Penyebab Banjir di Rancaekek dan Jatinangor Terungkap, Ini Kata Pakar Hidrologi

Kamis, 14 Januari 2021 - 14:46 WIB
loading...
Penyebab Banjir di Rancaekek dan Jatinangor Terungkap, Ini Kata Pakar Hidrologi
Pakar Hidrologi Universitas Padjadjaran (Unpad) Prof Chay Asdak. Foto/Ist
A A A
BANDUNG - Penyebab banjir di kawasan Rancaekek dan Cicalengka di Kabupaten Bandung, serta Jatinangor di Sumedang yang terjadi saat hujan deras terungkap.

Pakar Hidrologi Universitas Padjadjaran (Unpad) Prof Chay Asdak mengungkapkan, ada beberapa penyebab yang mengakibatkan terjadinya banjir di Jatinangor, Rancaekek, dan sebagian Cicalengka saat hujan melanda beberapa hari terakhir.

Baca juga: Bandung Kembali Diterjang Banjir, Pakar Berikan Solusi Ini

Persoalan pertama adalah adanya alih fungsi lahan di kawasan Gunung Geulis, sebelah timur Jatinangor. “Sisi timur Gunung Geulis itu kan sudah terjadi alih fungsi lahan secara masif, tanaman menyerupai hutan sekarang sudah berubah menjadi permukiman,” ungkap Chay dalam keterangan resmi Unpad, Kamis (14/1/2021).

Baca juga: Bandung Aktifkan Kolam Retensi Gedebage, Tampung Air Kiriman Sungai Cipamulihan

Menurut dia, tidak hanya itu, lereng timur Gunung Geulis juga banyak dilakukan pengerukan pasir, sehingga hal ini meningkatkan run off aliran air ke permukaan yang lebih rendah. Praktis, kawasan Jatinangor dan Rancaekek yang notabene berada di bawah menjadi “korban” gelontoran air dari gunung-gunung yang sudah rusak tersebut.

Tergerusnya area persawahan menjadi permukiman turut menjadi masalah. Padahal, kata Chay, persawahan setidaknya menjadi area “parkir air” saat hujan turun, sehingga air tidak akan meluber hebat ke wilayah di bawahnya. Sayangnya, jumlah area pesawahan di wilayah ini terus menyusut oleh permukiman dan industri.

Persoalan kedua menurut Guru Besar Ilmu Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Fakultas Teknologi Industri Pertanian Unpad tersebut, banjir di Jatinangor dan Rancaekek diakibatkan sarana drainase yang tidak memadai. Seluruh jalan di kawasan tersebut banyak yang tidak disertai dengan sarana drainase di bahu jalan.

“Jadi mudah dimengerti ketika gelontoran air yang besar dari atas timur tadi, kalau drainasenya tidak baik, jalan akan menjadi sungai,” jelasnya.

Persoalan ketiga adalah pendangkalan dan penyempitan sungai di kawasan tersebut. Chay menuturkan, sungai di Jatinangor dan Rancaekek mengalami pendangkalan akibat sedimentasi erosi, lumpur, dan sampah.

“Jangankan di Jatinangor, Kota Bandung saja yang infrastruktur dan monitoring sampahnya lebih baik tetap masih jadi persoalan saat hujan,” ujarnya.

Terkait adanya proyek pembangunan jalan tol di kawasan Jatinangor, dia berpendapat perlu juga melihat apakah proyek tol mengganggu sistem drainase atau tidak. “(Proyek tol) tidak ada masalah asal drainasenya juga sesuai,” imbuhnya.

Chay menilai, mengatasi persoalan tersebut butuh kesadaran berbagai pihak. Tidak hanya menjadi tugas pemerintah, masyarakat pun diminta lebih sadar untuk tidak membuang sungai ke wilayah sungai.
(shf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1629 seconds (0.1#10.140)