Aipda Roni Syahputra Pemerkosa dan Pembunuh 2 Wanita Muda Tetap Dihukum Mati
loading...
A
A
A
MEDAN - Pengadilan Tinggi Medan memutuskan Aipda Roni Syahputra, terpidana kasus pemerkosaan dan pembunuhan terhadap dua wanita muda pada Februari 2021 lalu dihukum mati.
Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Medan di tingkat banding menguatkan keputusan Pengadilan Negeri Medan yang sebelumnya telah menjatuhi Aipda Roni Syahputra dengan hukuman mati.
Putusan itu disampaikan majelis hakim banding yang diketuai Wayan Karya dibantu dua anggota majelis hakim banding lainnya yakni Henry Tarigan dan Krosbin Lumban Gaol. Putusan Nomor 1977/Pid/2021/PT MDN tanggal 30 Desember 2021 itu dibacakan pada Kamis, 30 Desember 2021.
"Mengadili, menerima permintaan banding dari penasihat hukum terdakwa dan penuntut umum tersebut. Menguatkan putusan Pengadilan Negeri Medan tanggal 11 Oktober 2021 Nomor 1554/Pid.B/2021/PN Mdn yang dimintakan banding tersebut," ucap Wayan Medan dalam putusan yang dimuat di situs PT Medan, Rabu (5/1/2022).
Terpisah, Jaksa Penuntut Umum (JPU) Aisyah yang menangani perkara ini mengaku sudah menerima informasi terkait putusan banding Aipda Roni Syahputra. Namun, Aisyah mengatakan pihaknya belum menerima salinan putusan itu.
"Kami belum terima putusannya, namun berdasarkan informasi dari SIPP, putusan itu menguatkan putusan PN Medan," ucap Aisyah.
Dalam dakwaan Jaksa Penuntut Umum (JPU), perkara ini berawal pada Sabtu, 20 Februari 2021 sekitar jam 14.00 WIB. Saat itu, terdakwa Roni Syahputra sudah tertarik dengan korban, Riska Fitria (21) warga Lorong VI Veteran Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan selaku honorer di Polres Pelabuhan Belawan.
Lalu, terdakwa menghubungi Riska untuk bertemu dengan alasan agar membicarakan masalah titipan. Terdakwa membuat suatu cerita seolah-olah barang yang disebutkan oleh Riska sudah ada pada terdakwa.
Kemudian, terdakwa dan Riska janjian bertemu di Polres Pelabuhan Belawan. Dari rumahnya, terdakwa mengendarai mobil Daihatsu Xenia miliknya. Sedangkan Riska ditemani oleh tetangganya berinisial AP (13), korban lain dalam perkara ini.
Sesampainya di Polres Pelabuhan Belawan, terdakwa menyuruh Riska dan AP naik ke dalam mobilnya. Namun saat itu Riska sempat curiga dan bertanya kepada Aipda Roni.
Selanjutnya, terdakwa mengemudikan mobil ke arah Jalan Haji Anif di Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deliserdang.
Setelah itu, karena sangat bernafsu dan tertarik dengan tubuh Riska, Aipda Roni menarik tangan sebelah kiri Riska. Riska sempat melawan dan membentak Aipda Roni, sementara AP sempat berteriak.
Melihat adanya perlawanan, Aipda Roni kemudian melakukan penganiayaan terhadap kedua korban. Kepala kedua korban dipukul. Tangan diborgol dan mulut dilakban.
Disekap dan Diperkosa
Selanjutnya, Aipda Roni membawa kedua korban ke Hotel Alam Indah di Jalan Jamin Ginting, Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan dan memesan kamar seharga Rp80.000.
Di sana Aipda Roni memasukkan kedua korban ke dalam kamar. Dia kemudian mencoba untuk memperkosa Riska terlebih dahulu. Karena saat itu Riska sedang haid, sehingga terdakwa kesal. Kemudian, Aipda Roni melampiaskannya kepada AP.
Tak sampai di situ, Aipda Roni kemudian membawa kedua korban yang masih diborgol dan mulut dilakban ke rumahnya. Sesampainya di rumah, Aipda Roni menyekap keduanya di dalam kamar.
Istri dari Aipda Roni sempat bertanya kenapa kedua korban dibawa ke kamar. Namun, Aipda Roni langsung mengancam akan membunuh istrinya jika banyak tanya.
Keesokan harinya, Aipda Roni mengambil bantal dan duduk di atas perut Riska dengan menekan sekuat tenaganya. Sehingga Riska pun meninggal dunia. Hal sama juga dilakukan terdakwa kepada AP.
