Di Asia, Kasus Infeksi Virus Corona Mencapai 250 Ribu
loading...
A
A
A
SYDNEY - Infeksi COVID-19 hingga Selasa 5 Mei 2020 di kawasan Asia telah menyentuh angka 250.372 kasus berdasarkan perhitungan Reuters.
Dengan angka kasus mencapai seperempat juta, Asia sekarang hanya menyumbang 7% dari kasus global, dibandingkan dengan 40% untuk Eropa dan 34% untuk Amerika Utara, meskipun para ahli khawatir bahwa kasus yang tidak dilaporkan menutupi pandemi yang sebenarnya.
Sejauh ini, virus mematikan yang muncul pertama kali di Wuhan, China itu telah menginfeksi 3,59 juta orang di seluruh dunia dan telah menewaskan 250.380 jiwa dan 1.114.577.
Amerika Serikat (AS) masih tercatat sebagai negara dengan jumlah kasus dan kematian tertinggi di dunia. Menurut penghitungan Reuters, tercatat 1.189.198 kasus infeksi virus corona dilaporkan terjadi di AS dengan kematian mencapai 68.869 jiwa.
Hingga saat ini asal mula virus tersebut masih menjadi kontroversi. Presiden AS Donald Trump menuding virus tersebut berasal dari laboratorium virologi Wuhan, China, tanpa memberikan bukti. Sementara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan sejumlah pihak, termasuk badan intelijen AS, menyatakan tidak ada bukti virus tersebut adalah hasil buatan atau rekayasa genetik laboratorium.
Dengan angka kasus mencapai seperempat juta, Asia sekarang hanya menyumbang 7% dari kasus global, dibandingkan dengan 40% untuk Eropa dan 34% untuk Amerika Utara, meskipun para ahli khawatir bahwa kasus yang tidak dilaporkan menutupi pandemi yang sebenarnya.
Sejauh ini, virus mematikan yang muncul pertama kali di Wuhan, China itu telah menginfeksi 3,59 juta orang di seluruh dunia dan telah menewaskan 250.380 jiwa dan 1.114.577.
Amerika Serikat (AS) masih tercatat sebagai negara dengan jumlah kasus dan kematian tertinggi di dunia. Menurut penghitungan Reuters, tercatat 1.189.198 kasus infeksi virus corona dilaporkan terjadi di AS dengan kematian mencapai 68.869 jiwa.
Hingga saat ini asal mula virus tersebut masih menjadi kontroversi. Presiden AS Donald Trump menuding virus tersebut berasal dari laboratorium virologi Wuhan, China, tanpa memberikan bukti. Sementara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan sejumlah pihak, termasuk badan intelijen AS, menyatakan tidak ada bukti virus tersebut adalah hasil buatan atau rekayasa genetik laboratorium.
(luq)