Kekeringan, petani Kulonprogo jual tanah

Kamis, 02 Agustus 2012 - 15:44 WIB
Kekeringan, petani Kulonprogo jual tanah
Kekeringan, petani Kulonprogo jual tanah
A A A
Sindonews.com - Kekeringan yang melanda sejumlah lahan di Kecamatan Galur dan Lendah Kecamatan Kulonprogo membuat sejumlah warga lebih memilih menjual tanahnya dari pada bertani.

Setiap tahun, warga di Kulonprogo memang harus mencari cara bertahan hidup di tengah kekeringan. Selama ini jalan yang ditempuh biasanya menjual tanah pertanian mereka karena memang tidak ada pilihan lain.

Suryanto, salah seorang petani di Kulonprogo mengaku memasuki musim kering ini sawahnya sudah tidak bisa ditanami. Karena pasokan air dari Bendung Sapon tidak mengalir. Dari pada tidak memiliki penghasilan, Suryanto menjual bongkahan tanahnya ke pabrik gerabah atau batu bata.

Petani Karangsewu, Galur ini mengaku, bongkahan tanah sebanyak satu mobil pick up dijual antara Rp50.000 sampai Rp100.000. Cara ini sudah biasa dilakukan para petani di Karangsewu jika musim kering.

Begitu memasuki musim penghujan air akan kembali menggenangi lahan mereka. Petani di sini menerapkan sistim pertanian surjan karena mampu mengembalikan kondisi lahan dan penurunan tanah. “Kalau sudah ada hujan atau aliran irigasi normal lahan akan saya tanami lagi,” jelasnya.

Sementara itu, salah seorang pengusaha batubata, Saring, mengatakan harga tanah yang dibeli besarnya bervariasi. Untuk tanah yang agak keras biasanya hanya dijadikan sebagai tanah urug harganya sekira Rp50.000. Namun untuk tanah yang lebih halus, bisa mencapai Rp70.000 hingga Rp100.000.

Dari membeli tanah seperti ini, Saring masih bisa meraup keuntungan. Setiap satu mobil pikap bisa menghasilkan sektar 100 batubata. Bila dihitung dengan biaya transportasi dan pembakaran masih untung sekira Rp100.000. “Untungnya masih lumayan banyak,” tegas Saring.
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.7060 seconds (0.1#10.140)