Sisa-Sisa Penambang Belerang ‘Pemberani’ di Kawah Ijen

Sabtu, 28 November 2020 - 08:27 WIB
loading...
Sisa-Sisa Penambang Belerang ‘Pemberani’ di Kawah Ijen
Para penambang belerang di Kawah Ijen terus berkurang. Pekerjaan yang berbahaya itu mulai ditinggalkan dan beralih menjadi tukang ojek di gunung.
A A A
BANYUWANGI - Beberapa tahun silam ratusan penambang belerang menjadi tulang punggung ekonomi keluarga. Mereka menantang bahaya dengan setiap hari menghirup asap belerang, memanggulnya turun dari puncak gunung dengan harapan bisa membawa Rp100-200 ribu untuk keluarganya di rumah.

Kini, cerita para penambang belarang tak lagi memiliki daya tarik. Perlahan, mereka sudah menyudahi pekerjaan mereka untuk menambang. Mereka beralih menjadi tukang ojek wisata yang mengantarkan para pelancong naik dan turun ke kawah ijen.

“Berat sekarang kalau jadi penambang. Kalau ojek bisa lebih banyak dapatnya, dan kita tetap sehat,” kata Hidayat, salah satu tukang ojek di Pegunungan Ijen, Sabtu (28/11/2020).

(Baca juga: IRT Gelapkan Belasan Mobil, Modusnya Sewa lalu Digadaikan )

Ia sudah 23 tahun menjadi penambang belerang. Bahunya pun sudah tebal dan seperti karet keras setelah setiap hari dulunya mengangkat belarang sampai 70 kilogram. Sebelum matahari muncul di permukaan, mereka sudah mendaki ke puncak Gunung Ijen yang memiliki ketinggian 2.386 mdpl.

Semua peralatan keamanan masih terbetas. Ia hanya menggunakan senter di kepala, jaket tipis dan sarung tangan. Perjalanan ke puncak Gunung Ijen memakan waktu sekitar dua jam. Setelah sampai puncak para penambang menuruni lereng yang terjal untuk menuju kawah dengan iringan asap beracun yang bisa memeras paru-paru mereka.



Di sekitar kawah Gunung Ijen dengan jalanan yang berbatu tajam, mereka mengambil belerang. Menatanya dengan rapi dan harus bisa sebanyak-banyaknya untuk meraup pundi rupiah setelah ditimbang di bawah.

Kini, hanya tersisa beberapa penambang saja yang masih menjalani profesi seperti itu. Sebagian besar mereka sudah beralih menjadi ojek wisata roda tiga yang mengantarkan wisatawan ke kawah Ijen. Para pecinta wisata gunung kini lebih dimudahkan dengan hadirnya tukang ojek yang mengantarkan sampai ke puncak. Di Gunung Ijen, ojek roda tiga terus diminati para pengunjung yang ingin menikmati kawah Ijen.

(Baca juga: Sekdaprov Jatim Sebut Gubernur Khofifah Rutin Lakukan Swab, Ini Hasilnya )

Ojek yang memiliki roda tiga dengan tiga operator yang mendorong para penumpang naik ke atas gunung menjadi pilihan yang menarik untuk menaklukan gunung Ijen. Medan yang lumayan berat untuk pemula bisa menjadi alternatif.

Tarif yang dipasang pun beragam. Para pengunjung memiliki pilihan alternatif ketika dirinya lelah di perjalanan. “Biasanya kami menawarkan Rp600 ribu untuk naik turun gunung. Tapi selalu bisa ditawar kok,” jelasnya.

Ia melanjutkan, rute yang harus dilalui ke puncak serta area kawah Ijen yang memiliki blue fire itu sepanjang 3,2 kilometer. Untuk membawa naik penumpang, ia harus dibantu dua temannya untuk mendorong serta menarik ketika ada tanjakan.

“Teknisnya dua mendorong dari belakang, satunya lagi menarik dari depan,” ungkapnya.

Kondisi medan Gunung Ijen yang banyak lereng memang kerap membuat para pengunjung letih. Makanya, mereka membuat ojek gunung yang memiliki roda tiga dengan kasur tipis di tiap sisi ojek. Para pengunjung yang harus bertemu banyak tanjakan memang menguras banyak energi.

Makanya, alternatif untuk naik ojek gunung menjadi pilihan yang tepat. Para pengunjung bisa menikmati kawah Ijen tanpa rasa lelah berlebih. “Jadi ojeknya nggak pakai sepeda motor, tapi didorong oleh manusia,” ucapnya.

“Tapi paling banyak yang memakai jasa ojek itu ketika turun, karena mereka sudah lelah ya pas naiknya. Jadi turunnya sudah tak kuat lagi, kalau tarifnya untuk turun paling murah Rp200 ribu,” ungkapnya.

Selama pandemi COVID-19 ini wisatawan yang naik ke Gunung Ijen dibatasi 300 orang setiap hari. Pemesanan tiket pun dilakukan secara online serta penerapan protokol kesehatan yang tinggi untuk bisa mencegah penularan COVID-19.
(msd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2148 seconds (0.1#10.140)