Percepat Vaksinasi COVID-19 di Bangkalan, Butuh Gotong Royong Bersama Tokoh Agama
loading...
A
A
A
BANGKALAN - Upaya untuk terus memutus penularan COVID-19 di Pulau Madura dibutuhkan gerakan gotong royong bersama. Kolaborasi antara anak-anak, orang tua, tokoh agama serta pemerintah setempat akan menjadi kunci untuk memutus penularan COVID-19, Minggu (8/8/2021).
Vaksinasi dan penerapan 3M menjadi senjata utama untuk bisa menekan laju penularan. Dengan pertahanan diri yang kuat dari masyarakat, maka penularan di berbagai wilayah di Madura bisa terus ditekan. Di Jawa Timur sendiri vaksinasi untuk anak usia 12-17 tahun semakin masif dilakukan dan Pemprov Jatim juga sudah menyiapkan 38.000 dosis vaksin untuk anak-anak di 38 kabupaten/kota.
Salah satu Anak Bangkalan Arsyad Habibillah mengatakan, dirinya memilih untuk divaksin karena yakin akan manfaatnya. Memang, informasi tentang vaksin di daerahnya banyak yang simpang siur. Tapi dirinya yakin keputusannya untuk ikut vaksinasi akan membawa dampak yang baik bagi dirinya dan keluarga.
Baca juga: Perluas Pasar, Gubernur Khofifah Dorong Pelaku UMKM Masuk Ekosistem Digital
“Setelah divaksin saya baik-baik saja, juga semakin optimis. Saya juga akhirnya mengajak teman-teman serta keluarga saya di rumah untuk ikut vaksinasi,” kata Habib, panggilan akrabnya, dalam SosEdu Anak Bangkalan dengan tema “Vaksinasi COVID-19, Benteng Pertahanan Bagi Anak” yang diselenggarakan secara virtual oleh Akatara JSA bersama UNICEF serta anak-anak Bangkalan.
Ia menambahkan, untuk ikut vaksinasi memang tak mudah. Ada berbagai tantangan yang harus dihadapinya, termasuk dari keluarganya yang lebih percaya terhadap jamu-jamuan untuk menangkal COVID-19.
“Akhirnya saya cek kebenaran tentang vaksinasi, saya lihat website Kemenkes serta tanya-tanya ke teman yang sudah vaksinasi. Dan hasil pencarian itu, saya sangat yakin manfaat vaksinasi,” tegasnya.
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya (FISIB) Universitas Trunojoyo Bangkalan, Surokim Abdussalam mengatakan, pada masa pandemi seperti sekarang ini vaksinasi menjadi hal kunci untuk menciptakan kekebalan komunal. Kultur anak-anak di Madura adalah taat dan patuh pada orang tua, guru dan kyai mereka.
”Untuk anak-anak dan remaja supaya mau divaksin dibutuhkan keteladanan dan restu dari orang tua. Ini sangat penting di Madura. Peran orang tua, tokoh agama dan tokoh masyarakat menjadi kunci dari kesuksesan vaksinasi anak di Madura,” ujar Surokim.
Ia melanjutkan, jika para orang tua dan tokoh-tokoh yang dihormati sudah menyerukan pentingnya vaksinasi maka tidak perlu lagi iming-iming pemberian sembako bagi yang mau divaksin. Termasuk juga pemaksaan administratif, karena kepatuhan di masyarakat bisa diarahkan.
Sementara itu, Kepala Divisi Penyakit Infeksi dan Pediatri Tropis, Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya, Dr. Dominicus Husada dr.,DTM&H.,MCTM(TP).,SpA(K) mengatakan, hingga saat ini belum ada obat untuk COVID-19. Sehingga yang bisa dilakukan adalah dengan upaya pencegahan berupa protokol kesehatan 3M atau 5M serta vaksin.
Di tengah pandemi ini, gerakan hoax masih perlu diwaspadai. Mereka ini memproduksi dengan kesadarannya sebuah informasi yang menyesatkan bagi masyarakat. ”Jadi kalau bertanya silahkan pada orang yang tepat, jangan sampai informasi yang salah menjadi rujukan,” katanya.
Kepala Perwakilan Kantor UNICEF Surabaya, Ermi Ndoen menjelaskan, ada banyak kreatifitas yang ditunjukan oleh anak-anak selama masa pandemi COVID-19. Mereka tak hanya diam, beberapa diantaranya juga terus membantu teman sebayanya maupun keluarganya melalui cara mereka yang unik, termasuk ajakan untuk menerapkan protokol kesehatan serta menerapkan 3M.
“Banyak kreatifitas anak yang muncul di tengah keterbatasan masa pandemi ini. Mereka ada yang membuat lagu, video, bernyanyi di berbagai ruang digital. Ini adalah semangat gotong royong yang terus terjaga,” kata Ermi.
