Cerita Mahasiswa Undip Asal Papua yang 4 Tahun Tak Pulang Kampung

Jum'at, 19 Juni 2020 - 08:47 WIB
loading...
Cerita Mahasiswa Undip...
Mahasiswa FPIK Undip, Jefri Ubay (kanan) dan Pramesti Ika Hastuti saat menerima bantuan dari keluarga alumni Perikanan Undip. FOTO : SINDOnews/Ahmad Antoni
A A A
LIRIH suaranya begitu terbata-bata tampak keluar dari mulut Jufri Ubay, mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) Semarang saat mengungkapkan perasaannya karena semenjak masuk pertama di bangku kuliah hingga kini sama sekali tak pulang ke kampung halamannya di Fakfak, Papua Barat.

Ya, Jufri mengaku sudah lebih empat tahun dirinya tak pulang ke Papua. Ongkos transportasi dari Semarang ke Papua Barat pulang-pergi (PP) menjadi salah satu alasannya. Apalagi selama merebaknya virus corona atau Covid-19 yang masih masif menyebar di tanah air, termasuk di Kota Semarang.

Lantas, bagaimana ia menjalin komunikasi dengan orang tuanya? Ternyata Ubay begitu ia akrab disapa mengungkapkan hanya bisa berkomunikasi jika orang tuanya turun ke kota. (BACA JUGA: Menhan Prabowo Raker dengan Komisi I Bahas RKA Kemhan 2021)

“Saya sudah 4 tahun ini nggak pulang kampung (Fakfak). Untuk komunikasi sama orang tua tidak bisa karena berada di pelosok, Bisanya kalau orang tua lagi di kota. Soalnya jaringan telekomunikasi di kampung kurang begitu bagus,” ungkap Ubay kepada SINDOnews di sela pembagian bantuan dari Kerapu Peduli di kampus FPIK Undip Tembalang, Semarang, Kamis (18/6/2020).

“Kalau mau komunikasi paling nunggu orang tua ke kota dulu, baru bisa komunikasi bisa lewat video call, ataupun WhatsApp (WA),” ungkap mahasiswa semester akhir Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Undip ini.

Ia menuturkan, tak ada janjian untuk berkomunikasi dengan orang tuanya. “Orang tua ke kota dulu baru beritahu lewat sms baru video call. Harus janjian dulu, bisa sebulan-dua bulan sekali. Karena dari kampung ke kota tidak hanya lewat jalur darat tapi juga nyebrang laut,” ungkapnya.

Ia menambahkan, kalau sudah telepon dengan orang tuanya bisa berjam-jam meski hanya sekadar melepas kangen. “Ya bisa sampai 4 jam telepon. Terakhir saya berkomunikasi dua minggu yang lalu. Kebanyakan ngobrol soal kabar nyaman atau tidak. Ya saya sampaikan dimana saja nyaman,” imbuhnya.

Terkait dampak pandemi Covid-19, ia mengaku sempat mengakui mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di awal merebaknya virus corona.

“Kalau dibilang kesulitan selama pandemi ini ya kesulitan, tapi mau bagaimana lagi kita harus patuhi anjuran pemerintah tetap di rumah. Teman saya yang satu daerah juga mengalaminya termasuk gak pulang ke Papua,” kata mahasiswa yang kos di wilayah Sirojudin Tembalang ini.

“Kebutuhan sehari-hari dicukup-cukupkan. Sebagai mahasiswa pinter-pinternya mengelola atau mengatur keuangan, kalau ga diatur bisa ribet kerepotan. Awal pandemi pasti ada, tapi ada saja rejeki meski ga banyak yang penting bisa mencukupi,” bebernya.

Oleh sebab itu, dia mengaku bersyukur dengan adanya bantuan baik dari kampus, fakultas dan pihak-pihak yang memiliki kepedulian terhadap nasib para mahasiswa terdampak Covid-19.

Cerita lain juga diungkapkan oleh rekannya, Pramesti Ika Hastuti. Mahasiswi asal Padang Sumatera Barat itu mengaku meski beberapa pekan kemarin sempat pulang, namun sebelumnya selama tiga tahun tak pulang ke kampung halamannya.

“Setelah dua tahun baru bisa pulang, saat lebaran sebenarnya mau pulang ke Padang, tapi karena ada PSBB (Pembatasan Sosisal Berskala Besar) jadi ga bisa pulang. Hampir tiga tahunan lebaran disini (Semarang). Ya lebaran hanya ngumpul sama ibu bapak kos saja,” ungkap Pramesti. (BACA JUGA: Usai Disemprot Disinfektan, Pasar Pondok Labu Ditutup Sementara)

Mahasiswa Semester 6 Jurusan Perikanan Tangkap Itu mengaku bersyukur atas paket bantuan dari keluarga alumni perikanan Undip. “Bantuan ini sangat membantu apalagi orang tua saya kerja sebagai buruh harian lepas di Padang ekonominya turun banget,” ungkapnya.

Sementara itu, sebanyak 155 mahasiswa FPIK Undip dari berbagai prodi menerima paket bantuan dari keluarga alumni Perikanan Undip (Kerapu) yang bekerjasama dengan Undip dan Pemprov Jateng.

Paket bantuan tersebut berupa beras, telor, mie instan, minyak goreng dan ikan asap diberikan secara langsung ke mahasiswa kemarin sore.

Mereka yang menerima bantuan merupakan mahasiswa yang terdampak pandemi Covid-19 dan tak bisa pulang kampung halaman akibat masih diberlakukannya PSBB.

Dekan FPIK Prof Ir Tri Winarni Agustini menambahkan, pihaknya sudah sejak bulan Maret secara bertahap memberikan bantuan kepada mahasiswa terdampak Covid-19.

“Kami menyambut baik inisiatif Kerapu dan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung dan berpartisipasi untuk peduli dengan mahasiswa-mahasiswa kami,” ucapnya.
(vit)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4253 seconds (0.1#10.140)