5 Penjajah Asing yang Menjarah Kekayaan Indonesia

Minggu, 20 Juli 2014 - 05:05 WIB
5 Penjajah Asing yang Menjarah Kekayaan Indonesia
5 Penjajah Asing yang Menjarah Kekayaan Indonesia
A A A
DITAKDIRKAN menjadi negeri kaya sumber daya alam menjadi beban bagi rakyat Indonesia. Dikatakan beban, pertama karena banyak dari kekayaan alam itu tidak bisa dikelola sendiri untuk mensejahterakan rakyatnya. Hingga banyak penduduknya hidup dalam keadaan miskin.

Kedua adalah dijadikannya Indonesia sebagai incaran bangsa-bangsa asing yang rakus dan miskin negaranya, untuk merebut kekayaan alam yang ada. Hingga akhirnya, rakyat Indonesia yang sudah miskin itu makin sengrasa hidupnya, setelah menjadi budak bangsa-bangsa asing.

Lantas apa kekayaan alam Indonesia, hingga negara ini menjadi incaran bagi para penjajah asing? Jawabnya bukan emas, intan dan berlian. Tetapi rempah-rempah seperti lada, cengkeh dan biji pala.

Bagi rakyat Indonesia, rempah-rempah memang tidak terlalu bernilai ketimbang emas, intan dan berlian. Tetapi bagi bangsa-bangsa Eropa di awal abad ke-16, rempah-rempah yang dianggap penduduk setempat tidak bernilai itu seharga dengan emas, intan, dan berlian.

Pada cerita pagi kali ini, akan dibahas sekilas tentang masuknya penjajah asing ke Indonesia hingga berdirinya Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) atau persekutuan dagang Belanda yang dikenal oleh penduduk Indonesia sebagai kompeni (diambil dari kata Compagnie).

Menurut ahli sejarah Asia Tenggara Rudiger Siebert dalam bukunya yang berjudul Berjejak di Indonesia terbitan pertama Katalis, rempah-rempah merupakan sebab masuknya penjajah asing ke Indonesia.

"Seandainya Indonesia tidak memiliki kekayaan alam ini, kiranya sejarahnya sejak abad ke-16 mengambil arah yang lain dan tidak begitu ditandai oleh ketegangan dengan kaum pendatang berkulit putih dari seberang lautan," katanya di halaman 24.

Dilanjutkan, kabar mengenai adanya kepulauan rempah-rempah yang berada di Timur jauh telah santer terdengar di Eropa sejak abad pertengahan dan menimbulkan rasa penasaran bangsa-bangsa asing di seberang lautan untuk berlomba-lomba datang ke Indonesia.

Penjajah asing yang pertama masuk melalui jalur laut ke Indonesia adalah Portugal. Pelayaran orang-orang Portugis untuk mencapai Indonesia sangat jauh dan penuh risiko. Para pelaut Portugis yang dikenal pemberani ini harus melewati pantai-pantai di Benua Afrika.

Kemudian mereka melewati perairan Malabar, di selatan India, dan menurunkan jangkarnya ke Malaka. Saat itu, Malaka merupakan pusat perdagangan rempah-rempah. Di sana, Portugal bukan bangsa pertama yang sampai. Tetapi sudah ada saudagar-saudagar dari Asia.

Untuk bisa masuk dalam komunitas dagang Malaka, Portugal harus mengikuti aturan main yang telah berlaku dan digunakan oleh para saudagar Asia selama berabad-abad. Hal ini menimbulkan rasa berat hati bagi Portugal. Namun akhirnya mereka menerimanya.

Dari Malaka, orang-orang Portugis meneruskan pelayarannya menuju kepulauan Indonesia. Kapal pertama mereka, berhasil mendarat di Pantai Utara Sumatera, pada tahun 1509. Tidak seperti di Malaka, di sini mereka menggunakan meriamnya untuk berdagang, selain diplomasi.

Setelah dua tahun mendarat, dan perang mati-matian menaklukkan kerajaan-kerajaan setempat, akhirnya Portugal berhasil menguasai perdagangan rempah-rempah di Indonesia. Kabar ini langsung tersiar ke seantero Eropa dan mengundang lebih banyak penjajah asing.

Penjajah asing kedua yang datang dari arah timur adalah Spanyol. Kapal dagang pertama mereka, pertama kali mendarat lepas di Pantai Tidore, Maluku, pada tahun 1521. Kehadiran kedua bangsa penjajah ini mengakhiri masa jaya saudagar dari Asia yang beragama Islam.

Kedatangan para penjajah asing dari Eropa itu tidak hanya membawa modal dagang dan meriam, tapi juga salib. Bangsa asing yang membawa salib sebagai misinya ke Indonesia adalah Portugal.

Kendati sama-sama dari seberang laut, kedua bangsa rakus ini tidak jalan berdampingan. Mereka terlibat saling serang dan perang untuk menguasai kekayaan alam milik Indonesia.

Ironisnya, kerajaan-kerajaan setempat mau saja dimanfaatkan untuk terlibat dalam perang kedua kubu. Dalam perang itu, mereka tidak mendapatkan apa-apa, sedang keuntungan berlipat di pihak bangsa perompak yang menang perang semakin bertambah.

Persaingan dagang antara Portugal dan Spanyol dimenangkan oleh pihak Portugal dengan ditandatanganinya perjanjian di Saragossa, pada tahun 1529. Dalam perjajian itu, Portugal boleh menguasai perairan dan kepulauan Indonesia yang sangat kaya.

