pada tahun 1275, pasukan Kebo Anabrang dikirim Kertanegara menaklukkan Pulau Sumatera.
Pasukannya membawa dua orang putri Mauliwarmadewa dari Kerajaan Dharmasraya bernama Dara Jingga dan Dara Petak, sebagai persembahan untuk Kertanegara. Nama Dara Petak berarti merpati putih.
Menurut kronik China, pasukan Mongol yang dipimpin oleh Ike Mese meninggalkan Jawa tanggal 24 April 1293, sehingga dapat diperkirakan pertemuan antara Raden Wijaya dengan Dara Petak terjadi pada 4 Mei 1293.
Oleh karena Kertanegara sudah meninggal, maka ahli warisnya, yaitu Raden Wijaya mengambil alih Dara Petak sebagai istrinya. Sedangkan Dara Jingga diserahkan kepada Adwayabrahma, seorang pejabat Singasari yang dulu dikirim ke Sumatera.
Konon Dara Petak sangat pandai mengambil hati Raden Wijaya. Bahkan suatu ketika Dyah Dara Petak bercumbu dengan sang raja Raden Wijaya dalam pura.
Alhasil kendati istri kelima tapi dia dijadikan sebagai istri tinuheng pura atau istri yang dituakan di istana.
Baca: Kisah Kerajaan Bali Jadi Korban Pertama Sumpah Palapa yang Digaungkan Gajah Mada.
Padahal menurut Negarakertagama, Raden Wijaya sudah memiliki empat istri dan semuanya merupakan putri Kertanegara.
Pengangkatan Dyah Petak sebagai istri tertua mungkin karena hanya dirinya saja yang melahirkan anak laki-laki, yaitu Jayanagara.
Sedangkan menurut Negarakertagama, ibu Jayanagara bernama Indreswari. Nama ini dianggap sebagai gelar resmi Dara Petak.
(nag)