Kisah Syodanco Soeprijadi, Sebelum Lenyap Sempat Sembunyi di Rumah Mbah Syiroj Blitar

Minggu, 02 Mei 2021 - 05:09 WIB
loading...
Kisah Syodanco Soeprijadi, Sebelum Lenyap Sempat Sembunyi di Rumah Mbah Syiroj Blitar
Makam Kiai Abdullah Syiroj pahlawan perintis kemerdekaan di belakang masjid Baitul Yaqin, Desa Krenceng, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar. Foto/SINDOnews/Solichan Arif
A A A
Di ruangan yang sejak kecil ia ketahui tidak pernah berubah bentuk itu, telinga Moh Nuh (53) kerap mendengar penuturan neneknya tentang Syodanco Soeprijadi . Di pojokan itu, katanya sembari menudingkan telunjuk pada ruang yang sisi atasnya bisa langsung memandang genting, Soeprijadi pernah mengaso.

Baca juga: Kisah Ritual Tapa Telanjang, Pertapaan Sonder dan Ratu Kalinyamat

"Saya mendengar cerita itu berulangkali," tutur Moh Nuh ditemui Sindonews.com di rumahnya Desa Krenceng, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar . Moh Nuh berusaha mengingat ulang cerita Siti Fatimah, neneknya, istri Kiai Abdullah Syiroj. Ruangan yang dimaksud adalah bagian dari rumah almarhum Kiai Abdullah Syiroj atau Mbah Syiroj.

Baca juga: Kisah Lamajang Tigang Juru, Kerajaan di Selatan Mahameru yang Menggetarkan Majapahit

Rumah berusia tua itu menghadap kiblat. Posisinya beradu pandang dengan Masjid Baitul Yaqin. Masjid yang berdiri tahun 1861. Kiai Hasan Mustaqiem yang awalnya mendirikannya dan lalu diteruskan Kiai Abdul Yaqin, menantunya. Kiai Hasan atau Mbah Kasan adalah bekas Laskar Pangeran Diponegoro yang tercerai berai.

Kisah Syodanco Soeprijadi, Sebelum Lenyap Sempat Sembunyi di Rumah Mbah Syiroj Blitar

Ruangan yang pernah dipakai Syodanco Soeprijadi beristirahat setelah melakukan pemberontakan pasukan Pembela Tanah Air (PETA) di Blitar pada 14 Agustus 1945 terhadap Jepang. Foto/SINDOnews/Solichan Arif

Diponegoro ditangkap Belanda dan dibuang ke Makassar. Begitu juga dengan Kiai Mojo yang diasingkan bersama 62 pengikutnya. Tidak terkecuali Sentot Ali Basyah Prawiradirja. Setelah Diponegoro kalah di Perang Jawa (1825-1830), Mbah Kasan yang lari ke Jawa Timur memutuskan bermukim di Desa Krenceng, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar.

Begitu juga dengan Mbah Abdul Yaqin, menantunya yang berasal dari Bagelenan, Jawa Tengah. Mbah Syiroj merupakan salah satu putra Mbah Abdul Yaqin. Begitu menikah dengan Siti Fatimah dan dikaruniai lima anak, oleh orang tuanya langsung ditancapkan di depan masjid Baitul Yaqin.

Terlihat pohon sawo kecik tua yang rindang. Dahan dan daunnya yang lebat meneduhi halaman rumah. Terlihat rumah lain di samping kiri kanan masjid, yang juga masih kerabat. Dalam urutan trah keluarga besar, Nuh yang berstatus cucu merupakan generasi kelima. Di sebelah rumah Mbah Syiroj, Nuh yang juga mursyid tarekat naqsabandiyah itu bertempat tinggal.

"Ayah saya salah satu dari putra Mbah Syiroj," tutur Nuh menceritakan. Rumah Mbah Syiroj bagi Nuh adalah rumah keluarga besar. Sampai hari ini bentuknya dipertahankan. Begitu juga dengan ruangan-ruangannya. Di antara yang lain, ruangan tempat Soeprijadi pernah mengaso itu, berada paling selatan. Berukuran paling besar dengan bentuk memanjang. Lebar ruangan sekitar dua meter dengan panjang kurang lebih 10 meter.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2223 seconds (0.1#10.140)