Awas! Kasus COVID-19 di Jabar Naik Signifikan, 492 Pasien Terindikasi Terpapar Omicron
loading...
A
A
A
BANDUNG - Setelah sempat melandai, angka kasus COVID-19 di Jawa Barat mulai menunjukkan kenaikan yang signifikan dimana 492 kasus di antaranya terindikasi Omicron.
Gubernur Jabar, Ridwan Kamil mengungkapkan, berdasarkan data yang berhasil dihimpun Komite Kebijakan Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Daerah Provinsi Jabar, kenaikan kasus COVID-19 di Jabar terjadi sejak awal Januari 2022.
Baca juga: BREAKING NEWS: Honai Milik Warga Suku Dani di Distrik Gome, Papua Dibakar KKB
Menurut Kang Emil, sapaan akrabnya, berdasarkan data per 30 Januari 2022, kasus harian COVID-19 di Jabar mencapai 2.548 kasus. Kondisi tersebut menyebabkan tingkat keterisian tempat tidur atau beda occupancy ratio (BOR) RS COVID-19 di Jabar pun mengalami kenaikan.
"Rata-rata kenaikan keterisian rumah sakit 0,95 persen per hari. Pada 1 Januari keterisian rumah sakit berada di angka 1,3 persen. Lalu, akhir Januari ini sudah mencapai 15,81 persen. Jika tren terjaga, diprediksi pada 13 Februari angkanya bisa mencapai 28-30 persen," beber Kang Emil di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Senin (31/1/2022).
"Jadi, sebenarnya bisa disimpulkan memang libur panjang atau perjalanan besar di libur bersama ini mempunyai pengaruh terhadap penyebaran," sambung Kang Emil.
Lebih lanjut Kang Emil mengatakan, dari ribuan kasus COVID-19 yang tercatat sejak awal tahun lalu, 492 kasus di antaranya terindikasi kasus COVID-19 varian Omicron.
Menurutnya, 492 kasus probable Omicron ini berdasarkan hasil pengetesan yang dilakukan pada 21 sampai 28 Januari 2022. Istilah probable mengacu pada kemiripan gejala varian Omicron, namun kepastiannya perlu dilakukan pengetesan kembali.
"Belum menjadi Omicron karena harus dilakukan pengetesan sequens genome satu kali lagi, apakah ini yang 492 ini varian Delta, Alfa atau Omicron, itu nanti, tapi di hari ini jumlah itu masuk kategori yang positif, tapi belum pasti Omicorn. Kita tunggu mudah-mudahan tidak, tapi apapun itu tentunya kita akan treatment," jelasnya.
Baca juga: Bikin Onar! Ormas GMBI Perlu Dibubarkan? Ini Kata Polisi
Meski begitu, kata Kang Emil, di luar kasus probable Omicron tersebut, 15 pasien pertama yang terkonfirmasi Omicron di Jabar dinyatakan sembuh, termasuk 18 pasien lainnya juga dinyatakan sembuh.
Secara umum, lanjut Kang Emil, kasus aktif atau pasien yang masih menjalani isolasi, dalam perawatan, dan belum dinyatakan negatif COVID-19 di Jabar sebanyak 17.836 pasien. Sedangkan dari sisi vaksinasi dengan sasaran masyarakat umum sudah mencapai 86,98 persen untuk dosis pertama dan dosis kedua 58,15 persen.
"Kategori vaksinasi lansia dosis pertama sudah mencapai 77,75 persen dan dosis kedua 48,33 persen. Kemudian, anak-anak yang sudah menerima dosis pertama sebanyak 84,26 persen, dosis kedua di angka 11,30 persen," sebutnya.
Kang Emil juga menyebut, episentrum penyebaran COVID-19, termasuk varian Omicron di Jabar masih berkutat di wilayah Bodebek dan Bandung Raya.
