Seorang Pengantin Perempuan Diculik dan Dibunuh, Protes Besar Guncang Kyrgyzstan

Jum'at, 09 April 2021 - 00:00 WIB
loading...
Seorang Pengantin Perempuan Diculik dan Dibunuh, Protes Besar Guncang Kyrgyzstan
Demonstrasi terjadi di depan kantor Kementerian Dalam Negeri Kyrgyzstan mengecam penculikan dan pembunuhan terhadap seorang pengantin perempuan, Kamis (8/4/2021). Foto/REUTERS/Vladimir Pirogov
A A A
BISHKEK - Seorang pengantin perempuan di Kyrgyzstan diculik dan dibunuh memicu kemarahan publik setelah polisi dianggap bertindak lamban. Kasus ini memicu demo besar pada hari Kamis (8/4/2021) di depan kantor Kementerian Dalam Negeri.

Massa demonstran menuntut para pejabat tinggi polisi mengundurkan diri.



Aizada Kanatbekova, 27, diculik pada 5 April 2021. Dia ditemukan tewas dicekik di dalam mobil di daerah pedesaan dua hari kemudian, bersama dengan tersangka pembunuhnya yang tewas karena luka pisau, diduga bunuh diri.

Tersangka komplotan penculik pengantin itu telah ditangkap dan ditahan.

Fakta bahwa polisi gagal menemukan tersangka dengan cepat meski penculikan itu terekam kamera dengan model mobil dan pelat nomor yang terlihat jelas telah memicu kemarahan publik.

Sekitar 500 orang berunjuk rasa di depan kantor pusat Kementerian Dalam Negeri di Ibu Kota Kyrgyzstan, Bishkek. "Malu!," teriak para demonstran, seperti dikutip Reuters.

Perdana Menteri Ulugbek Sharipov berbicara kepada kerumunan demonstran, meminta orang-orang memberikan waktu kepada polisi untuk menyelidiki kejahatan tersebut.



Presiden Sadyr Japarov mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa para pelaku akan dihukum. Dia juga mengutuk praktik penculikan pengantin lainnya, yang tetap meluas di negara pecahan Uni Soviet tersebut meskipun ada janji untuk menindaknya.

Praktik seperti ini melibatkan calon pengantin pria yang secara paksa membawa seorang perempuan atau gadis muda kembali ke rumahnya sebelum menekannya untuk menyetujui pernikahan dengan menulis surat persetujuan. Kyrgyzstan melarang praktik seperti itu pada tahun 2013 setelah pihak berwenang menyadari hal itu dapat menyebabkan pemerkosaan dalam pernikahan, kekerasan dalam rumah tangga, dan trauma psikologis.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2290 seconds (0.1#10.140)