Memaknai Sosiologi Kesehatan Saat Covid-19 Mewabah

Selasa, 12 Mei 2020 - 07:45 WIB
loading...
Memaknai Sosiologi Kesehatan Saat Covid-19 Mewabah
Guru Besar Departemen Gizi Masyarakat IPB, Ali Khomsan. Foto/KORAN SINDO
A A A
Ali Khomsan
Guru Besar Departemen Gizi Masyarakat IPB

SOSIOLOGI kesehatan adalah cabang ilmu kesehatan yang membahas masalah kesehatan masyarakat. Objek sosiologi adalah interaksi, baik antarmanusia maupun manusia dan lingkungannya. WHO mendefinisikan sehat sebagai status kenyamanan menyeluruh dari jasmani, mental, sosial, dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kecacatan.

Manusia adalah mahluk sosial yang selalu merasa nyaman apabila bisa berteman dan melakukan komunikasi dengan sesamanya. Selain aspek positip yang banyak diperoleh ketika manusia berinteraksi dengan sesamanya, adapula hal negatif yang mungkin muncul dan satu di antaranya adalah penularan penyakit dari manusia satu ke manusia lainnya.

Penularan Covid-19 melalui droplets adalah wujud interaksi manusia yang dalam kehidupan sosialnya mereka saling sapa, saling tegur, bercengkerama, dan ternyata melalui interaksi semacam inilah virus itu kemudian menyebar. Upaya physicaldan social distancing dikatakan merupakan upaya efektif mencegah penyebaran Covid-19. Ketidaktaatan masyarakat untuk melakukan distancing akan menyebabkan pandemi Covid-19 semakin parah dan semakin banyak korban berjatuhan.

Masyarakat awam memahami sehat adalah kondisi tidak sakit. Sakit bisa terjadi karena infeksi kuman atau mikroba ke dalam tubuh manusia dan sifatnya menular. Ada pula sakit yang sifatnya degeneratif yang merusak organ tubuh (jantung, stroke, hipertensi, diabetes) karena pola makan dan gaya hidup tidak tepat. Covid-19 adalah infeksi virus yang saat ini menyebar dengan cepat dan sulit diatasi karena belum ditemukannya vaksin untuk mencegah virus itu.

Dalam pemaknaan fisik kondisi sakit bisa ditangkal apabila kita memiliki ketahanan tubuh yang baik. Virus korona akan semakin mudah menjangkiti orang-orang tua yang kekebalan tubuhnya berkurang karena faktor usia. Namun, kini semakin disadari bahwa bukan hanya kaum lansia yang mengalami dampak fatal akibat virus ini. Mortalitas (angka kematian) yang tinggi juga mengancam orang-orang muda atau paruh baya yang terpapar Covid-19.

Dalam mencapai kekebalan tubuh yang tinggi maka banyak beredar informasi di masyarakat agar kita rajin makan empon-empon (kunyit, jahe, kencur dll). Selain itu, mengonsumsi suplemen vitamin C, vitamin E, dan vitamin B6, juga disebut-sebut dapat meningkatkan derajat imunitas seseorang. Pola makan bergizi seimbang dan selalu makan sayur/buah serta tetap berolahraga meski sedang WFH (work from Home) juga dianjurkan agar virus tidak menginfeksi tubuh kita.

Selanjutnya makna sehat dalam hal kejiwaan adalah timbulnya rasa bahagia, ketenangan suasana hati, perasaan seimbang, serta jauh dari stres. Ternyata ini sulit dicapai di tengah serangan wabah Covid-19 yang membuat setiap orang waswas. Stres kini melanda pedagang kaki lima, pekerja informal, pekerja harian tidak tetap, dan bahkan pengusaha kelas menengah sampai besar. Mengapa? Anjuran physical dan social distancing (meski belum dipatuhi sepenuhnya) telah membuat roda perekonomian terhenti. Lalu lalang di jalan raya kini semakin lengang, orang takut keluar rumah, dan timbul kekhawatiran ketika berkerumun. Kehidupan ekonomi yang mati suri menyebabkan orang miskin bertambah miskin dan yang rentan miskin jatuh ke lembah kemiskinan. Kondisi ini tentu mengganggu ketenangan hati setiap orang yang menjadi korban langsung maupun tidak langsung akibat merebaknya wabah Covid-19.

Covid-19 memakan korban dan merusak kehidupan ekonomi tanpa pandang bulu. Maskapai penerbangan mulai menghentikan operasi pesawatnya. Hal ini berdampak pada matinya sektor pariwisata. Mal-maldan restoran harus tutup untuk mengurangi kerumunan orang sehingga tentu menyebabkan berhentinya roda ekonomi kelas menengah ke atas. Masyarakat golongan the have(mampu) tidak mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Tidak demikian dengan masyarakat the have not (kurang mampu) yang ketika perekonomian terhenti, mereka tidak lagi mempunyai daya beli. Ketahanan pangan keluarga menjadi taruhan, akhirnya mereka menggadaikan apa pun benda berharga yang dimilikinya atau berutang pada sanak saudara dan tetangga.

Kesejahteraan sosial masyarakat kini tengah terganggu. Kesejahteraan keluarga tercapai bila rumah tangga mampu memenuhi kebutuhan fisik, psikologi, sosial, dan kerohanian. Kebutuhan fisik yang paling utama dan kini semakin sulit dipenuhi adalah kebutuhan akan pangan. Pemerintah segera merespon keadaan ini dengan mencairkan bantuan langsung tunai (BLT), paket sembako, Program Keluarga Harapan, dan lainnya. Meski nilai bantuan tersebut mungkin belum mencukupi untuk setiap keluarga terdampak, tapi sedikit banyak meringankan orang-orang miskin yang kini bertambah jumlahnya akibat pemutusan hubungan kerja atau hilangnya penghasilan karena bisnis terhenti.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1405 seconds (0.1#10.140)