Selama seabad lebih Portugal menguasai Indonesia, sangat banyak kekayaan alam di negeri ini yang dikuras mereka. Berbagai pangkalan, benteng, manufaktur dan galangan kapal didirikannya, tersebar di Teluk Persia, Malaka, Banten, Tidore dan Ternate.

Rempah-rempah yang menjadi idam-idaman bangsa Eropa akhirnya berhasil mereka miliki. Sementara kerajaan-kerajaan Islam setempat yang saling bermusuhan, dibuat saling menghancurkan. Sedang mereka terus membangun akses langsung dari Ambon ke Halmahera untuk mengeruk kekayaan paling berharga di Asia Tenggara.

Kayu tropis bagi istana raja-raja negara Eropa, emas, kulit kura-kura dan batu mulia, semua diangkut dari Indonesia menuju Eropa Selatan, melalui Samudera Hindia dan Benua Atlantik. Tidak hanya itu, orang-orang Portugis juga berhasil menyebarkan Katolik di Maluku.

Kejayaan Portugal di Asia Tenggara, mendorong negara-negara penjajah lainnya untuk datang. Jumlahnya pun semakin banyak.

Bangsa penjajah yang menyusul Portugal kemudian adalah Prancis, Inggris dan Belanda. Kapal pertama Belanda yang tiba di Indonesia dipimpin oleh Cornelis de Houtman asal Gouda. Kapal itu menurunkan jangkarnya pertama kali di Pelabuhan Banten, pada tahun 1596.

Pada tahun itulah, untuk pertama kalinya, orang Belanda alias kompeni menginjakkan kakinya di bumi Indonesia.

Saat pertama sampai, para kompeni itu sudah kelihatan rakusnya. Mereka mengangkut apa saja kekayaan alam Indonesia yang bisa diangkut ke dalam kapalnya. Hingga akhirnya, mereka pun pulang dengan membawa harta karun yang berlimpah.

Keberhasilan kapal dagang pertama itu membuat para penyandang dana di Amsterdam dan wilayah-wilayah lain di negeri Belanda tertarik membiayai perjalanan kapal dagang berikutnya. Hingga akhirnya, jumlah kapal dagang Belanda yang kembali ke Indonesia semakin banyak.

Tercatat hingga tahun 1601 sudah ada 14 iring-iringan kapal dari Belanda yang berlayar ke Indonesia. Masing-masing iring-iringan itu berjumlah 65 kapal dan masing-masing kapal membawa pasukan militer berkekuatan penuh untuk mengawal mereka dari bajak laut.

Seiring makin bertambah banyaknya bantuan modal perseorangan dari negeri Belanda, muncul kekhawatiran kalah bersaing dengan Portugal yang telah menguasai Indonesia sejak seabad lalu dan Inggris yang memiliki kekuatan modal besar.

Untuk melindungi kekuatan dagangnya di Indonesia, dengan cerdas Inggris membentuk usaha dagang bersama dari modal-modal perseorang di negaranya dalam satu badan yang bernama Perseroan India Timur atau East India Company, pada tahun 1600, di London.

Dua tahun kemudian, Belanda mengikuti jejak Inggris dalam melindungi kekuatan dagangnya dengan membentuk Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC, pada tahun 1602.

Tujuan Belanda membentuk VOC bukan hanya karena ingin persaingan dagang dengan Portugal dan Inggris. Tetapi juga untuk membiayai pendirian Serikat Republik Belanda yang baru diakui, pada tahun 1648.

Maka sangat wajar jika VOC diberikan kepercayaan oleh Serikat Republik Belanda untuk memonopoli usaha dagang di Indonesia. Dalam perjalanannya, VOC bukan hanya memonopoli usaha dagang, tetapi melakukan kegiatan politik terhadap pemerintah daerah setempat.

Dengan demikian dapat dikatakan VOC merupakan perwalian Serikat Republik Belanda di Indonesia yang memiliki kekuatan sangat kuat.

Pada awalnya, kegiatan VOC di Indonesia adalah kerjasama dagang dan politik dengan pemerintah setempat. Kemudian melalui pemerintah setempat, VOC melakukan intervensi langsung penanaman hasil bumi, dan mengusir saingannya dari bumi Indonesia. Hingga akhirnya, hanya VOC sendiri saja yang berhak memonopoli usaha dagang di Indonesia.

Usaha VOC mengusir saingan dagangnya berlangsung selama hampir satu abad lebih. VOC dikendalikan dari Amsterdam, dipimpin oleh Heeren Zeventien atau yang disebut 17 Tuan. Sedangkan di Indonesia, pusat pimpinan VOC didirikan di Jayakarta, pada tahun 1619.

Upaya pendudukan ini dilakukan dengan kekerasan oleh Gubernur VOC Jenderal Jan Pieterszoon Coen. Tiga tahun kemudian, nama Jayakarta diubah menjadi Batavia (sekarang Jakarta). Berdirinya VOC di Indonesia makin menguatkan peran dan pengaruh kompeni di negeri ini.

Demikian kilasan cerita tentang awal masuknya penjajah kulit putih di bumi yang kaya rempah-rempah, tetapi penduduknya miskin itu, hingga awal masuknya kompeni. Untuk mengetahui lebih jauh kilasan cerita tentang kompeni, nantikan cerita pagi selanjutnya.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.8122 seconds (0.1#10.140)