Catatan Kecil Wakil Bupati Asmat Tentang Kemeriahan Puncak Pesta Jew Baru Kampung Kaimo

Jum'at, 26 Maret 2021 - 20:30 WIB
loading...
Catatan Kecil Wakil Bupati Asmat Tentang Kemeriahan Puncak Pesta Jew Baru Kampung Kaimo
Thomas E Safanpo, Wakil Bupati Asmat saat menghadiri Kemeriahan Puncak Pesta Jew Baru Kampung Kaimo pada Kamis, (25/3/2021)
A A A
AGATS - Suku Asmat, Papua memiliki beragam tradisi dan budaya yang hingga kini masih terus terjaga, diantaranya adalah Pesta Adat Jew yang digelar setiap tahunnya di Kampung Kaimo. Seperti dikisahkan oleh Thomas E Safanpo, Wakil Bupati Asmat yang meluangkan waktu secara khusus untuk menghadiri puncak pesta adat tersebut pada Kamis, (25/3/2021).

Suasana pesta dipenuhi dengan luapan kegembiraan dan kebahagiaan sekaligus menjadi momen sakral dengan diwarnai doa-doa untuk memohon berkat serta restu Sang Maha Kuasa. Dalam pesta adat ini, hadir para tetua adat dari 8 Kampung di seluruh Rumpun Siret. "Masyarakat bergembira dan berbagi "wayir pok" dengan penuh suka cita," katanya.

Selain berkisah tentang suasana pucak Pesta Adat Jew , Wabup Thomas E Safanpo juga menuturkan tentang Kampung Kaimo yang memiliki posisi penting dalam sejarah masyarakat Asmat. Kampung Kaimo merupakan induk dari Rumpun Siret, salah satu dari 9 rumpun yang menampati wilayah ini.

Kampung adat Kaimo memiliki arti penting bagi masyarakat Asmat, karena dari tempat ini merupakan induk rumpun-rumput yang ada saat ini.

"Sebelum berubah nama menjadi Rumpun Siret, Rumpun Adat ini dulu disebut sebagai Rumpun Adat Kaimoin. Disebut Kaimoin, karena Kaimo menjadi pusat atau induk Rumpun Adat," tuturnya.

Dari Kampung ini lah kemudian tersebar komunitas-komunitas baru yang membentuk kampung-kampung lain, diantaranya Yaosakor, Damen, Sakor, Biwar Darat, Awak, Fos, dan Waganu.

Pada 2008, lanjutnya, masyarakat adat Rumpun Kaimoin bersepakat untuk mengubah nama rumpun menjadi Rumpun Adat Siret. Rumpun Adat Siret merupakan penegasan jati diri rumpun adat ini sebagai rumpun tertua sekaligus sebagai Pewaris dan Penjaga Sungai Siret - Sungai yang diyakini sebagai Sungai Asal Suku Asmat.

"Dari Siret inilah, Suku Asmat kemudian tersebar dalam 9 rumpun Adat," ucapnya.

Dikisahkannya pula tentang nenek moyang Asmat untuk pertama kalinya "turun dari atas" menyusuri Sungai Siret dan membentuk kampung pertama di Dusun Amumpun, dusun yang kini masuk dalam Kepemilikan Wilayah Adat Kampung Yaosakor.

"Dari Dusun Amumpun kemudian manusia Asmat terpisah atau memisahkan diri dan membentuk rumpun-rumpun dan komunitas baru yang tersebar dari Safan hingga Emari seperti yang kita kenal sekarang ini," tuturnya.

Sungai Siret dalam Peta Belanda pada 1930-an hingga akhir dekade 1960-an disebut sebagai "Vrienschap Rivier" atau "Sungai Persahabatan". Namun demikian, nama tersebut tidak digunakan oleh masyarakat Asmat. "Secara turun-temurun Masyarakat Asmat tetap menyebut sungai ini dengan sebutan Sungai Siret hingga saat ini. Nama yang terus dipertahankan karena berkaitan dengan sejarah asal-muasal Suku Asmat," ujarnya.

Dari tempat bersejarah Kampung Kaimo ini, Wakil Bupati Thomas meyakini selalu mendapatkan “doa penguatan" sekaligus mendapatkan "restu adat" dalam menjalankan roda pemerintahan di awal periode kedua ini. Tentunya, nilai-nilai religius itu semakin terasa mendalam di saat perayaan puncak Pesta Jew baru seperti saat itu.

"Semoga Sang Semesta memberkati Masyarakat dan Tanah Asmat," ucapnya. CM
(atk)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1431 seconds (0.1#10.140)