Takut Bawa Corona, Sopir Truk Blitar Ditolak Pulang Istri
loading...
A
A
A
BLITAR - Seorang istri di Desa Sidorejo, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar menolak suaminya yang baru datang dari Kalimantan karena khawatir tertular Covid-19.
Apalagi belum lama ini di Kecamatan Ponggok satu orang warga terkonfirmasi positif Corona dan meninggal dunia.
"Istrinya takut jika suaminya pulang akan membawa virus. Apalagi mereka memiliki anak yang masih kecil kecil," kata Kepala Desa Sidorejo, Sukamto, kepada wartawan tanpa menyebut identitas warganya.
Suami yang kepulangannya tidak diinginkan keluarga tersebut seorang sopir truk.
Dia bekerja di Kalimantan dan menjelang bulan puasa ini memutuskan mudik ke kampung halaman. Namun sejak awal mengabarkan niat ke istrinya, kata Sukamto, sang istri langsung menolak. Keluarga di Blitar kata si istri akan lebih merasa aman jika suaminya bertahan di Kalimantan.
Keengganan suaminya pulang itu diperkuat banyaknya kasus virus Corona dibawa orang orang yang baru datang dari perjalanan jauh. "Namun yang bersangkutan (suami) tetap nekat pulang," kata Sukamto.
Insiden penolakan itu berlangsung dramatis. Begitu melihat truk suaminya memasuki jalan desa, menurut Sukamto, si istri meminta perangkat desa menghalangi suaminya pulang. Bahkan dengan setengah histeris dia meminta perangkat desa untuk menangkapnya.
"Sempat berteriak-teriak agar saya segera mengamankan sang suami saat truk yang dikendarai memasuki jalan desa," kata Sukamto.
Sang suami dengan mengendarai truknya tidak datang sendirian. Dia ditemani kernet yang juga warga setempat.
Truk yang melaju di jalan batas desa, yakni sekitar Pasar Patok langsung dihentikan. Menurut Sukamto, didampingi relawan Gugus Tugas Covid-19 Desa Sidorejo dan petugas Linmas, dua orang tersebut (Sopir dan kernet) dibawa ke Balai Desa dengan mengendarai mobil yang disediakan.
"Saat dibawa ke balai desa yang bersangkutan sempat protes," kata Sukamto.
Kepada petugas yang membawanya pengemudi truk itu mengaku sudah berulangkali menjalani pemeriksaan kesehatan. Saat hendak masuk kapal di dermaga Kalimantan dia diperiksa.
Begitu juga saat turun di pelabuhan Semarang, Jawa Tengah dia kembali menjalani pemeriksaan kesehatan. Sopir truk itu juga gusar dengan istrinya yang bersikukuh meminta perangkat desa mengkarantina sang suami selama 14 hari.
"Yang bersangkutan kami karantina di desa, di sebuah ruangan sekolah yang memang kita siapkan untuk karantina mandiri tingkat desa," kata Sukamto.
Ruang karantina Covid-19 di Desa Sidorejo mengambil tempat di ruang kelas SDN 4 Sidorejo. Ada sebanyak empat kelas lengkap dengan tempat tidur dan perlengkapan yang dipakai sebagai karantina. Dengan tambahan dua orang (sopir truk dan kernet), jumlah warga yang dikarantina karena baru datang dari luar kota menjadi tujuh orang.
"Terdiri dari 4 orang pemudik yang datang dari Malaysia, satu orang dari Semarang dan dua orang dari Kalimantan," kata Sukamto.
Tercatat sampai 16 April 2020 jumlah ODP (Orang dalam Pemantauan) Covid-19 di Kabupaten Blitar 636, ODP selesai dipantau 14 hari 511, ODP proses pemantauan 120, dan ODP rawat inap 5.
Sedangkan jumlah PDP (Pasien dalam Pengawasan) sebanyak 11 orang, yakni 7 orang sembuh, 3 masih dirawat dan satu orang meninggal dunia. Jumlah kasus yang terkonfirmasi positif Covid-19 sebanyak 3 orang dengan perincian satu orang dirawat, satu orang sembuh dan satu orang meninggal dunia.
Terkait karantina mandiri di tingkat desa, Krisna Yekti jubir Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Blitar mengatakan pengawasan oleh petugas di desa, sesuai protokoler akan dilakukan dengan ketat. "Isolasi mandiri (karantina) diawasi ketat oleh desa," ujar dia.
