Gelorakan Yel-yel 'Hancurkan Risma', Ini Alasan Banteng Ketaton Surabaya

Sabtu, 28 November 2020 - 16:10 WIB
loading...
Gelorakan Yel-yel Hancurkan Risma, Ini Alasan Banteng Ketaton Surabaya
Banteng Ketaton memberi keterangan kepada wartawan di Posko Gotong Royong PDI Perjuangan, Bulak Banteng Kidul, Surabaya, Jumat (27/11/2020). Foto/SINDONews/Ali Masduki
A A A
SURABAYA - Para dedengkot Banteng Ketaton akhirnya buka suara terkait beredarnya video dari warga yang mengenakan kaos Banteng Ketaton Surabaya , dan menyanyikan yel-yel 'Hancurkan Risma'.

(Baca juga: Risma Diserang, Risma Terus Disayang )

Ketua Banteng Ketaton Surabaya , Sri Mulyono Herlambang mengungkapkan, yel-yel tersebut sebagai bentuk sakit hati dan perlawanan para kader PDIP (disebut Banteng) yang menilai Wali Kota Surabaya , Tri Rismaharini atau Risma , sebagai pemecah belah PDIP.

"Yel-yel yang kami kumandangkan sebagai bentuk rasa kekecewaan kami dari banteng-banteng PDIP terhadap kesewenang-wenangnya Risma," ungkapnya kepada wartawan di Posko Gotong Royong PDIP, Jalan Bulak Banteng Kidul, Surabaya , Jumat (27/11/2020).



Herlambang menegaskan, sikap politik Banteng Ketaton Surabaya, di pemilihan wali kota Surabaya 2020 sama yang disampaikan oleh Mas Seno (Kakak kandung Wakil Wali Kota Surabaya , Whisnu Sakti Buana) yaitu, melawan Tri Risma harini, putranya Fuad, serta Eri-Armudji.

"Banteng-banteng Ketaton tidak melakukan perlawanan kepada Ketua Umum dan DPP PDIP. Tapi Banteng-banteng Ketaton melawan terhadap kepentingan Risma, anaknya Risma -Fuad dan paslon Eri-Armudji," tegasnya.

"Saya tegaskan lagi, Banteng Ketaton tidak ingin menghancurkan secara fisik Kota Surabaya. Kita cinta damai. Surabaya , harus aman, damai, maju kotane, makmur wargane. Tapi yang ingin kita hancurkan adalah arogansi Risma dan oligarki politik Bu Risma ," terangnya.

(Baca juga: Plt Ketua Demokrat Surabaya Diduga Bagikan Bantuan BNPB untuk Kampanye Pilwali Surabaya )

Mantan jurnalis televisi ini menambahkan, Banteng Ketaton Surabaya , melakukan perlawanan terhadap Risma , Fuad, Eri, karena ingin menyelematkan partai dan sejarah PDIP di Kota Surabaya . "Karena ada upaya Risma dengan oligarki politiknya untuk menguasai PDIP," tegasnya.

Herlambang juga menegaskan, tidak benar jika ada Kadrun-Kadrun yang menyusup untuk melakukan perlawanan terhadap Tri Risma harini. "Tidak ada Kadrun, tidak ada kadal, atau apalah yang diisukan menyusup di Banteng Ketaton. Yang ada adalah, Banteng-Banteng Ketaton melakukan perlawanan terhadap celeng-celeng yang ingin merusak sejarah Banteng PDIP di Kota Surabaya ," jelasnya.

Sementara itu, tokoh senior PDIP yang keanggotannya dipecat oleh DPP PDIP, Mat Mochtar menegaskan, Risma berusaha menggunakan anggaran dan perangkatnya di OPD-OPD atau dinas-dinas hingga di tingkat kelurahan, untuk menghalalkan segala cara memenangkan Eri-Armudji, dengan terstruktur, sistematis dan masif.

"Ada petugas Pemadam Kebakaran yang kebetulan Ketua RW yang hanya karena memakai rompi pasangan calon wali kota-wakil wali kota Machfud Arifin-Mujiaman, harus dipecat. Apa maksudnya ini?," tanya Mat Mochtar.

(Baca juga: Rombongan Tim Kampanye Calon Bupati Mamuju Terjun ke Jurang Sedalam 100 Meter, 3 Tewas )

Ia juga mensinyalir penggunaan kekuatan dinas untuk melayani kepentingan kampanye Eri-Armudji. "Seperti di Dinas Kebersihan DKRTH yang memasang lampu setelah ada permintaan dari kubunya Eri-Armudji. Ini tidak fair. Bu Risma sebagai wali kota, sebagai pemimpin harus memberikan contoh yang baik kepada anak buahnya. Jangan malah membiarkan anak buahnya ikut terlibat politik aktif," tegasnya.

Dengan berbagai alasan tersebut, Mat Mochtar maupun Banteng-banteng Ketaton Surabaya , melakukan perlawan arogansi Risma yang ingin memecah belah Kota Surabaya , "Saya tidak melawan PDIP. Tapi saya melawan arogansi Bu Risma . Bu Risma tidak menghargai Pak Tjip (mendiang tokoh senior PDIP Soetjipto). Tidak menghargai Pak Bambang DH. Risma tidak menghargai Bu Mega (Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri). Justru yang ingin memecah belah adalah Bu Risma ," jelasnya.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1840 seconds (0.1#10.140)