Selanjutnya, mayat kedua korban dibuang di dua lokasi berbeda. Jasad Riska dibuang di kawasan Perbaungan Kabupaten Sergai. Sedangkan jasad AP dibuang di Jalan Budi Kemasyarakatan Kelurahan Pulo Brayan Kota Kecamatan Medan Barat.
Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Medan di tingkat banding menguatkan keputusan Pengadilan Negeri Medan yang sebelumnya telah menjatuhi Aipda Roni Syahputra dengan hukuman mati.
Baca Juga
Putusan itu disampaikan majelis hakim banding yang diketuai Wayan Karya dibantu dua anggota majelis hakim banding lainnya yakni Henry Tarigan dan Krosbin Lumban Gaol. Putusan Nomor 1977/Pid/2021/PT MDN tanggal 30 Desember 2021 itu dibacakan pada Kamis, 30 Desember 2021.
"Mengadili, menerima permintaan banding dari penasihat hukum terdakwa dan penuntut umum tersebut. Menguatkan putusan Pengadilan Negeri Medan tanggal 11 Oktober 2021 Nomor 1554/Pid.B/2021/PN Mdn yang dimintakan banding tersebut," ucap Wayan Medan dalam putusan yang dimuat di situs PT Medan, Rabu (5/1/2022).
Terpisah, Jaksa Penuntut Umum (JPU) Aisyah yang menangani perkara ini mengaku sudah menerima informasi terkait putusan banding Aipda Roni Syahputra. Namun, Aisyah mengatakan pihaknya belum menerima salinan putusan itu.
"Kami belum terima putusannya, namun berdasarkan informasi dari SIPP, putusan itu menguatkan putusan PN Medan," ucap Aisyah.
Dalam dakwaan Jaksa Penuntut Umum (JPU), perkara ini berawal pada Sabtu, 20 Februari 2021 sekitar jam 14.00 WIB. Saat itu, terdakwa Roni Syahputra sudah tertarik dengan korban, Riska Fitria (21) warga Lorong VI Veteran Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan selaku honorer di Polres Pelabuhan Belawan.
Lalu, terdakwa menghubungi Riska untuk bertemu dengan alasan agar membicarakan masalah titipan. Terdakwa membuat suatu cerita seolah-olah barang yang disebutkan oleh Riska sudah ada pada terdakwa.
Kemudian, terdakwa dan Riska janjian bertemu di Polres Pelabuhan Belawan. Dari rumahnya, terdakwa mengendarai mobil Daihatsu Xenia miliknya. Sedangkan Riska ditemani oleh tetangganya berinisial AP (13), korban lain dalam perkara ini.
Sesampainya di Polres Pelabuhan Belawan, terdakwa menyuruh Riska dan AP naik ke dalam mobilnya. Namun saat itu Riska sempat curiga dan bertanya kepada Aipda Roni.
Selanjutnya, terdakwa mengemudikan mobil ke arah Jalan Haji Anif di Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deliserdang.
Setelah itu, karena sangat bernafsu dan tertarik dengan tubuh Riska, Aipda Roni menarik tangan sebelah kiri Riska. Riska sempat melawan dan membentak Aipda Roni, sementara AP sempat berteriak.
Melihat adanya perlawanan, Aipda Roni kemudian melakukan penganiayaan terhadap kedua korban. Kepala kedua korban dipukul. Tangan diborgol dan mulut dilakban.
Disekap dan Diperkosa
Selanjutnya, Aipda Roni membawa kedua korban ke Hotel Alam Indah di Jalan Jamin Ginting, Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan dan memesan kamar seharga Rp80.000.
Di sana Aipda Roni memasukkan kedua korban ke dalam kamar. Dia kemudian mencoba untuk memperkosa Riska terlebih dahulu. Karena saat itu Riska sedang haid, sehingga terdakwa kesal. Kemudian, Aipda Roni melampiaskannya kepada AP.
Tak sampai di situ, Aipda Roni kemudian membawa kedua korban yang masih diborgol dan mulut dilakban ke rumahnya. Sesampainya di rumah, Aipda Roni menyekap keduanya di dalam kamar.
Istri dari Aipda Roni sempat bertanya kenapa kedua korban dibawa ke kamar. Namun, Aipda Roni langsung mengancam akan membunuh istrinya jika banyak tanya.
Keesokan harinya, Aipda Roni mengambil bantal dan duduk di atas perut Riska dengan menekan sekuat tenaganya. Sehingga Riska pun meninggal dunia. Hal sama juga dilakukan terdakwa kepada AP.
Selanjutnya, mayat kedua korban dibuang di dua lokasi berbeda. Jasad Riska dibuang di kawasan Perbaungan Kabupaten Sergai. Sedangkan jasad AP dibuang di Jalan Budi Kemasyarakatan Kelurahan Pulo Brayan Kota Kecamatan Medan Barat.
(shf)