Ia pun yakin, dengan spirit gotong royong yang dilakukan berbagai pihak bisa memunculkan harapan di masa pandemi. “Meskipun tidak bisa kemana-mana karena pandemi ini, tapi kreatifitas anak-anak terus bermunculan,” jelasnya.
Vaksinasi dan penerapan 3M menjadi senjata utama untuk bisa menekan laju penularan. Dengan pertahanan diri yang kuat dari masyarakat, maka penularan di berbagai wilayah di Madura bisa terus ditekan. Di Jawa Timur sendiri vaksinasi untuk anak usia 12-17 tahun semakin masif dilakukan dan Pemprov Jatim juga sudah menyiapkan 38.000 dosis vaksin untuk anak-anak di 38 kabupaten/kota.
Salah satu Anak Bangkalan Arsyad Habibillah mengatakan, dirinya memilih untuk divaksin karena yakin akan manfaatnya. Memang, informasi tentang vaksin di daerahnya banyak yang simpang siur. Tapi dirinya yakin keputusannya untuk ikut vaksinasi akan membawa dampak yang baik bagi dirinya dan keluarga.
Baca juga: Perluas Pasar, Gubernur Khofifah Dorong Pelaku UMKM Masuk Ekosistem Digital
“Setelah divaksin saya baik-baik saja, juga semakin optimis. Saya juga akhirnya mengajak teman-teman serta keluarga saya di rumah untuk ikut vaksinasi,” kata Habib, panggilan akrabnya, dalam SosEdu Anak Bangkalan dengan tema “Vaksinasi COVID-19, Benteng Pertahanan Bagi Anak” yang diselenggarakan secara virtual oleh Akatara JSA bersama UNICEF serta anak-anak Bangkalan.
Ia menambahkan, untuk ikut vaksinasi memang tak mudah. Ada berbagai tantangan yang harus dihadapinya, termasuk dari keluarganya yang lebih percaya terhadap jamu-jamuan untuk menangkal COVID-19.
“Akhirnya saya cek kebenaran tentang vaksinasi, saya lihat website Kemenkes serta tanya-tanya ke teman yang sudah vaksinasi. Dan hasil pencarian itu, saya sangat yakin manfaat vaksinasi,” tegasnya.
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya (FISIB) Universitas Trunojoyo Bangkalan, Surokim Abdussalam mengatakan, pada masa pandemi seperti sekarang ini vaksinasi menjadi hal kunci untuk menciptakan kekebalan komunal. Kultur anak-anak di Madura adalah taat dan patuh pada orang tua, guru dan kyai mereka.
”Untuk anak-anak dan remaja supaya mau divaksin dibutuhkan keteladanan dan restu dari orang tua. Ini sangat penting di Madura. Peran orang tua, tokoh agama dan tokoh masyarakat menjadi kunci dari kesuksesan vaksinasi anak di Madura,” ujar Surokim.
Ia melanjutkan, jika para orang tua dan tokoh-tokoh yang dihormati sudah menyerukan pentingnya vaksinasi maka tidak perlu lagi iming-iming pemberian sembako bagi yang mau divaksin. Termasuk juga pemaksaan administratif, karena kepatuhan di masyarakat bisa diarahkan.
Sementara itu, Kepala Divisi Penyakit Infeksi dan Pediatri Tropis, Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya, Dr. Dominicus Husada dr.,DTM&H.,MCTM(TP).,SpA(K) mengatakan, hingga saat ini belum ada obat untuk COVID-19. Sehingga yang bisa dilakukan adalah dengan upaya pencegahan berupa protokol kesehatan 3M atau 5M serta vaksin.
Di tengah pandemi ini, gerakan hoax masih perlu diwaspadai. Mereka ini memproduksi dengan kesadarannya sebuah informasi yang menyesatkan bagi masyarakat. ”Jadi kalau bertanya silahkan pada orang yang tepat, jangan sampai informasi yang salah menjadi rujukan,” katanya.
Kepala Perwakilan Kantor UNICEF Surabaya, Ermi Ndoen menjelaskan, ada banyak kreatifitas yang ditunjukan oleh anak-anak selama masa pandemi COVID-19. Mereka tak hanya diam, beberapa diantaranya juga terus membantu teman sebayanya maupun keluarganya melalui cara mereka yang unik, termasuk ajakan untuk menerapkan protokol kesehatan serta menerapkan 3M.
“Banyak kreatifitas anak yang muncul di tengah keterbatasan masa pandemi ini. Mereka ada yang membuat lagu, video, bernyanyi di berbagai ruang digital. Ini adalah semangat gotong royong yang terus terjaga,” kata Ermi.
Ia pun yakin, dengan spirit gotong royong yang dilakukan berbagai pihak bisa memunculkan harapan di masa pandemi. “Meskipun tidak bisa kemana-mana karena pandemi ini, tapi kreatifitas anak-anak terus bermunculan,” jelasnya.
(msd)