Gubernur Jawa Tengah: Enggak Usah Ada Libur Panjang

Selasa, 24 November 2020 - 18:08 WIB
loading...
Gubernur Jawa Tengah: Enggak Usah Ada Libur Panjang
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengusulkan kepada pemerintah pusat agar meniadakan libur panjang. Foto: Dok/SINDOnews
A A A
SEMARANG - Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo mengusulkan Pemerintah Pusat menghapus rencana pemberian libur bersama pada akhir Desember 2020. Sebab, libur panjang membuat grafik peningkatan kasus COVID-19 menjadi meningkat.

“Saya usulkan, enggak usah ada libur bersama. Sebab setelah kami analisis, hipotesis kami bahwa peningkatan kasus konfirmasi positif di Jateng akhir-akhir ini, karena libur panjang yang kemarin," kata Ganjar usai memimpin rapat evaluasi penanganan COVID-19 di kantornya, Selasa (24/11/2020). (Baca Juga: Sebaran Penambahan Kasus COVID-19 Hari Ini, DKI dan Jateng Tertinggi)

Ganjar menerangkan, pada 10-12 November, peningkatan kasus positif di Jawa Tengah naik drastis. Hipotesisnya, itu dampak dari libur panjang beberapa minggu sebelumnya. “Sebenarnya sudah kami hitung, makanya saya berharap akhir tahun nanti jangan ada libur bersama. Sudah secukupnya saja liburnya, karena saat ini rasa-rasanya kita semua banyak di rumah, sekolah ya di rumah. Every day rasanya seperti sunday," tegasnya. (Baca Juga: Bertambahnya Pasien Covid-19 Seusai Libur Panjang Berdampak pada Keterisian Tempat Tidur di RS)

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jateng, Yulianto Prabowo membenarkan bahwa tingginya kasus COVID-19 akhir-akhir ini salah satunya karena dampak libur panjang. Namun, dia mengatakan tidak hanya Jawa Tengah yang grafiknya naik, tapi di beberapa daerah juga mengalami hal sama.

“Itu sudah dianalisis oleh pemerintah pusat, dan memang ada pengaruh (libur panjang) itu. Tidak hanya di Jateng, tapi DKI Jakarta, Jabar, Banten, Jatim dan DIY semuanya naik," ucapnya. (Baca Juga: Kemendagri Sebut Kerumunan Massa Akhir-Akhir Ini Mengkhawatirkan)

Meski naik, Yulianto belum bisa memastikan berapa prosentasenya. Sebab, hal itu harus dianalisis sesuai data harian. “Ya kita membandingkan saja, seminggu sebelum libur panjang dan seminggu sesudahnya, itu terjadi kenaikan. Tapi soal jumlah pastinya, itu harus dianalisis harian," pungkasnya.

Sekadar diketahui, pemerintah berencana memberikan libur panjang pada akhir tahun ini. Setidaknya dalam aturan yang ada, tercatat ada 11 hari libur yang diberikan pemerintah. Namun, pemerintah berencana melakukan pengurangan hari dalam libur panjang untuk mengantisipasi lonjakan kasus COVID-19.
(nic)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1001 seconds (0.1#10.140)