"Jadi (kasus COVID-19), termasuk yang 400-an (probable Omicron) juga ngumpulnya di sana. Dari dulu udah rumus yang sama. Kedua Bandung Raya kan begitu, tapi tidak setinggi Bodebek," katanya.
Gubernur Jabar, Ridwan Kamil mengungkapkan, berdasarkan data yang berhasil dihimpun Komite Kebijakan Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Daerah Provinsi Jabar, kenaikan kasus COVID-19 di Jabar terjadi sejak awal Januari 2022.
Baca juga: BREAKING NEWS: Honai Milik Warga Suku Dani di Distrik Gome, Papua Dibakar KKB
Menurut Kang Emil, sapaan akrabnya, berdasarkan data per 30 Januari 2022, kasus harian COVID-19 di Jabar mencapai 2.548 kasus. Kondisi tersebut menyebabkan tingkat keterisian tempat tidur atau beda occupancy ratio (BOR) RS COVID-19 di Jabar pun mengalami kenaikan.
"Rata-rata kenaikan keterisian rumah sakit 0,95 persen per hari. Pada 1 Januari keterisian rumah sakit berada di angka 1,3 persen. Lalu, akhir Januari ini sudah mencapai 15,81 persen. Jika tren terjaga, diprediksi pada 13 Februari angkanya bisa mencapai 28-30 persen," beber Kang Emil di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Senin (31/1/2022).
"Jadi, sebenarnya bisa disimpulkan memang libur panjang atau perjalanan besar di libur bersama ini mempunyai pengaruh terhadap penyebaran," sambung Kang Emil.
Lebih lanjut Kang Emil mengatakan, dari ribuan kasus COVID-19 yang tercatat sejak awal tahun lalu, 492 kasus di antaranya terindikasi kasus COVID-19 varian Omicron.
Menurutnya, 492 kasus probable Omicron ini berdasarkan hasil pengetesan yang dilakukan pada 21 sampai 28 Januari 2022. Istilah probable mengacu pada kemiripan gejala varian Omicron, namun kepastiannya perlu dilakukan pengetesan kembali.
"Belum menjadi Omicron karena harus dilakukan pengetesan sequens genome satu kali lagi, apakah ini yang 492 ini varian Delta, Alfa atau Omicron, itu nanti, tapi di hari ini jumlah itu masuk kategori yang positif, tapi belum pasti Omicorn. Kita tunggu mudah-mudahan tidak, tapi apapun itu tentunya kita akan treatment," jelasnya.
Baca juga: Bikin Onar! Ormas GMBI Perlu Dibubarkan? Ini Kata Polisi
Meski begitu, kata Kang Emil, di luar kasus probable Omicron tersebut, 15 pasien pertama yang terkonfirmasi Omicron di Jabar dinyatakan sembuh, termasuk 18 pasien lainnya juga dinyatakan sembuh.
Secara umum, lanjut Kang Emil, kasus aktif atau pasien yang masih menjalani isolasi, dalam perawatan, dan belum dinyatakan negatif COVID-19 di Jabar sebanyak 17.836 pasien. Sedangkan dari sisi vaksinasi dengan sasaran masyarakat umum sudah mencapai 86,98 persen untuk dosis pertama dan dosis kedua 58,15 persen.
"Kategori vaksinasi lansia dosis pertama sudah mencapai 77,75 persen dan dosis kedua 48,33 persen. Kemudian, anak-anak yang sudah menerima dosis pertama sebanyak 84,26 persen, dosis kedua di angka 11,30 persen," sebutnya.
Kang Emil juga menyebut, episentrum penyebaran COVID-19, termasuk varian Omicron di Jabar masih berkutat di wilayah Bodebek dan Bandung Raya.
"Jadi (kasus COVID-19), termasuk yang 400-an (probable Omicron) juga ngumpulnya di sana. Dari dulu udah rumus yang sama. Kedua Bandung Raya kan begitu, tapi tidak setinggi Bodebek," katanya.
(msd)