Edan! Harga Semen di Papua Melonjak Jadi Rp650 Ribu Per Sak

Sabtu, 10 September 2022 - 17:10 WIB
loading...
Edan! Harga Semen di Papua Melonjak Jadi Rp650 Ribu Per Sak
Harga semen di Papua, melonjak menjadi Rp650 ribu per sak akibat adanya kenaikan harga BBM. Foto/Dok.SINDOnews
A A A
JAKARTA - Harga semen di Papua, melonjak sebagai dampak dari kenaikan harga BBM. Sebelumnya, harga semen di Papua, mencapai Rp450 ribu per sak, kini setelah harga BBM mengalami kenaikan, harga semen ikut terkerek naik menjadi Rp650 ribu per sak.



Ketua Komisi B DPRD Jayawijaya, Iwan Asso menuturkan, tidak hanya harga semen yang meningkat tetapi juga harga kebutuhan lainnya ikut terkerek naik. "Semen yang awalnya Rp450 ribu, hari ini sudah naik menjadi Rp 650 ribu," kata Iwan dalam keterangan tertulis, Sabtu (10/9/2022).



Sementara harga bahan pokok di kios-kios pasar, kata dia, juga telah meningkat dan dirasakan oleh masyarakat sekitar. Begitu juga dengan tarif angkutan umum baik darat, penyeberangan, laut, maupun udara.



DPRD Jayawijaya, ucap Iwan, akan meminta dinas memantau fluktuasi harga komoditas untuk mencegah terjadinya inflasi tinggi. "Kami di komisi akan panggil dinas terkait, lakukan pertemuan untuk antisipasi melonjak harga yang terjadi," katanya.

Mahasiswa di Jayawijaya juga telah melakukan demonstrasi menolak kenaikan harga BBM. DPRD berjanji meneruskan tuntutan mahasiswa kepada pimpinan tertinggi. "Aksi itu bentuk kekecewaan rakyat, dan kami mendukung untuk menyuarakan aspirasi itu," terangnya.

Sementara itu, Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira menilai tingginya harga BBM dapat memicu stagflasi. Stagflasi adalah naiknya inflasi yang signifikan, tetapi tidak dibarengi dengan terbukanya kesempatan kerja.



Bhima memperkirakan, inflasi bahan makanan yang masih tercatat tinggi pada Agustus, yakni 8,55% secara year on year, bakal makin tinggi. Sementara itu, inflasi umum diperkirakan menembus di level 7 sampai 7,5% hingga akhir tahun dan bakal memicu kenaikan suku bunga secara agresif.

Lebih lanjut Bhima berkata, pemerintah seharusnya melakukan pembatasan terhadap penggunaan solar. Subsidi solar selama ini dinikmati industri skala besar, seperti pertambangan dan perkebunan.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1883 seconds (0.1#10.140)