BMKG Catat 95 Kali Gempa Guncang Jawa Barat Sepanjang Maret 2022
loading...
A
A
A
BANDUNG - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ( BMKG ) Stasiun Geofisika Bandung mencatat 95 kali gempa bumi mengguncang wilayah Jawa Barat dan sekitarnya selama Maret 2022. Jumlah ini 26 kali lebih tinggi dibandingkan kejadian gempa bumi pada Februari 2022.
Kepala BMKG Stasiun Geofisika Bandung Teguh Rahayu mengatakan, dari peta distribusi episenter gempa bumi periode Maret 2022, terlihat 69 kejadian gempa bumi terjadi di laut dan tersebar di selatan Pulau Jawa, sebagai akibat dari subduksi pertemuan lempeng tektonik Indo-Australia dan Eurasia.
Baca juga: Waspada Longsor Susulan di Tebing Cibogo Lembang
Sedangkan 19 gempa bumi terjadi di darat dengan kedalaman dangkal sebagai aktivitas sesar lokal serta 7 gempa bumi lainnya terjadi juga di darat namun diakibatkan dari adanya subduksi pertemuan lempeng tektonik Indo-Australia dan Eurasia.
"Kejadian gempa bumi terjadi dengan kedalaman yang bervariasi pada rentang 1 hingga 370 km. Sedangkan untuk magnitudo gempa bumi terbesar yang tercatat adalah 5,5 dan Magnitudo terkecil yang tercatat adalah 1,8," jelas dia, Senin (4/4/2022).
Sepanjang Maret 2022 terdapat 14 kali kejadian gempa bumi dirasakan. Salah satunya gempa bumi dirasakan dengan magnitudo terbesar terjadi pada tanggal 16 Maret 2022 di wilayah Kota Sukabumi, Jawa Barat. Gempa bumi tersebut terjadi pada pukul 10.00 WIB yang berpusat pada 7,94 Lintang Selatan dan 106,94 Bujur Timur pada kedalaman 10 Km.
Gempa ini berkekuatan sebesar M5.5 dan dirasakan di daerah Pelabuhan Ratu dan Cianjur dengan skala intensitas IV MMI, dan di daerah Garut, Pandeglang, Bayah dan Panimbang dengan skala intensitas III MMI, dan di daerah Lebak Selatan, Cilegon dan Sukabumi dengan skala intensitas II-III MMI, serta di daerah Jakarta, Banjar, Bandung Barat, Purwakarta, Tangerang Selatan, Bandung, Bekasi, Depok dan Serang dengan skala intensitas II MMI.
Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas subduksi. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik thrust fault.
"BMKG menghimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Serta menghindari bangunan-bangunan retak atau rusak yang diakibatkan oleh gempa, " jelas dia.
Kepala BMKG Stasiun Geofisika Bandung Teguh Rahayu mengatakan, dari peta distribusi episenter gempa bumi periode Maret 2022, terlihat 69 kejadian gempa bumi terjadi di laut dan tersebar di selatan Pulau Jawa, sebagai akibat dari subduksi pertemuan lempeng tektonik Indo-Australia dan Eurasia.
Baca juga: Waspada Longsor Susulan di Tebing Cibogo Lembang
Sedangkan 19 gempa bumi terjadi di darat dengan kedalaman dangkal sebagai aktivitas sesar lokal serta 7 gempa bumi lainnya terjadi juga di darat namun diakibatkan dari adanya subduksi pertemuan lempeng tektonik Indo-Australia dan Eurasia.
"Kejadian gempa bumi terjadi dengan kedalaman yang bervariasi pada rentang 1 hingga 370 km. Sedangkan untuk magnitudo gempa bumi terbesar yang tercatat adalah 5,5 dan Magnitudo terkecil yang tercatat adalah 1,8," jelas dia, Senin (4/4/2022).
Sepanjang Maret 2022 terdapat 14 kali kejadian gempa bumi dirasakan. Salah satunya gempa bumi dirasakan dengan magnitudo terbesar terjadi pada tanggal 16 Maret 2022 di wilayah Kota Sukabumi, Jawa Barat. Gempa bumi tersebut terjadi pada pukul 10.00 WIB yang berpusat pada 7,94 Lintang Selatan dan 106,94 Bujur Timur pada kedalaman 10 Km.
Gempa ini berkekuatan sebesar M5.5 dan dirasakan di daerah Pelabuhan Ratu dan Cianjur dengan skala intensitas IV MMI, dan di daerah Garut, Pandeglang, Bayah dan Panimbang dengan skala intensitas III MMI, dan di daerah Lebak Selatan, Cilegon dan Sukabumi dengan skala intensitas II-III MMI, serta di daerah Jakarta, Banjar, Bandung Barat, Purwakarta, Tangerang Selatan, Bandung, Bekasi, Depok dan Serang dengan skala intensitas II MMI.
Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas subduksi. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik thrust fault.
"BMKG menghimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Serta menghindari bangunan-bangunan retak atau rusak yang diakibatkan oleh gempa, " jelas dia.
(msd)