Muslim Technopreneur Jadi Wadah Mahasiswa UMJ Geluti Kewirausahaan

Kamis, 31 Desember 2020 - 00:09 WIB
loading...
Muslim Technopreneur Jadi Wadah Mahasiswa UMJ Geluti Kewirausahaan
Beberapa produk perawatan tubuh hasil kewirausahaan dari mahasiswa UMJ. FOTO/SINDOnews/HAMBALI
A A A
TANGERANG SELATAN - Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) menggagas konsep Muslim Technopreneur serta menginisiasi ekosistem Kampung Halal. Melalui Pusat Inkubasi Bisnis dan Kewirausahaan (PIBK) UMJ, kampus itu mempersiapkan wadah bagi inovasi dan kreativitas di kalangan dosen dan mahasiswa.

PIBK-UMJ sendiri merupakan lembaga yang menumbuhkembangkan bisnis dan kewirausahaan berbasis pada tradisi intelektual Islam dan inovasi teknologi tepat guna. PIBK memainkan peran pentingnya sebagai suatu lembaga inkubator bisnis dan kewirausahaan dalam dunia pendidikan Muhammadiyah untuk mengembangkan ekonomi syariah.

"Sebagai bagian dari dunia ilmu pengetahuan dan teknologi, UMJ melalui PIBK diharapkan dapat melakukan proses hilirisasi teknologi yang dapat dimanfaatkan oleh para pelaku wirausaha, termasuk juga Usaha Kecil Menengah (UKM)," kata Ketua PIBK-UMJ, Endang Rudiatin, di Ciputat, Tangerang Selatan, Rabu (30/12/2020). ( )

PIBK menjadikan divisi Inkubasi dan Inovasi teknologi tepat guna sebagai sentral bangunan roadmapnya. Ide Kampung Halal dan Muslim Technopreneur itu dilandasi adanya kesenjangan antara hasil-hasil penelitian perguruan tinggi, dengan dunia usaha dan mutu kewirausahaan.

"Dunia kewirausahaan setelah era revolusi 4.0 memiliki prospek yang bagus, dengan potensial memunculkan start up dari generasi digital yang harus juga menjadi milik para mahasiswa dan generasi muda Muhammadiyah, khususnya UMJ," katanya.

Dijelaskan Endang, yang menjadi tenant PIBK adalah mahasiswa aktif yang merupakan calon wirausaha, wirausaha pemula, dan wirausaha mandiri serta start up. "Para tenant yang sudah memenuhi standar tertentu sebagai wirausaha PIBK disebut muslim-technopreneur," katanya.

Setelah menjadi wirausaha, kata dia, mereka bergabung dengan jaringan para technopreneur di Kampung Halal, yang terdiri dari para alumni, mitra UMJ, para ilmuwan, lembaga-lembaga seperti BPPOM, MUI, Kemenag, Kemenkes dan sebagainya. ( )

"Kampung halal menjadi sumbangsih UMJ untuk masyarakat sekitar sebagai bagian dari tekad membangun peradaban," ucapnya.

Muslim-Technopreneur sendiri memang diadopsi dari para entrepreneurship yang menggunakan teknologi sebagai basis produksinya. Sedangkan kata "Muslim" dalam istilah itu adalah sebagai isyarat bahwa teknologi yang digunakan tak boleh memberi dampak negatif, melainkan sebaliknya memberi keamanan dan kenyamanan.

"Misalnya kalau sekarang kan sedang ramai zero waste (bebas sampah), sehingga untuk plastik kemasan kita menggunakan sesuatu yang lebih aman terhadap lingkungan. Jadi kata "muslim" di sana memang untuk menegaskan bahwa apa yang kita lakukan harus bermanfaat, aman, dan tidak merugikan," katanya.
(abd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1135 seconds (0.1#10.140)