Kisah Lamajang Tigang Juru, Kerajaan di Selatan Mahameru yang Menggetarkan Majapahit

Jum'at, 30 April 2021 - 05:00 WIB
loading...
A A A
Dari berbagai catatan hasil penelitian tersebut. Diketahui, kawasan Situs Biting , merupakan kawasan permukiman yang dilindungi oleh benteng dan pertahanan alam. Pertahanan alam itu, dapat dilihat dari aliran sungai besar yang mengelilinginya. Yakni Sungai Bondoyudo di sisi utara; Sungai Bodang di sisi timur; Sungai Ploso di sisi barat; dan Sungai Cangkring yang merupakan sungai buatan di sisi selatan.



Benteng yang dibangun, terbuat dari susunan batu bata kokoh. Benteng memiliki ketebalan 6 meter; tinggi 10 meter; dan panjangnya membentang sepanjang 10 kilometer (km). Kawasan di dalam benteng, terdapat beberapa situs yang terbagi dalam berbagai blok. Seperti Blok Percandian; Blok Jading atau Taman Sari; Blok Minak Koncar; dan Blok Keraton.

Benteng ini sendiri, dibangun untuk melindungi kota Lamajang Tigang Juru dari berbagai serangan musuh, dan ancaman dari luar. Pembangunannya, diperkirakan mulai dilaksanakan pada era pemerintahan Naraya Kirana. Yakni, putri Raja Singosari, Wisnuwardhana, pada tahun 1255 masehi, hingga di era Mataram Islam pada pertengahan abad ke-17.

Berbagai bukti dan catatan hasil penelitian, telah memperlihatkan tentang pentingnya keberadaan Situs Biting . Bahkan, dalam catatan sejarah disebutkan, Raja Majapahit Hayam Wuruk yang melakukan ekspedisi pada tahun 1359 Masehi, tak berani singgah di benteng ini.



Nama Arya Wiraraja, sangat lekat dengan kerajaan di selatan Gunung Semeru tersebut. Bahkan, Arya Wiraraja menjadi raja besar di Lamajang Tigang Juru. Dalam kitab Pararaton, Arya Wiraraja tercatat dengan nama kecilnya Banyak Wide.

Secara etimologis, Banyak merupakan nama yang disandang oleh kaum Brahmana . Sedangkan Wide memiliki arti Widya yaitu pengetahuan. Banyak Wide memiliki makna Brahmana yang memiliki pengetahuan atau kecerdasan tinggi.

Dalam Pararaton juga disebutkan keterangan penting terkait Lamajang Tigang Juru dan Arya Wiraraja, yakni "Hana ta wongira, babatanganira buyuting Nangka, aran Banyak Wide, sinungan pasenggahan Arya Wiraraja, arupa tan kandel denira, dinohaken, kinon Adipati ing Songenep, anger ing Madura wetan".

Pernyataan itu memiliki arti: "Ada seorang hambanya (Kertanegara) merupakan keturunan tetua di Nangka bernama Banyak Wide, yang kemudian bergelar Arya Wiraraja dan dijauhkan menjadi Adipati Sumenep, Madura wetan".
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1444 seconds (0.1#10.140)