Pulau Buru mencekam, tambang emas dijaga aparat

Kamis, 12 Juli 2012 - 10:41 WIB
Pulau Buru mencekam, tambang emas dijaga aparat
Pulau Buru mencekam, tambang emas dijaga aparat
A A A
Sindonews.com - Situasi keamanan di lokasi tambang emas di sekitar Dusun Anahoni Desa Wamsait Kecamatan Waeapo Kabupaten Buru, Maluku, pascabentrokan warga dan penambang sudah berangsur kondusif.

Aparat Kepolisian dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) sudah mengamankan lokasi bentrokan tersebut. Namun warga sekitar dan penambang masih berjaga-jaga dan suasana masih mencekam.

"Situasi keamanan saat ini sudah kondusif, aparat sudah berhasil mengendalikan suasana dan memisahkan warga yang terlibat bentrok," kata Wakapolres Pulau Buru Kompol Manurung saat dihubungi, Kamis (12/7/2012).

Ia menyatakan, situasi sudah dapat dikendalikan aparat, setelah tambahan pasukan dari Polres Pulau Buru dan Brimob Polda Maluku ke lokasi bentrokan. Pasukan tersebut dipimpin langsung Kapolres Pulau Buru AKBP Syarifuddin.

Manurung menyatakan, pihaknya belum dapat memastikan penyebab bentrokan tersebut karena saat ini tim penyidik dari Polres masih berada di lokasi. Dirinya sulit berkomunikasi karena lokasi bentrokan jauh dan tidak ada jaringan komunikasi.

"Kita belum bisa pastikan penyebab bentrokan tersebut, karena saat ini Kapolres dan tim penyidik masih di lokasi, kami sulit berkomunikasi dengan mereka karena lokasinya tidak ada jaringan komunikasi," katanya.

Ia juga menyatakan belum bisa memastikan berapa jumlah korban tewas, termasuk harta benda. Namun ia mengakui ada tiga korban tewas yang dievakuasi ke RSU Kota Namlea, Ibu Kota Kabupaten Buru. Empat lainnya dibawa warga di sekitar lokasi tambang, sejumlah warga juga terluka.

Meski belum tahu penyebab bentrokan tersebut. Namun Manurung menyatakan sebelum terjadi bentrokan ada sekitar puluhan warga dari kelompok tertentu di Kabupaten Buru Selatan (Bursel) Maluku datang dengan sejumlah longboat ke Desa Kayeli, Kecamatan Waeapo. Mereka menuju lokasi tambang emas.

Puluhan warga tersebut sempat dihalau warga Desa Kayeli, karena takut akan terjadi bentrokan, namun karena jumlah massa terlalu banyak, warga Kayeli membiarkan. "Setelah itu terjadi aksi kejar-kejar dan berujung bentrokan antar warga dengan warga lainnya di lokasi tambang," kata Manurung.

Ia menyatakan, sebelumnya memang warga di salah satu pulau di Bursel, terlibat bentrokan juga dengan warga adat di lokasi tambang, gara-gara perselisihan tambang. Bentrokan juga meluas ke Namrole, Ibu kota Kabupaten Bursel. Sejumlah warga dan penambang juga tewas saat itu.

"Kemungkinan bentrokan kali ini masih terkait masalah sebelumnya, namun penyebab pastinya belum tahu karena anggota masih lakukan penyelidikan," katanya.
(azh)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.4923 seconds (0.1#10.140)