Ricuh, Kongres GMNI XVIII disusupi gerombolan Preman

Rabu, 05 Juni 2013 - 18:54 WIB
Ricuh, Kongres GMNI XVIII disusupi gerombolan Preman
Ricuh, Kongres GMNI XVIII disusupi gerombolan Preman
A A A
Sindonews.com - Kongres Nasional Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) XVIII yang digelar di komplek rumah masa kecil Bung Karno Istana Gebang Kota Blitar disinyalir telah disusupi sekelompok orang yang diduga sebagai gerombolan preman.

Orang-orang tak dikenal yang membaur sebagai peserta kongres itu dicurigai sebagai kelompok bayaran untuk mengamankan kepentingan status quo. Selain adu mulut dengan keras, mereka juga terlibat bentrok fisik dengan peserta kongres resmi.

“Ini sudah bentuk intrik politik yang kotor. Mereka adalah preman yang dibayar untuk mengamankan kepentingan status quo,“ ujar Ketua GMNI Provinsi Jawa Timur, Rangga Bisma Aditya kepada wartawan, Rabu (5/6/2013).

Kongres yang dibuka 1 Juni dengan 500 delegasi GMNI se-Indonesia dan dihadiri Gubernur Jawa Timur Soekarwo itu sempat ricuh. Sejumlah aktivis memilih walk out, keluar dari forum yang berencana memilih Ketua Presidium periode 2013-2015.

Bersama delegasi lain, salah satunya Banjarmasin, delegasi Jawa Timur mewacanakan penyelamatan organisasi melalui konsolidasi nasional di Surabaya.

“Saat ini kita terus bergerilya menggalang dukungan kepada kawan yang peduli dan komit untuk penyelamatan organisasi GMNI,“ tegas Rangga.

Kongres yang mempertanggungjawabkan kepengurusan Presidum GMNI periode 2011-2013 di bawah kepemimpinan Tweedy Noviadi dinilai telah keluar dari isu besar nasional. Tidak ada pembahasan tentang isu rencana kenaikan harga BBM dan kepemimpinan nasional ke depan.

Seluruh peserta, kata Rangga, dipaksa mengikuti kerangka politik kepengurusan Presidium lama, termasuk panitia lokal kongres, yakni menempatkan kembali Tweedy Noviadi sebagai Presidium selanjutnya.

Apa yang terjadi ini sebagai bentuk berkuasanya agenda politik praktis yang jauh dari cerminan perjuangan ideologi Marheinisme.

“Dinamika forum tertinggi organisasi ini sayangnya pragmatis,“ keluhnya.

Rangga menganalisa, kondisi yang ada ini sengaja diciptakan oleh pengurus presidium lama yang sebelumnya telah dikooptasi oleh sejumlah alumni.

Para eks aktivis tua tersebut sengaja membaur ke dalam kongres untuk mengamankan posisi penting di Presidum. Cara berfikir yang pragmatis itu yang menyebabkan Kongres GMNI tidak steril, seringkali kacau dan jauh dari independen. Kongres GMNI ini rencananya akan ditutup pada 6 Juni 2013.

“Semua yang berbau pragmatis harus disingkirkan. Organisasi harus diselamatkan,“ tegasnya.

Sementara Jimmy Yanuar selaku panitia lokal Kongres GMNI XVIII belum bisa dikonfirmasi. Sebagai panitia lokal tentunya Jimmy mengerti dengan adanya sejumlah orang yang diduga sebagai kelompok preman.
(rsa)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.4243 seconds (0.1#10.140)