Usai Penembakan, Tempat Praktik Sekaligus Rumah Dokter Sunardi di Sukoharjo Lengang
loading...
A
A
A
SUKOHARJO - Rumah sekaligus tempat praktik dokter Sunardi tersangka yang ditembak Densus 88 tampak sepi. Pantauan MPI, pintu gerbang terbuka. Meskipun pintu rumah serta jendela rumah tertutup.
Di garasi depan, terlihat ada mobil sedan merah terparkir. Meski dokter Sunardi sudah meninggal, namun plang bertuliskan praktek dokter Sunardi masih dibiarkan terpasang didinding tembok
Tak ada sahutan dari dalam rumah, meskipun berulang kali MPI mengetuk pagar halaman.
Di samping rumah dan tempat praktek terdapat toko besi sekaligus garasi bus antar pedesaan. MPI pun mencoba menanyakan pada seorang pria yang baru saja memakirkan bus pedesaan di pinggir jalan. "Maaf, apakah di samping penghuninya ada," tanya MPI pada pria tersebut.
Bukannya dijawab, pria itu malah menjawab kalau dirinya tidak tahu menahu. "Saya tidak tahu, jangan tanya saya,"jawab pria berbadan kurus itu sambil masuk kedalam garasi
Akhirnya, MPI pun mencoba mencari tahu tentang dokter Sunardi pada warga sekitar.
Dari keterangan Ketua Rt 01 Rw 07 Bambang Pujiana, selain memiliki rumah di mana dirinya menjabat sebagai ketua RT, dokter Sunardi itupun memiliki rumah di pinggir jalan.
Cukup sulit juga untuk mengetahui kehidupan dokter Sunardi. Pasca kejadian itu, mayoritas warga menolak memberikan keterangan pada siapapun, termasuk pada MPI.
Akhirnya MPI pun mendapatkan penjelasan dari seorang perempuan warga Rt 01 Rw 07 yang sehari-hari berjualan snak ringan dan minuman jus.
Perempuan itu mengaku bernama Sulastri. Pada MPI, dokter Sunardi itu orangnya baik. Meski jarang kumpul, namun, warga yang berobat ditempatnya tidak dipungut biaya sepeserpun.
"Pak Sunardi itu orangnya baik. Meskipun jarang kumpul sama warga. Bahkan rapat RT pun jarang. Tapi kalau warga sini yang berobat, pasti gratis tidak perlu membayar,"papar perempuan itu pada MPI, Minggu 13 Maret 2022.
Ini didasari pengalamannya sendiri. Saat itu anaknya sakit demam. Kemudian dirinya memeriksakan anaknya pada dokter Sunardi.
Saat tahu kalau dirinya tinggal satu Rukun Tetangga, dokter Sunardi tidak menarik bayaran pada dirinya.
"Waktu itu anak saya sakit demam. Panas dan batuk, terus saya bawa ke dokter Sunardi. Orangnya ramah, dan bertanya saya rumahnya dimana. Saat tahu kalau saya satu RT dengan dokter Sunardi, saya tak usah membayar,"terangnya.
Tak hanya membayar, kalau terpaksa harus menebus obat ke apotik, dokter Sunardi pasti memberikan resep obat harga terjangkau.
"Kalau tempat praktek ramai atau tidak, saya tak tahu. Soalnya, prakteknya itukan di pinggir jalan, tak bisa lihat sama sekali. Tapi pas itu, kebetulan sepi tak ada yang berobat,"terangnya.
Ia mengatakan selama dokter Sunardi tinggal Rt 01 Rw 07, bisa dihitung dirinya bertemu dengan istri dokter Sunardi.
"Jarang ketemu (dengan istri dokter Sunardi). Yang saya tahu, istri dokter Sunardi pakai cadar, udah itu saja," terangnya
Di garasi depan, terlihat ada mobil sedan merah terparkir. Meski dokter Sunardi sudah meninggal, namun plang bertuliskan praktek dokter Sunardi masih dibiarkan terpasang didinding tembok
Tak ada sahutan dari dalam rumah, meskipun berulang kali MPI mengetuk pagar halaman.
Di samping rumah dan tempat praktek terdapat toko besi sekaligus garasi bus antar pedesaan. MPI pun mencoba menanyakan pada seorang pria yang baru saja memakirkan bus pedesaan di pinggir jalan. "Maaf, apakah di samping penghuninya ada," tanya MPI pada pria tersebut.
Bukannya dijawab, pria itu malah menjawab kalau dirinya tidak tahu menahu. "Saya tidak tahu, jangan tanya saya,"jawab pria berbadan kurus itu sambil masuk kedalam garasi
Akhirnya, MPI pun mencoba mencari tahu tentang dokter Sunardi pada warga sekitar.
Dari keterangan Ketua Rt 01 Rw 07 Bambang Pujiana, selain memiliki rumah di mana dirinya menjabat sebagai ketua RT, dokter Sunardi itupun memiliki rumah di pinggir jalan.
Cukup sulit juga untuk mengetahui kehidupan dokter Sunardi. Pasca kejadian itu, mayoritas warga menolak memberikan keterangan pada siapapun, termasuk pada MPI.
Akhirnya MPI pun mendapatkan penjelasan dari seorang perempuan warga Rt 01 Rw 07 yang sehari-hari berjualan snak ringan dan minuman jus.
Perempuan itu mengaku bernama Sulastri. Pada MPI, dokter Sunardi itu orangnya baik. Meski jarang kumpul, namun, warga yang berobat ditempatnya tidak dipungut biaya sepeserpun.
"Pak Sunardi itu orangnya baik. Meskipun jarang kumpul sama warga. Bahkan rapat RT pun jarang. Tapi kalau warga sini yang berobat, pasti gratis tidak perlu membayar,"papar perempuan itu pada MPI, Minggu 13 Maret 2022.
Ini didasari pengalamannya sendiri. Saat itu anaknya sakit demam. Kemudian dirinya memeriksakan anaknya pada dokter Sunardi.
Saat tahu kalau dirinya tinggal satu Rukun Tetangga, dokter Sunardi tidak menarik bayaran pada dirinya.
"Waktu itu anak saya sakit demam. Panas dan batuk, terus saya bawa ke dokter Sunardi. Orangnya ramah, dan bertanya saya rumahnya dimana. Saat tahu kalau saya satu RT dengan dokter Sunardi, saya tak usah membayar,"terangnya.
Tak hanya membayar, kalau terpaksa harus menebus obat ke apotik, dokter Sunardi pasti memberikan resep obat harga terjangkau.
"Kalau tempat praktek ramai atau tidak, saya tak tahu. Soalnya, prakteknya itukan di pinggir jalan, tak bisa lihat sama sekali. Tapi pas itu, kebetulan sepi tak ada yang berobat,"terangnya.
Ia mengatakan selama dokter Sunardi tinggal Rt 01 Rw 07, bisa dihitung dirinya bertemu dengan istri dokter Sunardi.
"Jarang ketemu (dengan istri dokter Sunardi). Yang saya tahu, istri dokter Sunardi pakai cadar, udah itu saja," terangnya
(msd)