BMKG: Pesan Berantai Agar Masyarakat Tinggalkan Mamuju Hoaks

Senin, 18 Januari 2021 - 08:49 WIB
loading...
BMKG: Pesan Berantai Agar Masyarakat Tinggalkan Mamuju Hoaks
BMKG menegaskan tidak pernah menginstruksikan warga untuk meninggalkan Mamuju. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menegaskan tidak pernah menginstruksikan warga untuk meninggalkan Mamuju pascagempa bumi Magnitudo 6,2 yang mengguncang wilayah tersebut pada Jumat, 15 Januari 2021, lalu.
Baca Juga: Pengisian Daya Tercepat di Dunia, Bateraii QOO 7 Terisi Penuh 14 Menit

"BMKG hanya mengeluarkan imbauan terkait arahan evakuasi untuk menyelamatkan diri, bukan eksodus meninggalkan Mamuju," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Jakarta, Senin (18/1/2021). (Baca juga: BMKG Imbau Warga Jangan Panik, Tetap Tenang Tak Perlu Tinggalkan Mamuju)

Imbauan tersebut disampaikan saat rakor Gempa Mamuju-Majene Sabtu, 16 Januari 2021 malam sehingga tidak benar jika beredar teks percakapan WhatsApp yang berisi informasi seolah BMKG menginstruksikan meninggalkan Mamuju sesegera mungkin. "Informasi ini tidak benar dan dapat dikategorikan sebagai berita bohong (hoaks)," tegas Dwikorita. (Baca juga: Ini Daftar Rumah Sakit yang Mengalami Kerusakan Akibat Gempa di Sulbar)

Namun ia mengingatkan gempa susulan masih dapat terjadi seperti lazimnya pascaterjadinya gempa kuat, untuk itu masyarakat diminta mewaspadai kemungkinan gempa susulan dengan kekuatan yang signifikan. Hasil monitoring BMKG terhadap aktivitas gempa di Majene dan Mamuju sejak tanggal 14 - 17 Januari 2021 tercatat sebanyak 37 kali gempa.

Baca Juga: YouTube Uji Coba Fitur Belanja di Kanal Para Kreator

BMKG: Pesan Berantai Agar Masyarakat Tinggalkan Mamuju Hoaks


Masyarakat yang tempat tinggalnya sudah rusak atau rusak sebagian, diimbau untuk tidak menempati lagi karena jika terjadi gempa susulan signifikan dapat mengalami kerusakan yang lebih berat bahkan dapat roboh. Selain itu, warga yang tinggal di pesisir pantai juga diimbau untuk segera melakukan evakuasi mandiri menjauhi pantai jika terjadi gempa kuat di pantai, mengingat pesisir Majene pernah terjadi tsunami pada 1969. "Segera melakukan evakausi mandiri dengan cara menjauh dari pantai, dengan cara menjadikan gempa kuat yang dirasakan di pantai sebagai peringatan dini tsunami. Hal ini akan efektif menyelamatkan masyarakat pesisir jika sumber gempa kuat yang terjadi berada dekat pantai, karena waktu emas penyelamatan tsunami sangat singkat," tambah dia.

Begitu pula dengan masyarakat yang tinggal di kawasan perbukitan atau yang melewati jalan di tepi tebing curam, perlu waspada karena gempa susulan signifikan dapat memicu terjadinya longsoran (landslide) dan runtuhan batu (rock fall). Kondisi tersebut juga sangat berisiko terlebih lagi saat ini musim hujan yang dapat memudahkan terjadinya proses longsoran karena kondisi tanah lereng perbukitan basah dan labil setelah diguncang dua kali gempa kuat. "Untuk itu masyarakat diminta agar tidak percaya dengan berita bohong (hoax), tetapi terus memantau dan mengikuti informasi resmi yang bersumber dari lembaga resmi seperti BMKG dan arahan dari BNBP/BPBD," tutupnya.

(cip)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1392 seconds (0.1#10.140)