Longsor, jalur Rajamandala-Cipeundeuy lumpuh total

Jum'at, 13 Juli 2012 - 14:05 WIB
Longsor, jalur Rajamandala-Cipeundeuy lumpuh total
Longsor, jalur Rajamandala-Cipeundeuy lumpuh total
A A A
Sindonews.com - Jalur utama dari Rajamandala-Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, lumpuh total akibat tertimbun tanah longsor. Lokasi longsor berada di Kampung Cikeuyeup, RT2/3, Desa Nangeleng, Kecamatan Cipeundeuy yang menutup seluruh jalan selebar delapan meter itu.

Akibat kejadian ini, kendaraan dari Rajamandala-Cianjur yang hendak menuju Cipeundeuy-Purwakarta harus memutar ke Padalarang. Kejadian longsor ini terjadi pagi sekitar pukul 05.15 WIB. Longsoran material tanah dengan ketinggian 10 meter dan panjang 50 meter ini mencapai lebih dari 18 ribu meter kubik. Bahkan Tembok Penahan Tanah (TPT) tebing juga tidak kuat menahan besarnya tanah longsor. Termasuk, saluran irigasi/talang Cikeuyeup yang berada di atas jalan terancam runtuh.

Saksi mata yang rumahnya nyaris menjadi korban, Romri (47) mengatakan peristiwa longsor ini terjadi secara tiba-tiba. Namun memang sebelum terjadi longsor, pada Kamis (12/7) sore turun hujan cukup deras yang disertai angin kencang. Hujan itu turun setelah lebih dari seminggu tidak turun hujan sehingga disinyalir menjadi pemicu terjadinya longsor.

Saat kejadian, ia kebetulan baru selesai menunaikan sholat dan baru siap-siap akan pergi ke sawah. Namun tiba-tiba ia mendengar suara ledakan dan gemuruh tanah yang tergusur oleh air. Ia lalu berlari keluar rumah dan melihat pohon sukun, pohon buah, kelapa, dan pohon rambutan miliknya patah dan rubuh. Setelah melihat dari dekat, ternyata areal sawah di pinggir rumahnya runtuh karena longsor.

"Suara longsor tanah itu seperti mobil truk yang kecebur ke sungai, saya juga langsung kaget," ucap Romri menjelaskan saat ditemui di lokasi, Jumat (13/7/2012).

Menurutnya, jalan yang tertutup longsor posisinya berada di bawah di antara areal persawahan. Karenanya untuk mengalirkan air antar sawah yang luasnya ratusan hektare, menggunakan talang yang dibangun melintang di atas jalan. Namun memang ketika hujan tidak semua air buangan dari area persawahan mengalir melalui talang tapi ada juga yang jatuh ke tebing tanah. Sehingga lama ke lamaan air tersebut menggerus dinding tanah sehingga menyebabkan longsor.

Warga lainnya, Suryana mengaku jalan yang tertutup longsor ini adalah jalan yang dibangun oleh PLN pada saat membuat bendungan Waduk Cirata. Begitupun dengan talang air Cikeuyeup dibangun oleh PLN pada 1985 sebagai ganti aliran air dari area persawahan yang asalnya posisinya dibawah. Akibat sudah lama dan tidak dipelihara, maka di sekitar tebing tersebut timbul retakan tanah sehingga ketika hujan turun langsung longsor.

"Karena sudah bertahun-tahun dan ada rembesan air, jadi struktur tanahnya menjadi labil. Apalagi air juga banyak yang terbuang ke sekitar tebing karena saluran airnya tidak memadai," ucapnya.
(azh)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7561 seconds (0.1#10.140)