Apalagi belum lama ini di Kecamatan Ponggok satu orang warga terkonfirmasi positif Corona dan meninggal dunia.
"Istrinya takut jika suaminya pulang akan membawa virus. Apalagi mereka memiliki anak yang masih kecil kecil," kata Kepala Desa Sidorejo, Sukamto, kepada wartawan tanpa menyebut identitas warganya.
Suami yang kepulangannya tidak diinginkan keluarga tersebut seorang sopir truk.
Dia bekerja di Kalimantan dan menjelang bulan puasa ini memutuskan mudik ke kampung halaman. Namun sejak awal mengabarkan niat ke istrinya, kata Sukamto, sang istri langsung menolak. Keluarga di Blitar kata si istri akan lebih merasa aman jika suaminya bertahan di Kalimantan.
Keengganan suaminya pulang itu diperkuat banyaknya kasus virus Corona dibawa orang orang yang baru datang dari perjalanan jauh. "Namun yang bersangkutan (suami) tetap nekat pulang," kata Sukamto.
Insiden penolakan itu berlangsung dramatis. Begitu melihat truk suaminya memasuki jalan desa, menurut Sukamto, si istri meminta perangkat desa menghalangi suaminya pulang. Bahkan dengan setengah histeris dia meminta perangkat desa untuk menangkapnya.
"Sempat berteriak-teriak agar saya segera mengamankan sang suami saat truk yang dikendarai memasuki jalan desa," kata Sukamto.
Sang suami dengan mengendarai truknya tidak datang sendirian. Dia ditemani kernet yang juga warga setempat.
Truk yang melaju di jalan batas desa, yakni sekitar Pasar Patok langsung dihentikan. Menurut Sukamto, didampingi relawan Gugus Tugas Covid-19 Desa Sidorejo dan petugas Linmas, dua orang tersebut (Sopir dan kernet) dibawa ke Balai Desa dengan mengendarai mobil yang disediakan.
"Saat dibawa ke balai desa yang bersangkutan sempat protes," kata Sukamto.
Kepada petugas yang membawanya pengemudi truk itu mengaku sudah berulangkali menjalani pemeriksaan kesehatan. Saat hendak masuk kapal di dermaga Kalimantan dia diperiksa.
Begitu juga saat turun di pelabuhan Semarang, Jawa Tengah dia kembali menjalani pemeriksaan kesehatan. Sopir truk itu juga gusar dengan istrinya yang bersikukuh meminta perangkat desa mengkarantina sang suami selama 14 hari.
"Yang bersangkutan kami karantina di desa, di sebuah ruangan sekolah yang memang kita siapkan untuk karantina mandiri tingkat desa," kata Sukamto.
Ruang karantina Covid-19 di Desa Sidorejo mengambil tempat di ruang kelas SDN 4 Sidorejo. Ada sebanyak empat kelas lengkap dengan tempat tidur dan perlengkapan yang dipakai sebagai karantina. Dengan tambahan dua orang (sopir truk dan kernet), jumlah warga yang dikarantina karena baru datang dari luar kota menjadi tujuh orang.
"Terdiri dari 4 orang pemudik yang datang dari Malaysia, satu orang dari Semarang dan dua orang dari Kalimantan," kata Sukamto.
Tercatat sampai 16 April 2020 jumlah ODP (Orang dalam Pemantauan) Covid-19 di Kabupaten Blitar 636, ODP selesai dipantau 14 hari 511, ODP proses pemantauan 120, dan ODP rawat inap 5.
Sedangkan jumlah PDP (Pasien dalam Pengawasan) sebanyak 11 orang, yakni 7 orang sembuh, 3 masih dirawat dan satu orang meninggal dunia. Jumlah kasus yang terkonfirmasi positif Covid-19 sebanyak 3 orang dengan perincian satu orang dirawat, satu orang sembuh dan satu orang meninggal dunia.
Terkait karantina mandiri di tingkat desa, Krisna Yekti jubir Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Blitar mengatakan pengawasan oleh petugas di desa, sesuai protokoler akan dilakukan dengan ketat. "Isolasi mandiri (karantina) diawasi ketat oleh desa," ujar dia.
(nth)