Duet Dahsyat Luhut Pandjaitan dan Prabowo Subianto Pimpin Detasemen Anti Teror Kopassus

Rabu, 31 Agustus 2022 - 17:07 WIB
loading...
Duet Dahsyat Luhut Pandjaitan dan Prabowo Subianto Pimpin Detasemen Anti Teror Kopassus
Luhut Pandjaitan paling kanan foto bersama dengan Sintong Panjaitan yang pensiun dengan pangkat Letnan Jenderal. Foto: repro
A A A
Jenderal Luhut Pandjaitan masih berpangkat Mayor saat mengusulkan perlu adanya satuan anti teror di dalam tubuh Komando Pasukan Sandi Yudha atau Kopassandha (kemudian menjadi Kopassus).

Mayor Luhut Pandjaitan menyampaikan gagasannya kepada Letnan Jenderal Benny Moerdani atau LB Moerdani yang di tahun 1981 itu menjabat sebagai Asintel Hankam.

Benny Moerdani mengiyakan. “Usul disetujui,” tulis Hendro Subroto dalam buku Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando.



Usulan yang dikemukakan perlu adanya satuan anti teror dipengaruhi kekayaan pengalaman militer yang dimiliki Luhut. Luhut Pandjaitan pernah dikirim ke Negara Inggris.

Dia menimba ilmu militer di Special Air Service (SAS) Angkatan Darat Kerajaan Inggris di Hereford. Kemudian juga digembleng di Special Boat Squadron (SBS), yakni Marinir Angkatan Laut Kerajaan Inggris di Poole, Dorset, Inggris. SBS merupakan pasukan komando yang memiliki spesialisasi under water operation, terutama dalam hal sabotase dan demolisi.



Di masa damai sebagian anggota SBS bertugas mengamankan pengeboran minyak bumi lepas pantai di Laut Utara. Luhut dan Prabowo Subianto disebutkan memiliki pengalaman pendidikan militer luar negeri yang sama. Keduanya juga berkesempatan menyaksikan latihan satuan anti teror GIGN Angkatan Laut Perancis di Perancis Selatan.

Kemudian juga melihat langsung latihan satuan anti teror Marinir Kerajaan Belanda. Termasuk juga pernah belajar di US Army’s Special Forces di Fort Bragg, North Carolina, Amerika Serikat. “Letjen LB Moerdani memerintahkan mereka berdua untuk shopping ke beberapa negara guna memperoleh bekal dan pengalaman dalam menghadapi kemungkinan terjadinya kegiatan teroris di Indonesia di masa datang”.



Mayor Luhut Pandjaitan kemudian dipercaya memimpin detasemen anti teror yang diusulkannya, dengan Prabowo Subianto sebagai wakil komandannya. Detasemen anti teror itu diberi nama Detasemen 81/Anti Teror. Soal nama itu, LB Moerdani sempat meminta Luhut bertanya kepada Menteri Hankam/Panglima ABRI Jenderal TNI M Jusuf.

Disampaikan bahwa angka 81 merujuk pada waktu pembentukan detasemen pada akhir tahun 1981. Jenderal Jusuf langsung menyatakan setuju. Ia memiliki tafsir angka 81 bila dijumlahkan 9 yang diyakini sebagai angka paling bagus. Hal itu sama dengan call sign pesawat Hercules yang biasa dipakainya, yakni A-1314, yang ketika dijumlahkan juga 9.

“Itu sudah betul. Saya setuju nama Detasemen 81/Anti Teror,” kata M Jusuf seperti dikutip dari Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando.

Sebagai komandan, Mayor Luhut Pandjaitan langsung mengisi anggota Detasemen 81/Anti Teror dari anggota Kopassus yang terbaik. Ia menarik para anggota pilihan yang sebagian besar anak didik Sintong Panjaitan. Mengacu dari pasukan khusus di Inggris, Jerman dan Amerika Serikat, Luhut menginginkan setiap anggota di kelompoknya memiliki spesialisasi.



Mulai spesialis penembak runduk, pendaki serbu, komunikasi, kesehatan, demolisi, dan peralatan. Setiap anggota Detasemen 81/Anti Teror minimal memiliki satu spesialisasi. Di dalam organisasi terdapat komandan kelompok-kelompok sesuai spesialisasi masing-masing, yang setiap saat bisa berubah menyesuaikan kebutuhan operasi.

Ada empat tim yang semuanya memiliki kemampuan dasar sama, yakni anti teror. Keempat tim itu adalah tim siaga untuk menghadapi terorisme, tim anti gerilya, tim yang dipersiapkan dengan terus latihan, dan tim pasukan katak untuk tugas underwater, yakni utamanya tugas demolisi. Den 81/Anti Teror memadukan antara organisasi SAS dan SBS sehingga menjadi satuan yang paling lengkap.

Duet antara Luhut Pandjaitan dan Prabowo Subianto mampu menempatkan Den 81/Anti Teror di dalam Kopassus pada puncak piramida. “Bagian bawah segi tiga piramida itu adalah Parako, bagian tengah Sandiyudha dan Den 81/Anti Teror yang berada di pucuk berjumlah sekitar 10 persen dari seluruh anggota Baret Merah”.

Den 81/Anti Teror yang dikehendaki Letjen LB Moerdani itu memiliki jalur koordinasi yang dekat dengan Intelijen Hankam. Banyak pasokan informasi datang dari staf Intelijen Hankam. Bahkan radio Asintel Hankam berada di Den 81/Anti Teror dan begitu sebaliknya. Mulai pelaksanaan pengamanan Presiden hingga menangani hal-hal kritis, Den 81/Anti Teror selalu dilibatkan.

Posisi Den 81/Anti Teror bukan hanya menjadi pasukan inti dari Kopassus, melainkan juga menjadi pasukan inti ABRI. “Itulah inti pasukan pilihan di antara pasukan pilihan di Kopassus pada waktu itu,” kata Luhut Pandjaitan seperti dikutip dari Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando.
(nic)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2187 seconds (0.1#10.140)