Pakar Prediksi Biaya Haji Naik Lebih Mahal, Ekonomi Arab Saudi Jatuh
loading...
A
A
A
RIYADH - Negara Arab Saudi memutuskan untuk menaikkan pajak pertambahan nilai (PPN) tiga kali lipat. Menyusul kondisi ekonomi Arab Saudi sedang jatuh karena harga minyak anjlok dan diperparah oleh pandemi Covid-19.
Seorang pakar ekonomi memprediksi pemerintah kerajaan yang dipimpin Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud itu juga akan menaikkan biaya naik haji dan umrah lebih mahal untuk menutupi defisit anggaran negara.
"Ekonomi Saudi telah mengalami kejutan ganda sebagai akibat jatuhnya harga minyak mentah global dan karena langkah-langkah yang diambil untuk mengekang wabah virus corona baru," kata Mohamed Ibrahim, pakar ekonomi yang berbasis di Istanbul, kepada Anadolu Agency, Rabu (13/5/2020). (Baca juga : Libur Idul Fitri, Arab Saudi Akan Terapkan Jam Malam 24 Jam )
Selain menaikkan pajak tiga kali lipat, Arab Saudi menghentikan sementara tunjangan hidup untuk warganya. Ibrahim mengatakan langkah-langkah Saudi kemungkinan juga akan menaikkan tarif barang dan jasa termasuk membuat biaya pelaksanaan umrah dan haji menjadi lebih mahal.
"Otoritas Saudi dapat menaikkan biaya haji dan umrah untuk membantu mengurangi keparahan defisit anggaran negara," katanya.
Menurut data resmi, umrah dan haji menhasilkan pendapatan USD12 miliar bagi Kerajaan Arab Saudi setiap tahun. Ritual agama berkontribusi 20 persen dari PDB non-minyak negara, dan sekitar tujuh persen dari total PDB.
Sebelumnya, mengutip Menteri Keuangan Arab Saudi Mohammed al-Jadaan, kantor berita resmi
SPA melaporkan tarif PPN akan meningkat dari 5 persen menjadi 15 persen pada Juli.
"Anggaran Saudi sangat bergantung pada pendapatan minyak, karena jatuhnya harga minyak sangat memengaruhi pendapatan publik dan menyebabkan defisit anggaran yang tinggi," kata Ibrahim.
Dia menambahkan bahwa menurut data kuartal pertama tahun 2020, defisit telah mencapai 34,1 miliar riyal (USD9,1 miliar). Menurutnya, Riyadh telah mencari alternatif untuk mengimbangi penurunan pendapatan minyak.
"Alternatif ini termasuk langkah-langkah penghematan yang diambil untuk mengurangi pengeluaran publik, serta kecenderungan untuk meningkatkan pendapatan publik dengan menaikkan PPN bersamaan dengan penghentian pembayaran biaya tunjangan hidup," katanya.
Menteri Saudi menggambarkan langkah-langkah itu penting untuk melindungi ekonomi kerajaan guna mengatasi pandemi global virus corona yang belum pernah terjadi sebelumnya dan dampak finansial dan ekonominya dengan kerusakan sekecil mungkin.
Al-Jadaan mengatakan pandemi telah menyebabkan penurunan permintaan minyak yang belum pernah terjadi sebelumnya, penurunan kegiatan ekonomi, dan kenaikan biaya yang diperlukan untuk membendung penyebaran virus corona.
Menurut data worldometers, Rabu (13/5/2020), Arab Saudi sejauh ini melaporkan 42.925 kasus infeksi Covid-19 dengan 264 kematian dan sebanyak 15.257 pasien berhasil disembuhkan.
Seorang pakar ekonomi memprediksi pemerintah kerajaan yang dipimpin Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud itu juga akan menaikkan biaya naik haji dan umrah lebih mahal untuk menutupi defisit anggaran negara.
"Ekonomi Saudi telah mengalami kejutan ganda sebagai akibat jatuhnya harga minyak mentah global dan karena langkah-langkah yang diambil untuk mengekang wabah virus corona baru," kata Mohamed Ibrahim, pakar ekonomi yang berbasis di Istanbul, kepada Anadolu Agency, Rabu (13/5/2020). (Baca juga : Libur Idul Fitri, Arab Saudi Akan Terapkan Jam Malam 24 Jam )
Selain menaikkan pajak tiga kali lipat, Arab Saudi menghentikan sementara tunjangan hidup untuk warganya. Ibrahim mengatakan langkah-langkah Saudi kemungkinan juga akan menaikkan tarif barang dan jasa termasuk membuat biaya pelaksanaan umrah dan haji menjadi lebih mahal.
"Otoritas Saudi dapat menaikkan biaya haji dan umrah untuk membantu mengurangi keparahan defisit anggaran negara," katanya.
Menurut data resmi, umrah dan haji menhasilkan pendapatan USD12 miliar bagi Kerajaan Arab Saudi setiap tahun. Ritual agama berkontribusi 20 persen dari PDB non-minyak negara, dan sekitar tujuh persen dari total PDB.
Sebelumnya, mengutip Menteri Keuangan Arab Saudi Mohammed al-Jadaan, kantor berita resmi
SPA melaporkan tarif PPN akan meningkat dari 5 persen menjadi 15 persen pada Juli.
"Anggaran Saudi sangat bergantung pada pendapatan minyak, karena jatuhnya harga minyak sangat memengaruhi pendapatan publik dan menyebabkan defisit anggaran yang tinggi," kata Ibrahim.
Dia menambahkan bahwa menurut data kuartal pertama tahun 2020, defisit telah mencapai 34,1 miliar riyal (USD9,1 miliar). Menurutnya, Riyadh telah mencari alternatif untuk mengimbangi penurunan pendapatan minyak.
"Alternatif ini termasuk langkah-langkah penghematan yang diambil untuk mengurangi pengeluaran publik, serta kecenderungan untuk meningkatkan pendapatan publik dengan menaikkan PPN bersamaan dengan penghentian pembayaran biaya tunjangan hidup," katanya.
Menteri Saudi menggambarkan langkah-langkah itu penting untuk melindungi ekonomi kerajaan guna mengatasi pandemi global virus corona yang belum pernah terjadi sebelumnya dan dampak finansial dan ekonominya dengan kerusakan sekecil mungkin.
Al-Jadaan mengatakan pandemi telah menyebabkan penurunan permintaan minyak yang belum pernah terjadi sebelumnya, penurunan kegiatan ekonomi, dan kenaikan biaya yang diperlukan untuk membendung penyebaran virus corona.
Menurut data worldometers, Rabu (13/5/2020), Arab Saudi sejauh ini melaporkan 42.925 kasus infeksi Covid-19 dengan 264 kematian dan sebanyak 15.257 pasien berhasil disembuhkan.
(nfl)