Survei: 91 Persen Warga Gunakan Uang Elektronik selama Pandemi

Rabu, 27 Januari 2021 - 10:02 WIB
loading...
Survei: 91 Persen Warga Gunakan Uang Elektronik selama Pandemi
Foto/ilustrasi SINDOnews
A A A
BANDUNG - Sebanyak 91 persen masyarakat Indonesia tercatat telah menggunakan uang elektronik, sejak pandemi COVID-19 . Tingginya penggunaan uang elektronik disebabkan pembatasan aktivitas dan protokol kesehatan.

Survey E-Channel Fintech E-Commerce & e-Lifestyle yang dilakukan Sharing Vision pada Desember 2020. Survey ini dilakukan dengan melibatkan 1.729 orang responden. Dari 1.729 responden, sebanyak 91% telah menggunakan uang elektronik untuk mendukung transaksinya. Baca juga: Robot Sophia akan Diproduksi Massal di Tengah Pandemi Covid-19

Menurut Chief Lembaga Riset Telematika Sharing Vision Dimitri Mahayana, berdasarkan hasil survey tersebut Gopay menempati peringkat pertama sebagai e-money yang paling banyak digunakan, dipilih 81% responden. Posisi kedua ditempati OVO sebanyak 71%. E-money lainnya adalah Shopeepay 44%, Dana 41%, e-money 21%, Flazz 18%, Link Aja 16%, Brizzi 5%. Sementara itu, i.saku 2%, Jakcard 1%, Paytren 1%, dan lainnya 2%.

"Alasan menggunakan e-money bervariasi, mulai dari simple, efisien secara waktu, banyaknya promo yang ditawarkan, tidak perlu datang ke bank, dan aman," kata Dimitri.

Alasan lainnya, menurut dia, adalah keharusan penggunaan e-money, seperti untuk tol dan pembayaran e-commerce yang mewajibkan penggunaan e-money untuk mendapatkan promo free ongkir. Selain itu juga ada yang berasalan audah terbiasa, sering lupa membawa uang tunai, dan karena kebutuhan.

Menariknya, kata dia, sebagian besar uang elektronik dipakai untuk pembayaran delivery makanan, yang dipilih sebanyak 86% responden. Pembayaran transportasi online menjadi kedua terbanyak dipilih responden, sebanyak 77%.

Sementara lainnya dipakai untuk pembelian pulsa (67%), pembayaran e-commerce (61%), pembayaran di resto atau cafe (58%). Selain itu juga untuk pembayaran tol (41%), pembayaran di minimarket (36%), transportasi umum (31%), tiket parkir (28%), utilitas (22%), lainnya (4%).

Kendati penggunaan uang elektronik tinggi, Dimitri menyebutkan, masih ada beberapa kendala pada layanan ini. Diantaranya aplikasi tidak bisa digunakan atau diakses. Selain itu masih sering terjadi saldo e-money tidak bisa bertambah walaupun sudah di top up. "Selain itu, e-money kadang tidak terdeteksi dan saldo berkurang padahal tidak digunakan," ujar Dimitri.

Kendala lainnya adalah top up gagal, kendala jaringan, belum diterima di banyak layanan, gagal upgrade ke premium, transaksi ditolak, cashback tidak diterima. Kendala lain yang juga dikeluhkan pengguna adalah biaya admin, aplikasi lambat, paylater bermasalah, dan sulit scan QR Code.

"Sebanyak 78% responden pernah menggunakan layanan pembayaran QR code. Mereka umumnya menggunakan untuk pembayaran makanan di resto atau cafe, pembayaran di minimarket, supermarket, atau mall," tutup Dimitri.
(don)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.6796 seconds (0.1#10.140)