RS Penuh Pasien COVID-19, Spesialis Kejiwaan Ingatkan Potensi Depresi Tenaga Medis
loading...
A
A
A
BANDUNG - Kasus COVID-19 yang terus melonjak mengakibatkan banyak rumah sakit penuh oleh pasien COVID-19. Lonjakan ini mestinya diwaspadai terhadap potensi terjadinya tekanan mental yang bakal dialami tenaga medis.
Dokter spesialis kejiwaan Teddy Hidayat mengatakan, semakin berlarut-larut dan meningkatnya kasus COVID-19, telah menimbulkan masalah yang serius bagi penyedia layanan dan tenaga medik. Tenaga medis di Puskesmas dan Rumah Sakit yang kelelahan (exhausted) dapat menurunkan kualitas pelayanan, bahkan sampai kolaps.
"Oleh karenanya untuk melindungi kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan mental tenaga medik perlu upaya pencegahan dan pengendalian," jelas dia, Kamis (24/6/2021).
Selain itu juga perhatian dan prioritas dalam kebijakan yang tertuang dalam panduan konkret untuk memelihara kesehatan mental dan membangun resiliensi agar tetap sehat secara emosional dan mental selama masa yang penuh tekanan ini.
Karena menurut dia, selain risiko infeksi COVID-19 , tenaga medik terus mengalami risiko-risiko kesehatan dan keselamatan kerja lain yang bersifat biologik, fisik, maupun psikososial. Tenaga medik yang turut serta dalam respons pandemi terpapar pada berbagai risiko kesehatan dan keselamatan di tempat kerja, seperti terinfeksi dan penyebaran COVID-19 kepada orang lain. Baca juga: BOR Khusus COVID-19 Terus Menipis, Ini Skenario Pemkot Bandung
Bahkan, kelelahan akibat bekerja lama dan beban kerja yang berat, tidak cukupnya tidur atau istirahat, bekerja untuk waktu yang lama dengan memakai alat pelindung diri yang dapat mengakibatkan heat stres, kekerasan dan stigma di tempat kerja. Efek lainnya berbagai masalah kesehatan jiwa, tekanan emosional, burn-out (kelelahan) akibat kerja dan depresi.
Dokter spesialis kejiwaan Teddy Hidayat mengatakan, semakin berlarut-larut dan meningkatnya kasus COVID-19, telah menimbulkan masalah yang serius bagi penyedia layanan dan tenaga medik. Tenaga medis di Puskesmas dan Rumah Sakit yang kelelahan (exhausted) dapat menurunkan kualitas pelayanan, bahkan sampai kolaps.
"Oleh karenanya untuk melindungi kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan mental tenaga medik perlu upaya pencegahan dan pengendalian," jelas dia, Kamis (24/6/2021).
Selain itu juga perhatian dan prioritas dalam kebijakan yang tertuang dalam panduan konkret untuk memelihara kesehatan mental dan membangun resiliensi agar tetap sehat secara emosional dan mental selama masa yang penuh tekanan ini.
Karena menurut dia, selain risiko infeksi COVID-19 , tenaga medik terus mengalami risiko-risiko kesehatan dan keselamatan kerja lain yang bersifat biologik, fisik, maupun psikososial. Tenaga medik yang turut serta dalam respons pandemi terpapar pada berbagai risiko kesehatan dan keselamatan di tempat kerja, seperti terinfeksi dan penyebaran COVID-19 kepada orang lain. Baca juga: BOR Khusus COVID-19 Terus Menipis, Ini Skenario Pemkot Bandung
Bahkan, kelelahan akibat bekerja lama dan beban kerja yang berat, tidak cukupnya tidur atau istirahat, bekerja untuk waktu yang lama dengan memakai alat pelindung diri yang dapat mengakibatkan heat stres, kekerasan dan stigma di tempat kerja. Efek lainnya berbagai masalah kesehatan jiwa, tekanan emosional, burn-out (kelelahan) akibat kerja dan depresi.
(don)