Vaksin Sinovac Gunakan Virus yang Sudah Dimatikan

Sabtu, 16 Januari 2021 - 11:58 WIB
loading...
Vaksin Sinovac Gunakan Virus yang Sudah Dimatikan
(Ilustrasi SIndonews/Win Cahyono)
A A A
JAKARTA - Vaksinasi Covid-19 sudah dilakukan pada Rabu, 13 Januari 2021. Presiden Joko Widodo menjadi orang pertama di Indonesia yang menerima suntikan vaksin Sinovac . Untuk masyarakat, nantinya vaksin Covid-19 akan diberikan di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah seperti Puskesmas, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD), RS Pusat dan RS Badan Usaha Milik Negara ( BUMN).

"Sambil menunggu divaksin, pemerintah menghimbau agar masyarakat dapat terus menjalankan protokol kesehatan. Sebab, ketika sudah divaksin pun protokol masih tetap dilakukan. Hal tersebut masih harus kita lakukan sampai jumlah kasus positif Covid-19 menurun di Indonesia," ujar Juru bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi di Jakarta, Jumat (14/01/2021).

Sayangnya, di balik harapan baru yang muncul dari vaksin Sinovac di tengah pandemi Covid-19, masih banyak perdebatan yang muncul di masyarakat terkait vaksinasi Covid-19 ini. Dokter Spesialis Patologi Raehanul Bahraen berharap, masyarakat hendaknya percaya pada profesionalisme para ahli yang menyatakan vaksin Covid-19 aman dan halal. Sebab, hingga kini sebagian masyarakat masih banyak yang mempertanyakan pemilihan vaksin yang diproduksi Sinovac Life Science Co Ltd. China ini.

"Dibanding Pfizer, Sinovac ini merupakan vaksin inactived, menggunakan vaksin yang sudah tidak aktif atau dimatikan. Bukan sekadar virus yang dilemahkan saja sehingga dijamin virus tidak akan menginfeksi tubuh lagi karena sudah dilumpuhkan. Ini teknologi yang sudah dipakai berpuluh puluh tahun. Banyak vaksin lainnya menggunakan metode seperti ini terbukti lebih aman," jelas Raehanul.

Sedangkan vaksin Pfizer menggunakan teknologi baru yaitu MRNA vaksin sehingga secara efek jangka panjang vaksin Sinovac secara teori lebih aman teruji. Vaksin Pfizer harus disimpan dalam suhu minus 70 derajat begitu juga dengan Vaksin Moderna pada minus 20 derajat. Berbeda dengan vaksin Sinovac hanya perlu disimpan pada suhu 2-8 derajat atau suhu lemari es.

Dia menilai, vaksin Sinovac ini sangat cocok dengan geografis Indonesia yang merupakan daerah khatulistiwa dengan identik dengan cuaca panas. Vaksin akan sangat mudah untuk disimpan hanya membutuhkan lemari es di berbagai Puskesmas di Indonesia.

"Ditambah negara kita kepulauan apabila menggunakan lemari es khusus minus sampai 70 derajat akan sulit pendistribusiannya. Tidak semua Puskesmas memiliki freezer seperti itu ditambah harganya yang tidak murah," ujarnya.

Masyarakat harus yakin karena vaksin sebelum diberikan sudah di uji coba. Negara lain yang memesan vaksin Sinovac juga melakukan hal yang sama di negara mereka masing- masing. Seperti Turki, Brasil, dan Chili karena setiap bangsa berbeda respons tubuhnya terhadap vaksin, maka setiap negara harus dicoba dulu di wilayah mereka sendiri. Seperti halnya dengan efek samping yang juga ditakutkan masyarakat. Setiap produk kesehatan dimungkinkan ada efek sampingnya. Namun, hal itu tergantung respons tubuh atau alergi seseorang.

Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Zullies Ikawati mengungkapkan, efikasi vaksin banyak membuat masyarakat menjadi ragu. Berdasarkan uji klinis yang di lakukan di Bandung, efikasi Vaksin Sinovac 65,35%. Efikasi sendiri merupakan hal yang menunjukan kemanjuran atau seberapa besar bisa mengurangi infeksi.

Uji klinis vaksin dilakukan dengan melibatkan dua kelompok. Kelompok pertama, kelompok yang tidak divaksin satu lagi kelompok yang divaksin. Setelah itu akan diamati dalam periode tertentu, untuk Sinovac sudah dilakukan selama 6 bulan.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1861 seconds (0.1#10.140)